Drei

2.6K 335 24
                                    

***
Drei : sick
***

Sinar matahari menyelinap memasuki kamarku, sinarnya tak sengaja menerpa wajahku hingga aku terbangun. Berusaha bangkit dari tidur, tapi rasanya sangat sulit. Kepalaku masih saja terasa berdenyut dan berat, membuka mata pun sulit rasanya.

Tapi, tunggu sebentar.

Bagaimana bisa aku berada di kamarku? Seingatku terakhir kali aku masih berada di kampus.

"Apa aku..." aku segera mengambil termometer digital yang selalu aku simpan di nakas sebelah ranjangku.

Memasukkan termometer itu pada mulutku dan menunggu hingga bunyi kecil terdengar dari benda pengukur suhu itu.

Pip!

Mendengar bunyi itu, aku ambil kembali termometer tersebut dan melihat berapa suhu tubuhku.

38° celcius.

"Damn, I have a fever" rutukku.

Tamatlah riwayatmu Yeri, jika Jaemin tau ia pasti akan menceramahimu panjang kali lebar.

Tok tok tok

Terdengar seseorang mengetuk pintu kamarku, aku langsung terpikir itu Jaemin yang mengetuk pintu.

"Who?" Tanyaku.

"Ini aku Elyna, boleh aku buka pintunya nona?" Syukurlah ternyata bukan Jaemin, melainkan Elyna yang menjabat sebagai maid serta pengasuhku.

Tapi kenapa Elyna disini? Bukankah aku menyuruhnya ke rumah setiap akhir pekan?

"Of course Elyna, masuklah" balasku.

Tak ada sahutan lagi, tapi aku dapat melihat pintu terbuka dan memperlihatkan wanita paruh baya yang memasuki kamarku.

"Sudah bangun nona? Bagaimana perasaanmu sekarang?" Tanya Elyna seraya membuka tirai jendela, membuat cahaya matahari sepenuhnya memasuki kamarku.

"Aku baik-baik aja Elyna, kenapa kamu datang hari ini? Ini bukan akhir pekan kalau kamu lupa." tanyaku.

"Tuan Na yang menyuruhku kesini nona, semalam ia mengantar nona pulang dengan kondisi nona yang pinsan. Nona sepertinya demam," jawab wanita paruh baya itu.

"I have no fever Elyna" elakku yang sudah jelas berbohong.

"You have a fever"

Deg

Itu jelas bukan suara Elyna, karna suara itu berasal dari daun pintu kamarku. Aku refleks menoleh dan mendapati Jaemin dengan wajah flat nya, sungguh aku takut saat ini.

"Aku nggak demam Na, serius!" Elakku lagi.

Bukannya membalas, ia mendekatiku dan berdiri di hadapanku.

"Termometernya."

"Ha?"

"Termometer di tanganmu, berikan." ujar Jaemin lebih jelas.

Aku tak mengindahkan ucapannya, memilih menunduk dan menatap termometer itu.

"Yeri..." panggilnya.

"Elyna..." aku malah menatap Elyna dengan tatapan memohon pertolongan.

"Just give miss" ujar Elyna yang sekarang malah mendukung Jaemin.

Aku diam cukup lama, sampai akhirnya dengan amat sangat terpaksa menyerahkan termometer itu ke tangan Jaemin.

Tak ada sepatah kata apapun yang aku dengar setelahnya, hanya helaan nafas yang terdengar dari mulut Jaemin.

"Elyna, tolong buatkan bubur dan bawakan obat demam juga." pinta Jaemin pada Elyna.

Cold [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang