vierunddreißig

977 135 4
                                    

***
vierunddreißig : Hello Berlin!
***

"Mah, Yeri pamit ya? Mama sama papa jaga kesehatan" pamitku.

"Iya sayang, kamu juga baik-baik disana ya. Jangan banyak pikiran dan jaga kesehatan" balas mama.

Aku mengangguk, setelah memeluk kedua orang tuaku, aku beralih memeluk Chenle.

"Kakak pergi ya Le, kamu yang rajin belajarnya. Jangan main ama Jisung terus" ujarku.

"Iya kak, kakak hati-hati ya nanti. Jangan lupa Yemin nya di rawat, kenapa juga Yemin harus dibawa? Kan aku bisa jagain disini"

"Nanti kakak kesepian kalau sendiri disana" balasku.

"Ye Eun..." panggil pada si kecil Kim itu, daritadi dia hanya diam di gendongan kak Jennie.

"Ye Eun nggak mau peluk kak Yeri dulu? Pesawat kakak bentar lagi mau take off loh" ujarku.

Ye Eun bergeming, pandangannya masih saja tak terfokus padaku.

Aku menghela nafas pelan, kemudian melangkah mendekati kak Jennie. Kudekatkan kepalaku pada Ye Eun, ternyata dia menangis.

"Loh, kok Ye Eun nangis?" Tanyaku.

"Kak Yeli janan pelgi huaaa" jawab Ye Eun dan malah menambah tangisannya.

"Kakak kan disana kerja Eun, lagian dulu kan Ye Eun tinggal di Amsterdam tanpa kakak. Kok sekarang jadi nangis?"

"Pokona Ye Eun ndamau kakak pelgi" renggutnya.

"Nanti kakak sempetin kesini kok ya"

"Janji?"

"Iya janjiii" balasku.

"Udah Yer? Bentar lagi pesawatnya berangkat" ujar Lucas padaku.

"Iya udah, yaudah mah, pah Yeri berangkat dulu" pamitku lagi.

"Iya gih sana, Cas jagain Yerinya ya" kata mama.

"Iya ma, Lucas pamit ya mah, pah" balas Lucas.

❄❄❄

Berlin, 11:03 PM

Aku dan Lucas akhirnya sampai di Berlin, kami buru-buru ke apartement karna aku maupun Lucas sangat lelah saat ini.

Jangan berfikiran aneh, aku dan Lucas tidak tinggal bersama. Kami masih di satu gedung apartement, tapi di unit yang berbeda walau tetap tetanggaan.

Sampai di apart, Lucas membantuku membawa koper ke unitku. Awalnya aku menolak karna Lucas terlihat saat kelelahan, tapi nyatanya pria itu tetap kekeuh menolong.

"Tarok disini aja Cas, aku rapiin besok" ujarku.

"Yaudah"

"Kamu balik gih ke apart kamu, tuh liat matanya udah sayu gitu"

"Iya, aku ke apart ya? Kalau ada apa-apa kabarin" kata Lucas sebelum pria itu meninggalkan apartement ku.

"Iya, gute nacth Cas"

"Too"

Multilingual memang pria itu.

❄❄❄

Paginya, aku terbangun dengan terpaan sinar matahari di wajahku. Perlahan tanganku meraih benda tipis diatas nakas, mengaktifkannya dan tertera banyak notifikasi disana.

Xiaojun (2) : jangan lupa sarapan
Mum-♡ (5) : semangat ya sayang...
Dad-♡ (1) : udah bangun?
Chaeengg (2) : i see him in France

Dan masih banyak lagi notifikasi, aku pun membalasnya satu persatu. Tapi, ketika ingin membalas pesan Chaeyoung, aku berhenti karena mendengar suara pintu unit ku terbuka.

Siapa yang bertamu pagi ini?

Akupun melangkah menuju ruang tamu, tapi tak kutemui siapapun disana.

Puk

Kurasakan sebuah tangan besar bertumpu di puncak kepalaku, aku pun berbalik dan mendapati Lucas yang sudah terlihat rapi.

"Guten morgen" sapanya.

"Ck, ngagetin aja" kesalku dan dia hanya terkekeh.

Seharusnya aku tak usah takut tadi, toh ini apartement dan yang tau kunci apart ku hanya aku dan Lucas, begitupun sebaliknya.

"Gih mandi, aku mau ngajakkin sarapan di luar nih. Sekalian beli keperluan yang lain" titah pria itu.

Aku hanya mengangguk dan meninggalkannya sendiri di ruang tengah, aku bergegas membersihkan diri karna takut pria Wong itu menunggu lama.

Beberapa menit setelahnya, aku sudah siap dengan baju kaos putih, jacket denim, dan juga celana jeans panjang.

"Ayo" seruku ketika keluar kamar.

Lucas mengangguk dan berdiri dari duduknya, kemudian kami bergegas ke basement tempat mobil Lucas terparkir.

Entahlah, aku tak tau kapan pria itu menyimpan mobilnya disana. Terserah tuan direktur saja.

Lucas membawaku ke salah satu restoran prancis, padahal rencanaku ingin makan makanan khas jerman.

Kalau begitu kenapa dia tidak mengajakku menetap di prancis saja?

"Saya pesan beef burguignon satu ,Confit de canard satu ,Soupe a l'oignon satu, dan Creme brulee satu. Untuk minumannya cukup americano saja" ujarnya pada seorang pelayan.

"Baik, mohon menunggu sebentar" setelahnya, pelayan itu pergi.

"Kenapa banyak banget? Kita lagi breakfast bukan lunch, seharusnya kamu pesen Soupe a l'oignon aja" tanyaku.

Aku cukup terkejut ketika dia memesan makanan sebanyak itu, ditambah rata-rata pesanan Lucas itu cocok untuk lunch daripada untuk sarapan.

"Aku lapar" ucapnya santai.

Aku hanya mendengus, gagal sudah untuk aku menjaga pola makanku.

"Kenapa sebel gitu? Biasanya kamu makan apa aja yang aku pilih, kan kamu omnifora Yer" ujarnya dengan santai.

"Aku lagi jaga pola makanku Cas, aku gamau makan banyak gitu--"

"Buat apa? Mau diet? Mau kurus kayak model-model Paris?" Tanya Lucas dan itu membuatku terkejut.

"B-bukan" sial, kenapa jadi gugup gini?

Lucas menyandarkan bahunya dan kudengar dia menghela nafas berat, "yer, kamu udah cukup kurus karna depresi. Sekarang waktunya kamu ngisi kebutuhan tubuh kamu lagi, kamu nggak perlu diet atau sejenisnya. Kamu cantik gimanapun keadaan kamu, be yourself please?"

Aku terdiam sesaat, jujur saja saat ini jantungku berdetak tak sewajarnya.

"Janji ke aku, jangan diet-dietan ya?" Pintanya.

Aku terdiam sebentar, kemudian mengangguk pelan.

"Kita udah nggak di Korea lagi, kita udah di negara baru. Dan aku harap kamu punya kehidupan baru disini, dengan aku yang jadi pemanis di hidupmu"

Andai saja aku sanggup, ingin rasanya aku menanyakan pada Lucas--

"Cas, sebenernya kita ini apa?"

TBC

Jangan lupa kasih bintangnya :)

Cold [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang