007. Kenapa Dia Lagi?

643 113 152
                                    

Setelah mata pelajaran Bu Anti selesai, Salma teringat akan sesuatu. Ia lapar, Salma baru menyadari ia belum makan dari pagi tadi. Bersyukur ia tidak pingsan saat upacara.

"La, kantin yuk. Gue baru sadar gue belum makan," ajak Salma karena ia sudah tidak tahan.

"Lo nggak mau ketemu Rangga Tunas Bangsa?" tanya Bella.

Salma mendesah. "Udah nanti aja, yang penting perut gue kenyang."

"hmm, baik lah."

Keduanya pergi dari kelas dan berjalan beriringan menuju kantin.
Sampainya di kantin, mata Salma menjelajah seluruh area kantin. Apalagi kalau bukan mencari meja kosong untuk mereka duduk.

"Lo mau makan apa La?" tanya Salma kepada Bella.

"Mie aja," tanpa perlu berpikir keras Bella memilih makanan.

"Tunggu ya," Salma pergi menuju Bu Nem, penjual di kantin sekolah.

Bella membalas mangangguk lalu duduk menunggu Salma yang memesan makanan mereka. Bella tersadar, biasanya Salma selalu bersama Reza. Sekarang kemana anak itu?

"Sal, Reza nggak sekolah?" tanya Bella kepada Salma yang baru saja mendaratkan bokongnya di kursi.

"Dia di rumah sakit, nemenin nyokapnya sakit," tutur Salma.

Bella membentuk huruf O pada mulutnya, kemudian mengangguk paham.

Saat pesanan mereka datang, Salma dengan nasi soto, Bella dengan mie gorengnya. Tanpa berpikir panjang mereka berdua langsung menyantapnya.

Saat asik-asiknya menikmati makanan Bella menyapa seseorang di arah kantin yang berbeda. Posisinya di belakangi oleh Salma.

"Hey, sini," Bella melambai tangannya, setengah berteriak karena murid-murid di kantin begitu banyak.

"Lo sendiri aja, udah dapet temen?" tanya Bella kepada cowok itu.

"Sama Alvin, ternyata tuh anak masuk masuk SMA sini. Gue kira dia bakal ikut bokapnya ke luar negri," jawabnya.

Bella terkekeh. "Harusnya lo bersyukur, kalau nggak ada Alvin, gue nggak tau lagi siapa yang bakal mau temenan sama lo."

"Elo dong," jawabnya sekenanya.

Bella mengedikan bahu. "Nggak mau."

Salma arah duduknya menghadap Bella, sedangkan cowok itu ada di belakang Salma. Dari tadi Salma tidak memperdulikan teman bicara Bella itu.

Tapi entah kenapa tiba-tiba Salma memalingkan kepalanya. Mungkin penasaran karena Bella terlihat begitu akrab.

Yang benar saja, Salma memandang baju seragam cowok yang begitu bersih, rapi dan aroma parfum yang belum pernah Salma cium sebelumnya menjadi bau kesukaan Salma mulain sekarang, detik ini juga. Agak lebay tapi Salma merahasiakan itu dari siapa pun. Perlahan Salma memandang ke atas, untuk melihat wajah cowok itu.

Astaga, itu cowok yang sudah dua kali ia temui tanpa sengaja. Salma yang sedang mengunyah nasinya langsung tersedak begitu terkejut.

Bella memandang yang tengah asik mengobrol dengan cowok itu langsung memandang Salma yang kehebohan mencari air untuk ia minum.

"Eh, eh, ini Sal," Bella memberikan botol minum Salma.

Dengan cepat Salma meraih botol minum itu lalu meminumnya begitu rakus. Setelah selesai, Salma terlihat sedikit lega.

"Makanya hati-hati," Bella menegur Salma.

"Oh ya Sal, gue mau ngenalin dia temen gue. Namanya Nico, dia yang gue bilang Rangga persi sekolah kita. Ganteng kan Sal?"

Salma diam, lalu mengangguk samar. Sebenarnya Salma tidak seperti yang kalian pikirkan. Dia hanya malu mengingat semua kelakuan bodohnya.

Yang benar saja, di awal ketemu Salma menempelkan liptin di baju cowok itu persis seperti bekas cium. Yang kedua, Salma tanpa malunya menyapa cowok itu yang sudah terlihat mengganti bajunya dengan warna yang berbeda.

Salma diam, berpikir keras bagaimana ia bisa jauh dari Nico. "A-La, gue mau ke toilet dulu ya, mules," Salma terkekeh dan dengan cepat meninggalkan keduanya.

Bella mengerutkan keningnya. "Perasaan tadi kelaparan deh,"

***

"Huh, syukurlah," Salma menghembuskan napas berat dan berdiri menghadap cermin toilet.

"Kok dia sekolah di sini sih," Salma berbicara kepada dirinya sendiri.

"Astaga bodohnya aku," Salma tidak terima ia mengakui Nico tadi tampan saat Bella bertanya.

Salma memasang wajah flat yang ia bisa di depan cermin, belum sampai 10 detik wajah Salma semakin konyol dan jelek. Yah, Salma memang tidak pantas menjadi manusia kaku, ia lebih pantas menjadi orang ramah.

Salma baru saja beranjak dari toilet ingin ke kantin, demi melanjutkan acara makannya, tapi tiba-tiba bel berbunyi. Itu artinya mata pelajaran selanjutnya akan dimulai. Jujur Salma masih kelaparan mengingat nasi yang ia suap tapi hanya seberapa, lagi pula Salma karakter orang yang tidak suka dengan membuang-buang makanan.

Salma berjalan menuju kelasnya sendirian karena ia tadi ke kantin untuk menghampiri Bella dan Bella sudah tidak ada, mungkin ia sudah ke kelas terlebih dahulu.

Di sebelah jurusan Ipa dan jurusan Ips kemudian di lanjutkan dengan jurusan Bahasa. Jadi otomatis sebelum masuk wilayah Ipa Salma harus melewati kelas Nico, Ips. Salma mempercepat langkah kakinya dan menahan napas, biasanya mata Salma selalu berkeliaran untuk melihat-lihat orang berlalu lalang. Tapi sebisanya Salma menahan semua agar ia tidak melihat wajah Nico itu.

Brukk...

Salma menabrak seseorang yang tidak ia ketahui, perlahan Salma mengangkat kepala melihat sosok itu dan berharap orang yang ia tabrak tidak marah. Dan yang terpenting utu bukan Nico.

"Astaga, maaf. Gue nggak sengaja," Salma kehebohan.

Orang yang Salma tabrak itu adalah Nico, ya Tuhan. Sudah terlalu sering Salma menabrak orang yang itu-itu saja, Salma malu dan mengutuk dirinya sendiri.

Nico berdecak dan melipat tangannya di dada. Nico memandang Salma dengan wajah flat andalannya.

"Biasakan jalan dengan fikiran yang fokus, bukan melamun," Nico pergi tanpa mau berlama-lama dengan Salma.

Perkenalkan namanya Nico Mahendra. Nico adalah karakter cowok tanpa suka basa-basi, sering menunjukan wajah datar, berbicara terang-terangan tanpa peduli lawan bicaranya itu sakit hati atau tidak. Satu lagi, di hari pertama Nico turun sekolah hari ini, ia sudah mendapat banyak surat yang berbeda empunya di kolong meja Nico. Tetapi cowok itu tidak memperdulikannya.

TBC.

makin hari makin pendek hehe :v

Nico yang dingin, atau Reza yang hangan dan perhatian nih. pilih siapa hayoo wkwk😆

Love&Friendship | L&FTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang