010. Kurang Darah

523 75 76
                                    

Nico baru saja selesai membeli minuman kedelai. Ya, kalian tahu jika Nico sangat peduli dengan kesehatan. Sama seperti kakaknya Alfa, Nico juga tidak sembarang jajan di kantin sekolah. Niat awal Nico setelah selesai membeli minuman adalah ingin cepat pergi ke kelasnya karena ulangan Pak Jemmy guru Bahasa akan segera di jam setelah istirahat pertama.

Niat Nico melebur dan hilang seketika, ia melihat Bella yang pergi meninggalkan Salma yang duduk di kursi tempat makan para murid atau tempat mereka kumpul untuk mengghibah diselingi dengan makan gorengan Pak kumis pemilik kantin itu.

Dengan senyum simpulnya, Nico berjalan menuju tempat Salma berada. Nico sudah merancang semuanya, ia ingin mencoba mendekati cewek yang selalu menabraknya minggu-minggu lalu itu. Sulit dipungkiri kalau memang Nico penasaran dengan Salma saat mereka bertemu kedua kalinya saat di minimarket.

Jika pertemuan pertama Nico dan Salma saat itu di cafe, Nico malah paling mengingat bagaimana Salma menabraknya di minimarket. Dengan tangan yang di penuhi makanan ringan dan dua botol minum, Salma terlihat menggemaskan.

Nico melewati kerumunan murid-murid yang berdesakan, tanpa pikir panjang, Nico langsung mendaratkan bokongnya berhadapan dengan Salma. Nico bisa melihat dengan jelas bagaimana reaksi Salma meski itu lewat ekor matanya, antara malu atau apa Nico membuka suara. "kenapa lo natap kayak gitu?"

"Aneh aja," jawab Salma asal dan Nico  langsung menatapnya.

Tanpa pikir panjang, Nico membuka suara lagi. "Muka gue aneh?" Nico terus menatap wajah Salma.

"Ah, nggak lo ganteng," Salma tidak menyadari itu akan membuat senyum Nico tercetak, tapi bukan berarti ia memperlihatkannya. Nico menahan bibirnya agar tetap terlihat cool, bukan cari perhatian dengan gaya cool, tapi Nico memang tidak suka memperlihatkan senyumannya. Padahal dengan tersenyum, Nico akan terlihat berkali-kali lebih tampan.

"Eh," cicit Salma, ia kemudian menutup mukanya dengan kedua tangannya. Ternyata semenyenangkan ini mengerjai Salma. Nico tidak membuka suara lagi, ia melihat bagaimana Salma yang salah tingkah dibuatnya.

Merasa sudah cukup puas, Nico pergi tanpa suara kepada Salma. Nico yakin, pasti cewek itu sedang menatap punggungnya saat ini.

***

Bella datang menghampiri Salma dengan membawakan susu kotak rasa vanilla. "Salma, gue bawain ini buat lo," Bella kemudian mendaratkan bokongnya di tempat dimana Nico tadi duduk.

Salma tidak memperhatikannya, ia tetap pada pikirannya tadi. Nico menghampirinya, mengajaknya bicara, dan parahnya lagi Salma mengakui jika ia tampan.

"Sal, lo kenapa?" tanya Bella

"Hah?" tanya Salma tersadar pada lamunannya.

Bella berdecak sebal. "Ck, lo mikirin apaan sih? jangan bilang lo mikirin Paman cendol di pertigaan komplek Nico yang hobi ngerayu itu," Bella mengerucutkan bibirnya dan di balas tatapan oleh Salma, Nico lagi, apaan sih mimpi gue semalam?

"Tadi lo ngomong apa La?" tanya Salma kepada Bella yang pura-pura merajuk.

"Nggak ngomong apa-apa," cicit Bella kepada Salma.

Salma menyipitkan matanya menatap Bella. "Bohong."

"Nih gue bawaiin susu kesukaan lo, selain coklat putih. Lo pasti suka susu vanila kan?" Bella menyodorkan susu dari posisinya semula dan sekarang mendekat dan menempel di lengan Salma.

"Oh, makasih Bella," Salma mengambilnya dan dengan cepat membuka kemasan tersebut.

"Lo udah samperin Reza?" tanya Salma.

"Udah," jawab Bella santai. Bella memperhatikan Salma, ada yang berbeda dengan temannya yang satu ini. "Muka lo pucat gitu kenapa?"

Salma menyentuh wajahnya, bukannya merah ya?

"Sal, lo jawab napa," Bella terus memandangnya dan di balas anggukan kepala dari Salma.

"Kurang darah gue hari ini La," jawab Salma asal, lebih tepatnya asal Bella tidak membahas apa yang baru saja terjadi pada dirinya.

"Lo anemia? astaga Salma, perasaan zat besi lo nggak pernah kurang tuh," tanya Bella tidak percaya, perasaan Salma bukan orang yang seperti itu. Bagaimana bisa Salma anemia sementara sehari-hari cewek itu selalu aktif dari dirinya, jelas itu hal yang aneh bukan?

"Hah, anemia apaan?" tanya Salma tidak mengerti.

Bella menjitak kepala sahabatnya itu, masa Salma tidak mengetahui anemia. Sementara anemia sudah sangat umum terjadi. "Gini ya Sal, lo bilang lo kurang darah. Nah, kurang darah itu namanya anemia? lo anak Mipa bukan sih?" sindir Bella geram dengan Salma yang masih tidak mengerti.

"Oh," balas Salma pura-pura jutek, padahal ia sudah sangat puas mengerjai Bella.

Jujur, bukan hanya menjaili Bella, Salma sebenarnya memang tidak mengerti apa perbedaannya naik darah atau kurang darah. Apalagi anemia? oh yang benar saja, meskipun Salma anak Mipa, tetap saja itu sulit untuk dipelajari bagi Salma.

"Lo jadi pulang bareng Reza?" tanya Salma basa-basi dan dengan cepat dibalas anggukan kepala dari Bella.

"Lo gimana, naik angkot lagi?" tanya Bella sedikit bersalah.

Salma mengangguk. "Santai aja."

"Gimana kalau lo bareng Nico, tenang aja. Dia nggak ngebut kok bawa cewek, buktinya gue."

Salma berpikir sejenak. Nico? adakah paman angkot yang lebih ganteng buat alasan gue pulang naik itu aja dari pada bareng Nico?

"Aaa, kayaknya nggak deh La, gue naik angkot aja," tolak Salma secara halus.

Bella menggeleng. "Nggak-nggak, paman angkot mana yang lebih ganteng dari Nico, kenapa lo nolak? cewek-cewek lain udah pasti seneng banget kalau Nico nganterin pulang. Lo tau nggak, waktu pertama Nico masuk gerbang sekolah, terus nginjekin kakinya di tanah sekolah ini aja cewek-cewek udah pada ngelirik dia tau," Bella mendramatiskan ekspresi wajahnya.

Salma kikuk, bagaimana ia menghindar? Apalagi teman bicaranya Bella. Salma memang tidak bisa kalah dalam berbicara, tapi langit yang tinggi pun akan ada lagi langit yang jauh lebih tinggi dari yang sebelumnya kan?

Salma mendengus pasrah kemudian menganggukan kepalanya, ia tidak habis pikir bagaimana jadinya nanti ia dan Nico semotor, pulang bersama. Ah, memikirkannya saja membuat Salma malu sendiri.

***

"Nico, Nico. Sini!" Bella memanggil nama Nico dengan nada teriak di koridor kelas. Saat Bella dan Salma selesai menghabiskan minumannya, mereka langsung kembali ke kelas meski jam istirahat masih banyak.

Nico yang tadinya sibuk mengobrol dengan teman-temannya sekarang mengalihkan pandangannya kepada Bella. "Apa?" tanyanya.

"Lo balik sama Salma ya, kasian Salma. Tiap hari di rayu sama Om-Om angkot."

Nico melirik sekilas ke Salma, ternyata cewek itu masih malu kepadanya. Tanpa pikir panjang, Nico langsung menggukan kepalanya dan disambut dengan cengiran Bella.

Mungkin dengan ini, Nico bisa mengikis sedikit kecanggungan antara ia dan Salma. Jujur, entang mengapa Nico selalu penasaran dengan pribadi Salma yang ada di sebelah Bella ini. Awal pertemuan pereka tanpa disengaja, yang kedua Salma menabraknya lagi. Nico ingat betul bagaimana gugupnya Salma melihat bekas liptinnya tertempel di baju Nico dan bagaimana Nico mengganti pakaiannya dengan warna lain saat bertemu kembali.

TBC.

PENDEK YA, CERITA INI EMANG RUMIT, KAYAK AKU DAN DIA 😌

Love&Friendship | L&FTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang