038. Kelas XII

126 10 4
                                    

Tidak terasa, satu tahun berlalu. Salma, Reza, Nico dan yang lainnya naik ke kelas 12. Kali ini tidak banyak waktu untuk bermain-main, semua harus banyak yang disiapkan untuk menghadapi ujian.

"Reza tugas fisika lo udah belum?" Salma mengeluarkan buku-buku dari dalam tasnya.

"Udah, kenapa?"

"Kayak baru kenal gue aja lo Za," Salma memajukan bibirnya, malu untuk memperjelas kalau ia ingin mencontek jawaban milik Reza.

Seolah mengerti, mulut Reza membententuk huruf O. "Udah, ambil aja dalem tas."

"Lo mau kemana Za?" tanya Salma, tangannya lincah menyalin jawaban Reza.

"Mau piket lah," Reza melangkah menjauh dari Salma, dan mulai memegang sapu.

Hening, pagi ini hanya sedikit murid yang baru sampai di kelas. Termasuk Salma dan Reza.

"Sal." Panggil Reza.

"Hmm," Salma mengalihkan pandangannya dari buku-buku dan memilih menatap Reza.

"Udah masuk kelas 12 semuanya nggak mudah, waktu main-main nggak banyak. Persiapan buat masuk kampus impian harus disiapin dari sekarang." Kata Reza sambil menyapu ruang kelas.

"Terus?" Salma tidak mengerti maksud Reza.

"Ya lo nggak bisa gini terus Sal, gimanapun nanti jurusan kita berdua juga bakal beda. Gue mau lo mandiri."

"Mandiri nyari jawaban soal ya Za?" tanya Salma.

"Iya."

"Tapi gimana? Semuanya gue nggak ngerti, gue nggak paham." Salma memiringkan kepalanya bersandar di atas tangan kirinya.

"Gue bisa ajarin lo, nanti balik sekolah gue langsung ke rumah lo."

"Lah kok buru-buru amat,"

"Ingat Sal, lo sekarang udah kelas 12. Banyak yang perlu lo siapain."

"Iya-iya, terserah deh. Tapi awas lo ya ngajarin gue materinya nggak masuk otak." Ancam Salma dengan cengiran.

"Tenang, gue bisa jadi guru bimbel gratis lo."

***

"Ssttt," Reza berusaha membangunkan Salma saat tertidur dijam B.Indonesia. Jika dulu Reza membiarkan Salma tidur, malahan membantu Salma mencari peluang untuk tidur saat guru menjelaskan. Sekarang berbeda, Salma harus menerima kenyataan kalau sekolah itu sebagai tempat belajar, bukan tempat tidur dan main-main.

Karena tidak berhasil dengan mulut, Reza berinisiatip untuk mencolek pipi Salma. Salma terbangun dan mendapatin Reza yang terlihat serius menatapnya. "Jangan ngorok," bisik Reza. Jujur, ini menunjukan jika Reza benar-benar sangat peduli pada sahabatnya dan ini menunjukan Reza ingin Salma menjadi pribadi yang lebih baik, bukan menjadikan Salma menjadi sosok yang suka bersembunyi dari suatu masalah. Hmm mungkin Reza dulu memang mirip kalimat terakhir, dan Reza ingin sahabatnya berubah menjadi sosok yang lebih baik lagi. Hidup bukan segalanya tentang zona nyaman.

"Masih lama nggak istirahat?" tanya Salma, bosan dengan pelajaran guru di depan.

"Lima menit lagi istirahat," tutur Reza setelah melihat jam dinding.

"Oh," singkat, padat, dan jelas. Salma mengumpulkan nyawanya setelah bangun tidur.

"Za," panggil Salma.

"Hmm?" Reza mendengar Salma memanggilnya tapi matanya tetap memperhatikan guru di depan.

"Laper." Salma memegang perutnya kemudian mengelusnya dengan tangan kanan. "Nanti kantin ya," ajak Salma.

Love&Friendship | L&FTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang