016. Si Pinggang Encok

372 31 19
                                    

Rapat guru berakhir, tidak terasa jam pulang menanti. Salma dan Reza saling senggol baik itu badan maupun lengan, mereka berdua sedang bercanda ria di koridor kelas.

"Eh, balik nanti lo tambahin duit gue ya buat beli bensin,"

"Hah? enak aja. Kan lo yang ngotot bawa gue balik, tanggung sendiri lah. Mana rumah nggak searah lagi." Sambar Salma, cewek yang lumayan pehitungan.

Reza tertawa mendengarnya, sudah biasa seperti ini. Di setiap saat dan waktu, Salma sangat menghargai yang namanya uang alyas tidak boros.

"Ngapain lo cengir-cengir?" tanya Salma tidak mengerti dengan tingkah sahabatnya ini.

"Nggak, gue cuma keinget aja waktu lo nawar harga mie goreng kantin plus telor jadi tiga ribu. Padahal harga aslinya lima ribu tau," Reza mencengir menatap Salma.

"Emang kenapa? lumayan kan dua ribunya. Jadi gini ya Za, kita tuh harus hemat sama duit. Nyari duit itu susah,"

"Itu-tuh bukan hemat. Palit tau nggak," Reza menyontol kepala Salma dengan telunjuknya pelan.

"Aduh," Salma pura-pura meringis, padahal sontolan Reza tadi tidak ada rasanya sama sekali.

"Jangan alay deh, cepetan beresin barang-barang lo. Bentar lagi bel pulang," Reza meninggalkan Salma ketika sampai di kelas, ia pergi ke mejanya membereskan barang-barangnya juga.

"Oke." Salma mematuhi apa yang Reza perintahkan kepadanya.

Mereka berdua sudah selesai membereskan barang-barangnya, jika kalian bertanya kemana murid yang lain. Murid yang lain sudah keluar kelas semua, bel pulang berbunyi lima belas menit yang lalu.

Berarti mereka berdua membereskan barang-barangnya lebih dari lima belas menit? tidak, Reza menunggu piket Salma.

Tadi disaat bahagia-bahagianya Salma melupakan jadwal piket, Reza meingatkannya dengan itu. Ekspresi muka Salma berubah jadi kesal, dasar Salma. Selalu melupakan kewajibannya, dan Reza. Selalu meingatkannya akan itu.

Jika mereka berdua menjadi pasangan lebih dari sahabat. Mungkin itu sangat serasi, benar bukan?

"Lo tuh nggak bisa deh kayaknya liat gue bahagia dikit aja," cerocos Salma sambil menyapu ruangan secara tidak ikhlas.

"Apanya? gue ingetin lo sama kewajiban lo kok, itu doang," Reza membela diri. Tangannya yang kanan menggenggam ponsel dan satunya memegang serokan sampah untuk Salma.

"Bisa nggak gue skip sekali aja jadwal piket gue?" tanya Salma kepada Reza.

"Nggak."

"Plis, ya. Boleh ya?" Salma memelas ke Reza.

"Nggak boleh sayangku, cintaku, baby ku." Reza memaksakan senyumannya kepada Salma. Sedangkan Salma hanya membalasnya bedecih.

Maklum, Reza adalah seksi kebersihan kelas. Jadi, ini sudah menjadi kewajiban Reza. Sedangkan Salma, cewek itu sudah sifatnya begitu. Malas memasak plus malas beres-beres.

"Loh Sal, pelan-pelan dong nyapunya. Itu dabunya kemana-mana," Reza memberi nasehat kepada Salma ketika Salma menyapu dengan sangat cepat.

"Biarin, biar cepet beresnya." Salma malah membercepat lagi sapuannya.

"Itu-itu masih ada yang ketinggalan," tunjuk Reza ke arah yang Salma lewati.

"Cih," mau tidak mau, Salma mengulangnya lagi.

"Nah gitu dong, kan jadi sayang." Reza mencengir.

"Sayang-sayang pala kau," Salma menyambar.

Selesai menyapu. Barulah mereka menuju keparkiran untuk pulang.

Love&Friendship | L&FTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang