"Biasakan jalan dengan pikiran yang fokus, bukan melamun."
Yang benar saja, kalimat itu terus terngiang ditelinga Salma. Suara yang berat tapi seksi, ketus tapi membuat Salma ingin mendengarnya lagi.Salma berjalan di koridor kelas dengan pikiran yang entah kemana. Tanpa sadar, Salma melewati ruang kelasnya sendiri. Kebetulan Bella keluar kelas untuk membuang sampah yang begitu banyak dari kolong mejanya, maklum Bella sering membuang sampah sekalian dan sebelum terkumpul banyak, ia sering menyimpannya di dalam kolong meja.
Bella melihat keberadaan Salma dan otomatis menyapanya. "Oy, Salma. Lo mau kemana?"
Salma tertegun, ia langsung mendongak ke sumber suara. Itu Bella dan ia di depan pintu kelas, astaga Salma baru sadar ia melewati kelasnya sendiri.
Salma menahan malunya meski di lorong kelas hanya ada ia dan Bella karena jam pelajaran sudah mau dimulai, otomatis semua murid memasuki kelasnya masing-masing. Mungkin ada yang masih nongkrong di kantin, tapi itu bukan urusan Salma.
Salma berjalan perlahan dan mendekati Bella lalu berkata. "Ah, nggak kok. Cuma mau jalan-jalan."
"Jalan-jalan kok nggak dari tadi, ini udah masukan. Cepetan sini," Bella menarik tangan Salma agar masuk kelas, bukan malah berdiri di depan pintu kelas.
Sampainya di kursi, Bella lebih dulu membuka pembicaraan antara dia dan Salma.
"Maaf ya gue ninggalin lo, tadi lo lama banget. Terus Nico maksa banget buat ke kelas bareng." Bella memasang wajah memelasnya, berharap Salma mengerti.
Salma menatap Bella. "Ohh, nggak papa kok," dalam hati Salma menggerutu, kenapa Nico terus sih.
Obrolan mereka tidak berlangsung lagi karena hadirnya keberadaan Bu Indah, guru matematika kelas XI Mipa 2. Kelasnya Salma, Bella, dan Reza.
Sedikit cerita, Reza dan Salma berada di jurusan yang sama karena dulunya Reza menginginkan jurusan Ips tapi Salma dengan keras kepalanya memaksa Reza untuk masuk jurusan Ipa. Mau tidak mau Reza menuruti segala keinginan Salma, karena baginya Salma adalah segalanya.
***
"Eh Salma, gue duluan ya. Lo hati-hati naik angkot takutnya ada Om-Om genit." Bella membuka kaca mobil lalu melambai ramah kepada Salma yang masih berdiri di depan pagar sekolah.
Salma membalas lambaian tangan Bella, dengan cengiran khasnya Salma berkata. "Om-Om aja ogah deketen gue La."
"Pokoknya hati-hati, dadah Salma. Gue duluan."
"Dahhhh," Salma tersenyum kepada Bella.
Saat pulang sekolah tidak jarang Bella menyuruh Salma untuk pulang bersama dengannya karena mereka sudah berteman sangat dekat, tetapi Salma tetap menolaknya secara halus dengan alasan tidak ingin merepotkan Bella.
Mau tidak mau Bella menuruti saja walau selalu ada rasa tidak nyaman kepada teman sendiri. Yah, siapa yang mampu mengalahkan keras kepalanya Salma kalau orang lain terus mengalah?
Udara semakin panas, sudah hampir sepuluh menit Salma berdiri di depan pagar sekolah menunggu angkot datang. Atau mungkin angkot langganan Salma untuk berangkat ke sekolah setiap harinya sudah pergi sebelum Salma keluar pagar?
Salma semakin risih, murid-murid yang ada di sekolah hanya tinggal beberapa, lebih tepatnya hampir tidak ada. Tidak lama setelah itu sebuah motor mendekati Salma. Salma menyipitkan matanya supaya bisa melihat dengan jelas si pengendara yang terlihat familiar.
"Udah lama nunggu?" Reza membuka kaca helmnya.
"Lumayan lama, tante Ani gimana kabarnya? kenapa kesini? siapa yang jagain tante Ani kalau lo kesini?" Salma tidak hentinya mencerocos karena tidak menyangka akan ada Reza datang ke sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love&Friendship | L&F
Teen FictionFOLLOW DULU ^^ Salma seorang sahabat sekaligus kekasih bagi Reza, meskipun ia tidak menyatakan cintanya tetapi lewat sikap yang ia berikan sudah cukup untuk pembuktian jika ia menyukai Salma. Nico cowok yang Salma kagumi. Bicaranya selalu to the po...