005. Alat Tulis

739 153 189
                                    

Salma sangat sibuk saat ini, mengingat besok sudah memulai tahun ajaran baru. Sepatu belum ia cuci, baju seragam belum ia gosok, topi dan dasi entah kemana keberadaannya. Dan Salma sangat frustasi dengan itu, di tambah Ibunya yang selalu menceramahinya tanpa jeda ketika Salma bertanya keberadaan kaos kakinya.


Salma berinisiatif untuk minta di belikan yang baru kepada ibunya, tapi mengingat ekonomi keluarga yang istilahnya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari seperti makan dan jajan sekolah saja. Beruntung Salma paham kondisi, sepatu yang di beli sebelum MOS dulu sekarang masih ia pakai untuk kelas XI. Dan mungkin saja seterusnya jika masih layak pakai, Salma anak yang begitu apik. Segala barang yang ia punya selalu ia rawat dan di jaga olehnya.

Tidak seperti teman-temannya yang lain seperti Bella. Bella anak orang yang istilahnya berada. Di sekolah, dalam seminggu ia selalu empat kali lebih gonta-ganti sepatu maupun tas sekolah. Uang jajan bela minimal lima puluh ribu dalam sehari, sedangkan Salma. Lima belas ribu sudah cukup untuk jajan di kantin juga untuk ia tabung.

"Semoga bisa cepat kering, mampus kalau ketahuan Mama lagi gue baru cuci sepatu," Salma menjemur sepatunya di atas atap rumah agar cepat kering juga tidak ketahuan Ibunya.

Rumah Salma dan keluarganya dulu besar, tapi sekarang sudah di jual sejak Ayahnya Salma meninggal dunia. Tidak ada lagi punggung keluarga juga pemimpin rumah tangga selain Ibunya yang menggantikan posisi Ayahnya. Selain itu, kondisi ekonomi ketika Ayahnya ada dan tiada sangat berbeda jauh. Kehidupan Salma sebelumnya hampir mirip dengan Bella juga, bedanya Salma lebih sering menabung ketimbang membeli barang-barang sekedar untuk cuci mata saja.

Salma turun dari tangga atap rumah dengan sangat hati-hati, kemudian masuk kedalam rumah dengan pikiran yang mulai ringan. Sepatu sudah selesai ia cuci dan menunggu kering saja, sekarang giliran seragam sekolah yang perlu ia gosok dengan setrika.

🍉

Setelah semuanya selesai, Salma merebahkan dirinya di atas kasur miliknya. Sesekali meringis karena sakit pinggang. Ia terlalu banyak melakukan pekerjaan sekarang, memang salahnya sendiri karena mengerjakan sesuatu selalu di akhir waktu.

"Salma..!" suara Ibunya dari luar kamar.

Salma beranjak dari tempat tidur. "Iya Ma!"

"Ada Reza nyari kamu."

Mendengar itu Salma turun kebawah dengan badan yang tidak bersemangat.

Reza mendapati Salma yang turun dari tangga. Reza mengerutkan sebelah alisnya. "Kenapa lo belum mandi?" tanya Reza ketika Salma sudah di hadapannya dan Ibu Salma kembali lagi ke dapur.

"Sibuk tahu."

"Ini udah jam 11:00, sana cepetan mandi. Gue tunggu," Reza membalikan bahu Salma agar dia pergi dari ruang tamu.

"Emang mau kemana?" tanya Salma malas.

"Temenin gue beli perlengkapan sekolah. Buku, polpen."

Mendengar itu Salma langsung terkejut. "Asshtagfirullah, gue belum beli buku."

Reza tersenyum mendengar itu, ia sudah paham betul bagaimana Salma. Ia sengaja melakukan itu, karena setahunya Salma orang yang pelupa juga melakukannya kalau sudah sempit waktu.

"Yaudah buruan sana lo mandi,"

Salma dengan cepat pergi dari ruang tamu dan bergegas untuk mandi. Setelah selesai mandi, Salma tidak meninggalkan rutinitasnya yaitu make-up. Tidak terlalu terlihat atau mencolok tetapi tanpa make-up seperti ada yang kurang menurut Salma.

Selesai make-up Salma langsung ke lantai bawah dan pamit kepada Ibunya. "Ma aku berangkat beli buku dulu sama Reza ya," Salma mencium tangan Ibunya.

"Kamu belum minta duit sama Mama, bentar Mama ambilkan duit dalam lemari ya," Ibunya hendak pergi dari dapur tetapi di halangi oleh Salma.

"Nggak usah Ma, Salma pakai duit tabungan cukup kok," Salma tersenyum kepada Ibunya lalu pergi menuju ruang tamu untuk menghampiri Reza.

Disana Salma mendapati Reza yang tengah sibuk dengan ponselnya. "Za, ayo," ajak Salma.

Reza mendengar suara Salma lalu mengangkat kepalanya menoleh kepada Salma yang berdiri di hadapannya. Lalu Reza memasukan ponsel ke dalam saku celananya. Keduanya pergi dari ruang tamu kemudian keluar dari rumah langsung menaiki motor Reza. Di perjalanan keduanya saling membisu, tidak ada minat untuk membuka pembicaraan.

🍉

Hingga sampai di mall, keduanya pergi ke area buku tulis. Di sana tanpa sengaja Salma dan Reza bertemu dengan Bella.

"Bella, lo beli buku juga?" Salma menyapa Bella yang sedang sibuk melihat-lihat alat tulis yang terjajar rapi.

Bella berbalik ke belakang dan mendapati Salma, tidak lupa Reza di belakang punggung Salma. Bella tersenyum lalu menjawab. "Iya, lo juga Sal?"

"Iya nih, lupa. Oh ya, BTW. lo sendiri aja?"

"Nggak, gue ajak Nico,"

Salma mengangkat sebelah alisnya. "Nico? siapa Nico," tanya Salma.

"Temen, dia orangnya nggak suka di ajak beginian. Tapi gue paksa, sekarang dia kesana," Bella menunjuk bagian rak buku-buku sastra.

"Ohh, Reza lo pergi aja. Gue mau sama Bella aja," pinta Salma kepada Reza yang sibuk dengan ponselnya.

Reza mengalihkan pandangannya dari ponsel ke Salma juga Bella. "Lah, kan gue juga mau beli buku."

"Beli sendiri." Salma pergi dan menarik tangan Bella supaya ikut dengannya menjauhi Reza. Saat tangan Bella di tarik Salma, Bella menyempatkan melihat wajah Reza kemudian tersenyum.

Reza melihat senyuman Bella lalu membalasnya. Tapi di satu sisi Reza harus pergi membeli buku sendiri karena ditinggal Salma juga Bella.

Salma dan Bella sekarang pergi benar-benar berdua, tidak ada tanda-tanda Reza mengikuti dari belakang. Mereka tidak benar-benar jauh dari Reza, hanya beberapa jarak karena masih di kawasan alat tulis yang sama. Salma melepaskan tangannya dari tangan Bella, kemudian keduanya berjalan bersama.

"Enak ya Sal, jadi kamu," Bella memecahkan keheningan antara ia dan Salma.

Salma menoleh menatap wajah Bella. "Hah, enak apaan?"

"Ya enak aja bisa dijaga terus sama teman cowok."

"Yaelah, kirain apaan. Cuma teman kok."

"Kalau Reza nembak lo, lo mau nggak nerima dia," tanya Bella memancing perhatian Salma.

Salma menoleh. "Sorry, gue suka cowok dingin biar lebih menantang," tegas Salma. Sedetik kemudian tawa keduanya pecah.

Setelah puas tertawa, Salma jadi penasaran dengan teman Bella yang ia bawa ke sini. "La, siapa Nico?"

Bella menjawab tanpa memandang wajah Salma, perhatiannya tetap tertuju pada semua alat tulis yang tersusun rapi. "Lo lihat aja besok."

"Hah, besok. Kenapa besok?" tanya Salma tidak paham.

"Ada deh," Bella tersenyum.

TBC

Note:

Seperti biasa, aku selalu ajak kalian ngobrol disaat akhir chapter, semoga suka dan semoga komen :v

kalau ada typo bilang aja, aku tau kok itu berserakan di mana-mana😂

Itu aja, dadahhhh....

jumpa lagi besok-besok ❤🐨

Love&Friendship | L&FTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang