neunundzwanzig

1K 144 22
                                    

***
neunundzwanzig: I'm Sorry
***

"Atas dasar apa kalian malah marah padaku wahai para readers terhormat?"
-Jaemin.

"Kesyen tuan muda Na disalahin"
-teteh author nan kiyowo

****

Author's POV

Sepeninggal Yeri, Jaemin tentu tak membiarkan gadis itu pulang dengan kondisi seperti itu. Pria bermarga Na itu mengikuti taxi yang ditumpangi Yeri hingga sampai di rumah maha luas milik keluarga Kim.

Yeri turun dari dalam taxi itu, masih dengan tangisan yang belum memberikan tanda berhenti untuk menetes. Jaemin juga langsung memarkirkan mobilnya dan mengejar si cantik yang sudah masuk duluan kedalam rumah.

"Kak Yeri? Kenapa kakak nangis?" Tanya Chenle yang sebelumnya duduk bersantai di halaman rumah bersama Doyoung.

Yeri tak membalas, ia langsung saja masuk kedalam rumahnya. Tak berselang lama, Jaemin dengan nafas tersenggal berhenti di teras rumah.

"Udah Chenle duga, ini semua karna kak Jaemin kan?!" Chenle yang tersulut emosi, tanpa aba-aba menarik kerah Jaemin.

Bugh!

Satu pukulan lolos di wajah pria itu, satu pukulan yang Chenle berikan padanya.

"Bukannya saya udah bilang ke kakak? Jangan bikin satu tetes air mata pun jatuh di pipi kak Yeri! Dan kakak janjikan itu ke saya! Tapi apa? Bahkan nggak cuman satu tetes air mata yang jatuh, tapi mungkin aja udah puluhan tetes air mata yang jatuh dari mata kakak saya!" Bentak Chenle, tak peduli bahwa Jaemin itu lebih tua darinya.

"Chenle udah! Dengan kamu kayak ini nggak bisa ngebalikkin keadaan!" Ujar Doyoung tegas.

Perlahan Chenle melepaskan cengkramannya dari Jaemin, sedangkan pria itu hanya pasrah dengan lebam di wajahnya.

"Jerk!" Umpat Chenle dan masuk kedalam rumah dengan tangan terkepal.

Doyoung sedikit terkejut, Chenle tak pernah semarah itu sebelumnya.

"Hhh... ayok duduk dulu, obatin luka kamu dulu" ajak Doyoung pada Jaemin.

Jaemin menunduk, pria itu kemudian menurut.

"Kakak udah tau semuanya,  bagaimanapun nggak ada yang bisa dibela dan disalahkan disini. Pilihan kamu itu benar dan salah dalam waktu yang bersamaan" ujar Doyoung diselingi tangannya yang mengobati luka lebam diwajah Jaemin.

"Maafkan saya kak..." lirih tuan muda Na itu.

"Nggak ada yang perlu kakak maafkan disini"

"Tapi saya sudah menyakiti hati Yeri"

"Itu udah takdir"

Jaemin terdiam, perasaan dan kondisinya kini tengah berantakkan.

"Maaf kakak nggak bisa bantu apa-apa dalam masalah kamu, kakak nggak mau ikut campur karna kalian masing-masing udah dewasa. Tapi kakak bisa jagain Yeri disini, kakak paham betul yang kamu takutin adalah kejadian yang lampau keulang lagi kan?" Sahut Doyoung.

Jaemin mengangguk samar, kembali menghela nafasnya.

"Sebenernya kakak juga cemas sama hal itu, tapi semoga aja itu nggak terjadi lagi"

❄❄❄

Hari-hari berikutnya yang Yeri lalui semakin buruk dan buruk, baik hati dan fisiknya sama-sama hancur. Berkali-kali gadis itu menguatkan diri dan hatinya, tapi rasanya percuma karna rasa sakit itu semakin dalam.

Yeri lebih banyak berdiam diri, sebagian besar dari harinya gadis itu habiskan dengan mengurung diri di kamar. Entah sudah yang keberapa kali ia meneteskan air matanya, hatinya masih begitu sakit saat ini.

Yeri juga tak mengizinkan orang lain masuk kedalam kamarnya, tak terkecuali orangtua dan saudaranya. Kecuali Chaeyoung, hanya Chaeyoung lah yang Yeri izinkan masuk ke kamarnya.

"Mau sampe kapan kamu kayak gini terus? Semuanya nggak bakalan berubah kalau kamu kayak gini Yer" ujar Chaeyoung pada Yeri yang berada di pelukkannya.

Tak ada balasan dari Yeri, gadis itu hanya menangis dan menangis.

"Yer, lihat aku coba" Chaeyoung menangkup wajah sembab sahabatnya itu.

"Kamu harus bisa bangkit, masih banyak cowo lain diluaran sana. Jangan kayak gini terus, aku dan yang lain khawatir sama kamu yang kayak gini. Kita semua sayang kamu Yer, ayo bangkit! Aku yakin Jaemin milih keputusan ini karna itu yang terbaik" jelas gadis bermarga Son itu.

Yeri terdiam, tapi tak dapat dipungkiri bahwa tangannya bergemetar. Chaeyoung diam-diam memperhatikan gerak gerik Yeri yang ketara seperti orang yang ketakutan.

"Kamu tidur ya Yer? Udah malem, jangan nangis lagi" Chaeyoung mengusap pelan surai coklat sahabatnya itu, kemudian membantu Yeri tidur.

"Aku harap kamu bisa lebih baik di hari esok" Chaeyoung kemudian menutup pintu kamar Yeri.

Diluar kamar, Irene dan Suho--orang tua Yeri--sudah menunggu Chaeyoung, ditambah dengan pasustri muda Doyoung dan Sejeong.

"Gimana Chae?" Tanya Irene khawatir.

"Kita harus nyiapin psikiater dari sekarang" ujar gadis itu.

Semua yang ada di ruang tamu mengernyitkan dahinya.

"Waktu aku bilang kalau kita semua sayang sama Yeri, tangannya gemeteran dan dia kayak takut gitu"

"Jangan bilang..." ucapan Irene tertahan.

"Aku nggak mau menerka-nerka, cuman aku takut kalau itu bener-bener terjadi..."

"...aku takut Philophobia Yeri balik lagi"

TBC
Philophobia itu sejenis phobia yang pasiennya takut mencintai atau dicintai

Jangan lupa ninggalin jejak!!

Cold [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang