{Part ini belum di revisi. Bila ada kesalahan kata mohon diingatkan}.
Alunan-alunan biola itu seperti Aldy.
Terus mengalun dengan pelan, kadang berisik, namun begitu mengesankan bagi Meera.~Meera & Aldy~
™
Bel berdering kencang begitu berganti jam pelajaran ke empat. Pak Adam yang sedang mengisi kelas Meera dan Aldy akhirnya keluar setelah merapikan beberapa buku tebalnya.
Meera melirik Aldy yang masih menutup wajahnya dengan lipatan kedua tangannya diatas meja. Meera sudah mulai tau dan terbiasa dengan kebiasaan yang di lakukan laki-laki di sebelahnya ini sehingga sudah tidak asing lagi jika melihat Aldy terlelap di kelas.
"Mee," panggil Alvin. Seketika Meera langsung menatap Alvin dengan kedua alis terangkat.
"Lo suka gak sama Aldy?" tanya Alvin yang mungkin terdengar konyol di telinga Meera. Selama ini dan selama hidupnya bahkan Meera tak pernah memikirkan hal untuk menyukai seseorang hingga saat di tanya seperti itu oleh Alvin terdengar begitu asing.
Meera hanya menggeleng sebagai jawaban. Alvin beralih menatap Aldy yang sudah terlelap lalu menatap Meera lagi, "Emang gak-"
"Pelajaran apa sekarang?" tanya Meera memotong ucapan Alvin agar tak terlalu jauh membicarakan soal perasaannya. Meera sedikit risih jika menyangkut soal perasaan, bagi Meera itu semua adalah kepribadiannya dan tak boleh ada yang tau seorangpun.
Alvin terlihat mengembuskan napasnya lalu melirik belakang bukunya, menatap jadwal yang tertulis disana, "Penjaskes."
Meera mengangguk lalu mengeluarkan earphone dari tasnya dan menancapkannya pada kedua telinganya. Sedangkan Alvin berbalik pada posisi sebelumnya.
Ternyata bener kata Aldy, Meera orangnya dingin dan irit banget ngomong. Batin Alvin sambil mulai memungut sisa makanan ringannya tadi sebelum jam pejaran ke empat.
"Assalamulaikum, anak-anak!" sapa Pak Renaldi yang tiba-tiba datang dengan gagahnya.
Meera langsung melepaskan earphonenya lalu melirik Aldy yang masih terlelap. Meera kembali menatap ke depan kelasnya memperhatikan Pak Renaldi yang sepertinya akan memberikan informasi.
Kedua tangan Meera tampak bergerak mengikuti pergerakan meja yang bergerak pelan karena Aldy yang menggeliat. Setelahnya, Aldy benar-benar terduduk dengan sesekali menutup mulutnya yang menguap.
"Jadi, begini anak-anak, Bapak merencanakan untuk pengambilan nilai pada materi renang, kita akan melaksanakannya di luar sekolah," ucap Pak Renaldi yang langsung mengundang sorak-sorai dari beberapa siswa dan siswi, begitupun dengan Aldy yang tampak sudah begitu segar karena mendengar praktik renang akan di laksanakan di luar sekolah.
"Mee, nanti lo ikut, gak?" tanya Aldy beralih menatap Meera. Namun, Meera hanya terdiam sampai Pak Renaldi kembali berbicara.
"Acaranya, akan di laksanakan lusa dan berangkat ke sekolah terlebih dulu baru ke tempat bersama-sama. Jadi, mulai sekarang persiapkan kesehatan, keperluan dan tentunya administrasinya untuk transportasi dan tiket masuk, ya!" ucap Pak Renaldi.
"Iya, Pak." jawab seisi kelas dengan serempak, hanya Meera saja yang terdiam.
"Baiklah. Bapak hanya akan menyampaikan itu dan kerjakan soal di buku paket halaman 204 karena Bapak ada keperluan sebentar. " titah Pak Renaldi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MeerAldy (On Going)
Teen FictionTanganku bergerak ragu membuka surat itu, lagi. Tapi tulisan itu selalu bisa membuat rinduku terobati akan sosoknya. Perlahan, senyumku terlihat menyedihkan kala menatap tulisan itu untuk kesekian kalinya. Dengan tinta hitam dan kertas menguning yan...