Nico dan Salma tengah di kantin sekarang, Nico memilih minuman kedelai dari pada yang lain. Dan Salma memilih susu kotak rasa coklat.
"Nico nomor gue lo save nggak?" tanya Salma.
"Lo sendiri?" Nico bertanya balik.
"Apa? Gue?Nomor lo udah gue save kok."
"Yaudah."
"Yaudah apa, ish lo yang jelas dong." Salma risih.
"Yaudah nomor lo gue save balik."
Salma tersenyum menang, sepertinya ada perkembangan dengan usahanya.
Nico terlihat welcome dengan Salma, Salma senang akan hal itu.Sebenarnya awal Salma mengirim pesan, Nico sudah menyimpan kontak cewek itu. Ah, Nico pandai sekali menyimpan perasaannya.
Dari kejauhan, Reza melihat itu semua. Semakin Reza ingin menjauhkan sahabatnya dari cowok itu, malah semakin dekat jarak antara mereka berdua.
"Bro, lo liatin apa?" tanya Radit kepada Reza.
"Lo liat aja sendiri." Reza menatap tidak suka kebersamaan Salma dan Nico.
"Elah, nggak suka lo temen sendiri punya pacar?"
Reza berdecak. "Itu cowok deketin dia bukan cowok baik-baik."
"Ah yang bener aja lu? Nggak percaya gue." Radit semakin memperhatikan Salma dan Nico, terlebih kepada Nico.
Jika kalian lupa siapa Radit, Radit adalah teman Reza. Teman dekat selain Salma, karena keseringan bersama Salma, Radit sedikit dilupakan.
"Mana unsur nggak baiknya bro? Gue liat tuh cowok bersih, mukanya nggak ada unsur-unsur mesum." Radit menyampaikan opininya.
"Serah lu lah, males gue cerita sama lo." Reza memasang muka datarnya.
Radit melihat gerak-gerik Reza, ia berpikir sejenak kemudian."Hmm, gue tau. Lo cemburu kan? Udah gue bilang dulu, cepet aja sampein perasaan lo ke Salma. Nah kan, lo dapet saingan sekarang. Mana saingan cakep lagi." Radit merangkul pundak Reza.
"Jangan pegang-pegang!" Sambar Reza kepada Radit.
"Eh kenapa? sensian amat, bukannya dari dulu lu sama gue emang suka ngerangkul hah?" Radit menjahili Reza dengan mengeratkan rangkulannya.
"Dit, aduhh... badan lo bau, mandi dulu sana." Reza melepaskan rangkulan Radit.
"Mandi? lo mau gue mandi dalem wc siswa hah?"
"Kalau lo mau."
"Oke besok gue coba."
"Bawa anduk juga jangan lupa keringin badan." Tambah Reza.
"Nah iya, pas banget. Lo liat aja gue mandi besok."
"Tapi Za," Radit kembali berpikir sejenak.
"Apa?" tanya Reza.
"Wc sekolah bau."
Reza mencengir. "Bego banget punya temen kayak lu."
Keduanya asik mengobrol sampai Reza lupa memperhatikan ke arah Salma dan Nico. Sekarang dua orang itu sudah tidak ada. Reza berdiri mencari dua orang itu.
"Woy Za, lo mau kemana? Nasi lo bayar dulu woy!" Radit berteriak memanggil Reza.
"Bayarin dulu, gue ada urusan." Reza melangkahkan kakinya keluar kantin, berharap ia akan bertemu dengan Nico dan Salma.
***
"Jadi gitu ceritanya?" tanya Salma dan Nico menganggukan kepala.
Sekarang ini keduanya di taman, Salma membawa bersantai di bawah pohon rindang.
Nico menceritakan semua detail dari perginya Bella, Salma mendengar itu jadi sedih. Padahal Bella teman yang cocok untung diajak curhat, mengingat mereka sama-sama perempuan jadi bisa merasakannya.
"Gue juga harus jagain lo karena Bella." Tambah Nico.
"Jagain?"
Nico mengangguk. "Dia mau gue terus lindungin lo."
"Jadi lo deket-deket sama gue bukan karena lo naksir sama gue?" Salma memastikan intingnya itu tidaklah benar.
"Dih, geer banget lo." Nico berucap, padahal lain di mulut lain di hati. Nico menyukai Salma.
"Nico lo jujur aja suka sama gue, nanti lo keburu telat."
"Maksudnya?"
"Nanti ada cowok lain yang deketin gue, dan elonya dapet saingan, nggak lucu."
"Emang kenapa gue punya saingan? Kalau lo tetep suka sama gue, lo bakal tetep milih gue juga nantinya."
"Nico asal lo tau ya, perasaan tuh bisa berubah-ubah loh. Lo jangan main-main," Salma menatap Nico lekat.
"Terus?"
"Ya, kalau perasaan gue berubah ke elo. Gue milih yang lain kan, gimana?"
"Terus kalau cowok yang naksir gue nih, yang bakal jadi saingan lo lebih cakep dari lo giman-"
Salma memilih menghentikan bicaranya karena cara Nico menatapnya membuat Salma salting.
"Lo nggak bakal jatuh cinta sama yang lain," tutur Nico.
Wajah Salma memerah karena cara Nico menatapnya berbeda dengan tatapannya sebelum-sebelumnya.
***
Reza sudah keliling sekolah tapi keduanya belum juga Reza temukan, Reza melangkahkan kakinya ke taman. Menyaksikan semuanya Reza jadi sakit, sebenarnya buat apa Reza membuat pekerjaan tidak berguna seperti ini. Mencari mereka berdua dan menyaksikan betapa romantisnya keduanya, sama saja dengan menyiksa diri sendiri.
Reza tidak mengerti, apa kurang dirinya dengan Nico. Ganteng sudah, pintar sudah, baik apalagi. Apa sih kurang Reza.
Reza melangkahkan kakinya pergi dari taman sebelum keduanya mengetahui Reza menguntit.
Reza masuk kelas dengan keadaan murung, pikirannya jadi kacau. Ia tidak bisa terus seperti ini, Reza juga harus berjuang mendapatkan cintanya. Semoga saja masih ada tempat.
***
Reza menatap Salma lekat ketika cewek itu asik beres-beres, sekarang waktunya pulang. Reza menunggu momen yang tepat untuk mengajak cewek itu bicara.
Reza melangkahkan kakinya menghampiri Salma. "Sal, gue minta maaf."
"Buat?" Salma mengerutkan keningnya.
"Buat perlakuan gue tadi, itu nggak baik." Reza mengakui kesalahannya.
"Nggak papa kok Za," Salma tersenyum tulus.
"Bisa kan lo temenin gue beli parfum?" tanya Reza.
"Pasti lah, kan gue udah janji bakal nemenin."
Reza tersenyum, ia membuka telapak tangannya di hadapan Salma.
Melihat itu, Salma tersenyum lebar dan meletakkan tangannya di atas tangan Reza, tangan mereka berdua saling genggam sekarang.
"Gue yakin, akan ada namanya sahabat jadi cinta dalam cerita kita." Batin Reza.
TBC.
Aku adalah kucing dengan muka badmood kalau liat silent readers.
Semangatin aku dong, kasih kritik saran whehe.19 april 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Love&Friendship | L&F
Teen FictionFOLLOW DULU ^^ Salma seorang sahabat sekaligus kekasih bagi Reza, meskipun ia tidak menyatakan cintanya tetapi lewat sikap yang ia berikan sudah cukup untuk pembuktian jika ia menyukai Salma. Nico cowok yang Salma kagumi. Bicaranya selalu to the po...