Sechs

1.9K 243 6
                                    

***
Sechs : Can I?
***

Aku terkekeh kala melihat kelinci-kelinci kecil dihadapanku makan dengan lahap, walau sebagian dari mereka mendapatkan luka di tubuhnya. Rasanya sedih bercampur senang.

Sedih karna melihat kondisi mereka dan senang karna melihat mereka yang makan dengan lahap.

"Kalian kuat ya, masih bisa bertahan walau aku yakin itu sakit banget" gumamku.

Mataku tertuju pada seekor kelinci dengan bulu putih bersih, proporsi tubuhnya pun bagus tidak seperti yang lainnya.

Aku tersenyum miris kala melihatnya, tak terbayang nanti tubuhnya akan mendapatkan luka seperti yang lain.

"Disini rupaya, kenapa tidak masuk ke labor?" Itu suara Jaemin, pria yang juga memiliki urusan yang sama denganku.

"Aku lebih suka lihatin kelincinya daripada kerja di labor" jawabku.

"Yang bertugas memeriksa kelinci ini Changbin, bukan kamu" balasnya.

"Aku sama Changbin ganti tugas, dia yang nyiapin labor. Udahlah kamu jangan ngomel mulu, mending temenin aku sini nge cek kelincinya" titahku dan langasung menarik lengan pria itu.

Jaemin berjongkok di sebelahku, menatap kelinci itu dengan datar.

Huh aku curiga pria ini tidak bisa mengekspresikan emosionalnya, lama-lama aku bawa juga dia ke Sooyoung yang notabenya anak jurusan psikologi.

"Na lihat deh! Kelinci yang itu mirip--"

"Bukan mirip saya" sangkalnya.

"Idih geer banget, ya emang bukan mirip kamu lah! Orang dia mirip kak Doyoung" ujarku sedikit kesal karna tuan muda Na ini terlalu percaya diri.

"Jadi maksudmu kelinci itu seperti kak Doyoung?"

"Iya, gigi nya mirip"

"Yakinlah kala kak Doyoung mendengarnya, ia akan menjitak dahimu"

"Emang kak Doyoung sekejam kamu?" Ledekku dan Jaemin hanya diam menatap lurus ke arah kelinci itu.

Omong-omong tentang kak Doyoung, dia adalah kakak sepupuku. Berprofesi sebagai CEO di salah satu perusahaan terkenal di Vancouver, juga pemegang gelar kelinci galak di keluargaku.

Gelar resmi dariku tentu saja.

"Kasihan ya Na" sahut ku random.

"Kasihan karena apa?" Tanya pria itu tanpa menoleh ke arahku.

"Kasihan banget mereka semua, jadi kelinci percobaan untuk kepentingan manusia" jawabku.

"Kamu manusianya"

"Kamu juga ih!" Kesalku.

Jaemin terkekeh, hal yang pria ini sangat jarang lakukan.

"Tapi aku juga kagum sama mereka, mereka kuat. Mereka tetep aja bertahan walau tubuhnya hampir semua cacat, bulu halus di tubuh mereka pun sebagian rontok karna percobaan itu" sahutku lagi.

"Itu sudah takdir mereka"

"Tapi nggak adil Na, kasihan di merekanya. Aku juga setiap jadiin mereka kelinci percobaan selalu sedih, sampai-sampai--"

"Sampai-sampai berencana untuk menyembunyikan kelinci itu di dalam tas mu agar bisa kamu bawa pulang" potong pria ini lagi.

"Pengen marah tapi memang bener" balasku pasrah.

"Pemanfaatan hewan itu banyak jenisnya, termasuk untuk percobaan. Apalagi untuk produk kosmetik yang selalu kamu pakai itu, sebelum sampai di wajahmu, produk kosmetik itu di uji cobakan dahulu ke hewan sebagai penentu aman atau tidaknya produk itu. Sudah takdirnya begitu, kita tidak bisa menghalaunya" jelas Jaemin panjang lebar.

Cold [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang