Sebelum baca bayar dulu, bayar dengan vote&komen. Vote aja nggak papa kok, soalnya aku baik ☺
Setelah ditinggal Reza, Salma sendirian menghadapi Indah dan Yatri. Salma melangkahkan kakinya ingin keluar kelas dan tidak ingin menghadapi dua orang itu. Langkahnya berhenti di ambang pintu ketika mendengar keduanya membicarakannya.
"Eh, siapa ya... Yang ngomongin temannya sendiri, bikin cerita yang nggak jelas. Lo tau nggak Tri itu siapa?" tanya Indah kepada Yatri. Itu adalah sindirian untuk Salma tapi Salma tidak tahu apa-apa tentang arah pembicaraan mereka itu.
"Tau lah, kata munafik sih lebih pantas buat tuh orang. Eh, atau kita menggilnya cewek munafik aja deh buat seterusnya, cocok banget soalnya."
"Kasian ya yang mau temenan sama dia, nasibnya bakalan sama kayak kita nanti. Gue yakin dah tuh,"
Salma menghembuskan napasnya jengah, ia harus pergi dari kelas. Ia mulai ngerti apa yang mereka bicarakan, terserah mereka mau bilang apa. Toh, itu semua tidak benar.
Ngomongin teman sendiri? Hah!? Serius? Ngomongin orang aja Salma ogah, buang-buang waktu. Mending beli coklat batang di minimarket.
Ngomong-ngomong soal minimarket, Salma jadi teringat dengan Nico. bibirnya tertarik sedikit membentuk senyum kalau mengingat setiap waktunya bersama Nico, tapi kalau boleh jujur. Salma rada geli mengingat awal-awal mereka bertemu, ahh mengingat itu membuat wajah Salma memerah.
Salma keluar kelas, ia tidak tau mau kemana. Reza belum ada juga batang hidungnya, kalau mencari Reza Salma bingung mau kemana, waktu istirahat juga tidak lama lagi berakhir.
Salma bingung entah kenapa dalam sekejap saja teman-temannya seperti itu terhadapnya. Kenapa Bella berubah, Indah dan Yatri juga seperti itu. Kalau kejutan ulang tahun tidak mungkin, beberapa bulan yang lalu Salma ulang tahun. Ah, Salma geeran.
"Khmm." Seseorang membuyarkan lamunan Salma, hari ini Salma banyak melamun
Salma menoleh, matanya membulat dan hampir lupa berkedip.
"Ni-Nico?" Salma tidak percaya.
Nico mengedikan bahu dan mengangkat alisnya. Salma bahagia bertemu Nico karena ada sesuatu yang ingin ia ceritakan.
Salma menarik tangan Nico dan membawanya untuk duduk di tangga, penghubung lantai atas dan lantai bawah sekolah.
Jangan bilang kalau Salma lancang sudah berani pegang-pegang, Salma sudah akrab dengan Nico. Bisa dibilang begitu sih, soalnya Nico sudah mem-follback Salma dan membonceng Salma jadi Salma anggap itu akrab.
Salma terlihat ceria, terlihat dari pancaran mata dan senyummannya.
Nico melihat itu dengan jelas ketika mereka berdua sudah duduk di tangga."Lo tau nggak?" tanya Salma antusias.
"Apa?" tanya Nico lagi.
"Gue, udah bantuin mama di rumah loh."
"Terus?"
"Gue bantuin mama nyuci piring, bantuin mama jemur pakaian, bantuin ngangkat galon-"
"Emang lo bisa ngangkat galon?" tanya Nico terlihat tidak yakin, mengingat postur tubuh Salma seperti itu, tapi tidak tahu dengan tenaganya.
"Iya, lo nggak percaya? Itu sebenernya tugas Revan tapi karena gue kelewatan semangat buat bantuin mama jadi gue angkat tuh galon. Terus lo tau nggak? Gue juga bantuin mama masak loh, astaga tangan gue sampe kena minyak panas. Nih-nih, lo liat tangan gue." Salma menunjukan tangannya, ada luka kecil di sana.
Nico diam, sebenernya apa motivasi Salma buat cerita semua pekerjaan rumahnya ke Nico. Apa hubungannya?
"Sal," panggil Nico.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love&Friendship | L&F
Teen FictionFOLLOW DULU ^^ Salma seorang sahabat sekaligus kekasih bagi Reza, meskipun ia tidak menyatakan cintanya tetapi lewat sikap yang ia berikan sudah cukup untuk pembuktian jika ia menyukai Salma. Nico cowok yang Salma kagumi. Bicaranya selalu to the po...