Meera itu apa, ya?
Kalau di ibaratkan, mungkin Meera itu permen yang sangat manis.~Meera & Aldy~
™
Aldy menatap rumah Meera lalu memantapkan langkahnya sambil menuntun sepeda gunungnya mendekat ke rumah Meera. Aldy memperhatikan rumah Meera yang selalu nampak sepi hingga beberapa saat sebelum akhirnya muncul Nandhy.
Nandhy tersenyum begitu menatap Aldy sudah ada di depan rumahnya. Nandhy berjalan mendekati gerbang.
"Selamat pagi, tante." sapa Aldy dengan sopan.
"Pagi, Aldy," ucap Nandhy sambil membuka gerbang rumahnya, "tumben bawa sepeda?" tanya Nandhy menatap sepeda gunung yang di bawa Aldy.
"Lho, kok tante tau saya baru kali ini bawa sepeda?"
Nandhy terkekeh, "Saya sering liat kamu melambai ke arah rumah ini, tapi tanpa sepeda ini." ucap Nandhy lalu melirik sepeda gunung Aldy lagi. Aldy terkekeh malu.
Ternyata, ibunya Meera suka liat gue. Haduh, betapa bodohnya! rutuk Aldy dalam hati.
"Eh, ngomong-ngomong. Meeranya udah siap berangkat tante?" tanya Aldy.
Nandhy menoleh ke belakang lalu menatap Aldy lagi, "Sebentar lagi juga keluar, kok."
Aldy mengangguk-angguk sambil membulatkan mulutnya.
"Saya titip Meera sama kamu, ya." ucap Nandhy membuat Aldy kembali menatap Nandhy cukup kaget.
"I-iya, tante." ucap Aldy gugup.
Setelah beberapa menit kemudian, Meera keluar dengan wajah tanpa ekspresi. Bahkan Meera tak menyapa Aldy yang sudah tersenyum sangat lebar.
Sabar, Dy. Pepsodent gak mahal ko, engga. batin Aldy.
"Anne, Meera berangkat dulu, ya." pamit Meera yang di balas anggukan oleh Nandhy. Sedangkan Aldy yang mendengar ucapan Meera yang terasa asing hanya mengkerutkan kedua alisnya, menatap Meera dan Nandhy bergantian dengan heran. Meera meraih punggung tangan kanan Nandhy lalu menciumnya, "Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
Berikutnya, bergantian Aldy yang mencium punggung tangan Nandhy. "Berangkat dulu, tante. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam. Hati-hati, ya!" ucap Nandhy yang di balas anggukan oleh Aldy.
Aldy segera membalikkan arah sepedanya lalu menaikinya di susul dengan Meera yang berdiri di belakang dengan sanggaan pada kedua kakinya, kedua tangan Meera menggenggam kedua bahu Aldy cukup erat.
"Mari, tante."
Nandhy mengangguk sambil melambaikan tangan kanannya. Senyumnya tak luntur menatap punggung Meera yang semakin menjauh.
🐣
Di tengah perjalanan, keduanya sama-sama terdiam dan sibuk dengan apa yang masing-masing mereka lakukan. Aldy nampak fokus mengayuh sepedanya dengan tatapan lurus, sedangkan Meera di belakang sana sibuk dengan alunan biola yang terdengar dari earphone yang tertancap di kedua telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MeerAldy (On Going)
Teen FictionTanganku bergerak ragu membuka surat itu, lagi. Tapi tulisan itu selalu bisa membuat rinduku terobati akan sosoknya. Perlahan, senyumku terlihat menyedihkan kala menatap tulisan itu untuk kesekian kalinya. Dengan tinta hitam dan kertas menguning yan...