Tinggalkan jejak dulu, yuk!^^
Selamat membaca!^^
**________________________________**
"Kau tidak perlu menjawabnya," ucap Rayne sambil menunduk, "Lagipula aku sudah tahu hatimu itu untuk siapa."
Wajahku memerah mendengarnya. Walaupun ia bilang aku tidak perlu menjawab pernyataannya, namun tetap saja aku tidak tahu harus berkata apa. Terlebih lagi, fakta bahwa ia mengetahui siapa orang yang kusukai membuatku merasa malu.
"La-lalu kenapa kau mengatakannya?"
"Aku hanya ingin kau tahu. Aku tahu aku ini menyebalkan, sifatku juga buruk. Diriku yang seperti ini tidak pantas jika ingin berdampingan denganmu," ucapnya seraya menatapku, "Kau sangat pantas mendapatkan seseorang yang jauh lebih baik dariku. Walaupun aku benci jntuk mengakuinya, ia memang orang yang cocok untukmu."
Setelah itu, aku kehabisan kata-kata. Kami hanya diam selama menunggu giliran untuk di panggil masuk ke ruang dansa. Nama Gwen dan pangeran pasangannya di panggil terlebih dahulu sebelum diriku. Ia melambai-lambaikan tangannya dengan semangat dan memberi isyarat melalui tangan serta mulut. Dari yang kutangkap, ia mengatakan "jangan lupa, ya". Ah, sepertinya yang ia maksud adalah apa yang di ajarkannya selama kami bersiap-siap.
Hal yang Gwen ajarkan padaku cukup aneh. Aku tidak pernah mendengar bahwa tampil menawan merupakan termasuk ke dalam salah satu aspek penilaian nanti. Namun, aku rasa menerapkan apa yang di ajarkan olehnya tidak akan member dampak buruk. William dan Putri Renetta di panggil lebih dulu tepat sebelum aku dan Rayne. Saat mereka sudah masuk, kami bersiap di belakang pintu dan menunggunya untuk terbuka.
Begitu pintu terbuka, aku kembali mengingat-ingat perkataan Gwen dan melakukannya saat melangkah masuk bersama Rayne. Hal pertama yang harus kulakukan begitu masuk adalah berjalan sambil menatap ke lantai di depanku, tetapi tidak menunduk. Lalu senyum tipis di ujung bibir sambil mengingat hal yang membuatku bahagia. Aku tidak mengerti kenapa harus sambil memikirkan itu, tetapi aku tetap melakukannya.
Aku membayangkan saat aku kembali ke kerajaanku nanti dengan gelar Perfectus yang kudapat, Ayahanda akan memberiku kebebasan dalam melakukan apapun. Selama membayangkan hal-hal menyenangkan yang akan kulakukan nanti, tahu-tahu aku sudah sampai di tengah ruang dansa. William dan Putri Renetta yang tiba terlebih dahulu sudah berada di posisi masing-masing. Aku dan Rayne pun beranjak menempati posisi kami. Begitu kami berempat sudah siap, musik mulai mengalun perlahan.
Kedua pangeran itu datang mendekati pasangan masing-masing dan berlutut. Rayne tersenyum sambil mengulurkan sebelah tangannya, "Izinkan saya menarikan lagu ini bersama anda."
Aku balas tersenyum mendengar perkataan formal yang baru kali ini ia lontarkan padaku. Dasar Rayne, ia berbicara formal padaku hanya saat ujian. Entah mengapa ucapannya itu terdengar menggelikan karena aku tidak terbiasa mendengarnya berbicara seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Fall In Love With You In Ten Days?
Teen FictionKatherine yang awalnya diperlakukan seperti boneka hidup kini terpaksa hidup mandiri supaya bisa masuk ke dalam Royale High, sebuah "sekolah" bagi pangeran dan putri dari setiap kerajaan yang ada selama sepuluh hari. Sesampainya disana, ia bertemu d...