009. Ulang Tahun Salma

537 95 101
                                    


Pagi sekali Reza datang ke rumah Salma, apa lagi kalau bukan menjemput Salma. Biasanya cewek itu berangkat ke sekolahnya menaiki angkot, tapi sekarang tanpa sepengetahuannya Reza sudah ada di luar pagar rumah Salma.

Reza: Gue di depan rumah lo, cepetan keluar, keburu telat.

Salma membaca pesan yang Reza kirim ke padanya, Salma melirik jam dinding yang berada di kamarnya. Masih pukul 05:43, Salma bahkan baru selesai menyisir rambutnya.

Salma: Ngapain? berangkat bareng?

Reza: Iya, bukain pagar rumah. Gue mau masuk.

Salma sudah yakin Reza akan seperti itu. Dengan cepat Salma keluar dari kamar, lalu menuruni tangga kemudian keluar rumah untuk membukakan pagar rumah agar Reza bisa masuk.

Saat Salma membukakan pagar rumahnya, Reza sedang berdiri dan sekarang ke dua pasang bola mata mereka bertemu. Reza tersenyum simpul, sedangkan Salma langsung menatap bungkusan dengan ukuran yang lumayan besar.

"Selamat ulang tahun Salma, semoga tahun ini lo bakal rasain suka sama seorang cowok. Yah, mungkin tahun-tahun kedepan lo juga bakal rasain yang namanya punya hubungan," ucapan Reza membuatnya terkejut, ia tidak tahu kalau hari ini adalah ulang tahunnya.

Meski suasana dan cara Reza memberikan kejutan kepada Salma kurang romantis, tetap saja Salma begitu suka. Salma menutup mulutnya menahan tawa. "Ishh, apaan sih. Kok doanya gitu?"

"Ya, biar beda aja dari yang lain. Gue orangnya romantis kan?" goda Reza. Dan di balas anggukan kepala dari Salma. Salma masih terkekeh tidak jelas karena menerima hadiah dari Reza.

"Lo nggak ngajak gue masuk?" tanya Reza setelah Salma menerima kado dari Reza.

"Oh iya, silahkan masuk Ayahanda Reza," Salma tersenyum lebar, ia bahkan mengocok kado itu agar mendengar isi di dalamnya.

Setelah Reza masuk, Salma menutup kembali pagar rumahnya. Ia menyuruh Reza duduk di kursi ruang tamu sementara Salma sedang bersiap-siap berangkat.

***

"Sudah siap?" tanya Reza ketika Salma baru saja menaiki motornya. Salma menggangguk dan Reza bisa melihat itu lewat kaca spion.

Selasai Salma sarapan, mereka langsung pergi berangkat sekolah. Salma belum membuka kado pemberian Reza karena mepet dengan waktu berangkat sekolah.

Salma dan Reza bejalan beriringan, sesekali bercanda saat mereka berjalan menuju kelas. Sampainya di kelas, ada Bella yang tengah berbincang dengan Nico. Ya, Nico ada di depan pintu kelas Mipa 2.

"Nah, udah datang." Bella tersenyum kepada Salma dan Reza, di lanjutkan Nico yang ikut menatap Salma.

Salma tersenyum kemudian metap mata balik Nico, Nico langsung membuang muka. Salma jadi canggung, mungkin Nico geli dengan tingkah laku Salma di minggu-minggu lalu.

"Selamat ulang tahun Salma, maaf ya gue lupa ultah lo. Ini juga Reza yang kasih tahu, besok janji deh gue bawa lo kado." Bella memeluk Salma dan di balas oleh Salma.

"Ah, nggak pakai kado juga nggak papa. Ucapan tadi udah cukup kok buat gue," Salma melepaskan pelukannya.

"Nggak, lo wajib dapet hadiah dari gue, Reza aja ngasih, masa gue nggak?" Bella bersikukuh.

"Dari mana lo tahu Reza ngasih gue kado?" tanya Salma heran.

"Tanya aja sama Reza," Bella memandang Reza yang terus mendengarkan mereka berbincang.
Reza tersenyum kemudian pergi dari mereka.

Salma jadi semakin bingung dengan gelagat Bella dan Reza. Salma perlahan mendongakkan kepalanya ke Nico, cowok itu tetap diam dan memandang ke arah lain.

Salma sadar ia mengganggu pembicaraan antara Nico dan Bella. Salma ingin pamit kepada Bella untuk masuk ke kelas terlebih dahulu, tetapi Nico bersuara.

"Gue cabut," Bella mengangguk kemudian Nico pergi ke kelasnya.

Salma melihat kepergian Nico. Tuh orang aneh, misterius atau apa ya? gumam Salma dalam hatinya. Sekarang yang tersisa hanya ia dan Bella. Dengan cepat Salma mengajak Bella untuk ikut masuk ke kelas bersamanya.

"Masuk La," ajak Salma dan di balas anggukan kepada dari Bella. Keduanya memasuki ruangan kelas yang lumayan ribut meski jurusan IPA.

Saat jam pelajaran, Salma sangat fokus, seolah ia sangat paham dengan materi yang guru jelaskan di depan papan tulis. Bella melirik ke Salma."Sal, lo paham?" bisik Bella.

Salma menoleh menatap Bella. "Enggak," Salma cengir-cengir tidak jelas.

"Kalau ada ulangan gimana?" tanya Bella.

"Tenang aja, minta di lajari sama Yatri sama Indah kan mudah," jawab Salma santai, Bella baru sadar kedua temannya itu sudah seperti di telan bumi karena tidak ada kabarnya lagi. Bella memang mengakui kedua temannya itu benar-benar pandai di segala pelajaran.

"Pulang sekolah nanti lo naik angkot lagi?" tanya Bella. Di balas anggukan kepala oleh Salma.

"Emang nggak ikut Reza?" tanya Bella lagi. Bella melirik Reza yang sedang menatap materi yang guru jelaskan.

"Nggak tau," jawab Salma, Senyum Bella mengembang sempurna. Akhirnya ada kesempatan untuknya ikut pulang bersama Reza.

"Kalau gitu gue ikut Reza ya, kalau lo mau pulang pakai motor juga. Nico ada kok," Bella semangat.

"Salma, Bella!" tegur guru yang dari tadi melihat kelakuan Salma dan Bella yang terus mengobrol. Awalnya Pak Ridwan diamkan saja, tapi lama-lama mereka semakin ke asikan hingga tidak memperhatikannya.

"Eh iya pak?" tanya Bella dan Salma bersamaan.

"Nanti ngobrolnya," tegur Pak Ridwan membuat seisi kelas mentap mereka berdua, termasuk Reza.

"I-Iya Pak," keduanya kembali diam dan fokus dengan materi tadi.

***

"Sal, lo tunggu di sini ya? gue mau samperin Reza," Bella meninggalkan Salma yang iya-iya saja dengan kelakuan Bella.

Setelah mata pelajaran Pak Ridwan tadi, Salma dan Bella langsung pergi ke kantin. Rutinitas yang jangan sampai terlewatkan.

Beberapa menit menunggu Bella di kantin, Salma berniat beranjak dari tempat duduknya. Tetapi ada sesuatu yang mencegahnya melakuakan itu, ada Nico yang menghampirinya. Ah, Salma jadi malu dan menundukan kepalanya.

Nico mendaratkan bokongnya berhadapan dengan Salma, Salma terkejut dan mengangkat kepalanya. Salma memberanikan diri untuk menatap wajah cowok itu. Ternyata tampan, sangat tampan. Ah, dari kemarin-kemarin Salma selalu memuji ketampanannya.

Hening, meski suasana kantin berdesakan, banyak teriakan memperebutkan makanan yang di pesan. Tapi di meja ini, Salma merasa tidak bisa berbicara.

"Kenapa lo natap gue kayak itu?" Nico membuka percakapan antara mereka, pandangan Nico tidak lepas dari kerumunan orang-orang.

Salma tertegun, ia mengira Nico tidak menghiraukan Salma. "Aneh aja," ucap Salma membuat Nico menatapnya.

"Muka gue aneh?" tanya Nico menatap Salma, sedangkan Salma. Cewek itu sedang berdoa dalam hati agar Bella segera ada di antara ia dan Nico karena Salma sedang terjebak di suasana yang aneh ini.

"Ah nggak, lo ganteng," puji Salma dengan kepala menunduk karena khawatir Nico cepat naik darah.

Nico tersenyum geli, tapi senyum itu tidak mungkin ia tampakkan. "Gue tau."

"Eh," Salma menatap Nico, tidak lama setelahnya. Wajah Salma merah, ia baru menyadari kenapa ia memuji paras cowok itu.

Salma berusaha menutupi wajah merahnya dengan kedua telapak tangannya, ia berharap sekarang Nico tidak melihat itu. Tidak lama, Nico beranjak dari tempat duduknya. Tanpa ada pamit atau apa, ia keluar kantin. Mungkin menuju kelasnya.

Salma menatap kepergian Nico lalu menghembuskan napas lega. Syukurlah, dia nggak lihat. Salma benar-benar berterima kasih kepada tuhan yang menjauhkan Nico dari hadapannya.

TBC.

Love&Friendship | L&FTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang