Kalau kita berteman, itu tandanya gak ada yang bisa misahin kita dan gak ada kata selesai dalam pertemanan kita...
Sekalipun ada kata kematian dalam setiap yang bernyawa.
~Meera & Aldy~
™
Bel istirahat berdering kencang di setiap penjuru SMA Galaksi, seketika pintu-pintu kelas yang awalnya tertutup rapat menjadi terbuka membelalak seperti memuntahkan siswa dan siswi yang terlihat penat akan pelajaran. Mereka bersorak gembira seolah sudah mendapatkan undian berhadiah mobil.
Aldy menaikkan alisnya sebelah menatap Meera yang terlihat sedang mencari sesuatu di kolong mejanya, "Nyariin apaan si lo?" tanya Aldy.
"Buku." jawab Meera tanpa menoleh. Masih sibuk mengacak kolong mejanya.
"Buku apaan? Buku tuh banyak macamnya Meera." gemas Aldy.
"Biologi."
Aldy mengangguk dengan mulut membulat lalu beralih mengambil rubik di kolong mejanya.
"Dy! Kantin kaga?" teriak Toni dari daun pintu kelasnya.
Aldy beralih menatap Toni, "Duluan aja. Entar gue nyusul," balas Aldy dengan nada yang cukup keras.
Toni terlihat mengacungkan ibu jarinya lalu berlalu keluar kelas bersama Satria, Alvin, dan Iwan.
"Duh, mana, ya?" lirih Meera seperti berbicara pada dirinya sendiri.
"Cari yang bener." celetuk Aldy.
Meera menoleh sinis menatap Aldy, "Komentar terus! Bantuin kek."
"Lo nya aja gak minta," ucap Aldy tanpa menatap Meera. Aldy masih terlihat fokus memainkan rubiknya. Meera memutar bola matanya malas.
"Kayanya ilang deh." lirih Meera lagi.
"Makanya, kalau punya barang dijaga." komentar Aldy lagi. Meera kembali menoleh menatap Aldy yang masih terlihat memainkan rubiknya.
Meera langsung berdiri dari duduknya lalu berjalan keluar kelas dengan langkah santai. Aldy langsung mendongak menatap punggung Meera yang sudah melangkah cukup jauh, "Ngambek, ya? Bisa ngambek juga orang Turki," lirih Aldy pada dirinya sendiri lalu mengikuti langkah Meera dengan langkah terburu-buru.
"Mee, jangan ngambek dong," ucap Aldy terdengar memohon saat sudah berjalan beriringan di lorong. Meera hanya diam.
Aldy mendesis sambil menggaruk kepalanya, memutar otaknya mencoba mencari cara agar Meera tak marah padanya.
"Mee, masa gitu doang marah sih? Gue, kan, cuma bercanda. Lo, kan, tau gue orangnya begitu," ucap Aldy masih membujuk Meera. Meera masih diam, mempercepat langkahnya mengarah ke perpustakaan.
Aldy membulatkan matanya menyadari arah tujuan Meera. Aldy buru-buru mencegat langkah Meera hingga Meera berhenti di depan Aldy dengan wajah yang sangat flat.
"Lo yakin mau ke perpustakaan? Bukunya aja belum ketemu, kan?" tanya Aldy. Meera memutar bola matanya.
"Minggir, Dy."
"Lo gila, ya! Lo sama aja masuk kandang buaya kalau gitu," ucap Aldy lagi. Meera kembali memutar bola matanya lalu kembali melangkah melewati tubuh Aldy dengan cuek. "Eh, malah ditinggalin lagi." gumam Aldy pelan lalu kembali berlari kecil mengikuti Meera.
"Mee, masa gitu doang ngambek sih?" ucap Aldy masih dengan merengek.
Sampai akhirnya, Meera berdiri tepat di depan meja petugas penjaga perpustakaan. Aldy ikut berdiri di samping Meera bagai cecunguk yang selalu mengikuti Meera kemana pun Meera pergi.

KAMU SEDANG MEMBACA
MeerAldy (On Going)
Teen FictionTanganku bergerak ragu membuka surat itu, lagi. Tapi tulisan itu selalu bisa membuat rinduku terobati akan sosoknya. Perlahan, senyumku terlihat menyedihkan kala menatap tulisan itu untuk kesekian kalinya. Dengan tinta hitam dan kertas menguning yan...