Kalau lo kangen gue. Lo tatap aja foto gue. Karena yang di foto akan tetap sama dan yang asli bisa aja udah berubah.
~Meera & Aldy~
™
Begitu bel istirahat berdering keras, Pak Dirga langsung membereskan buku-bukunya lalu menatap ke sekeliling ruang kelas XI IPA 3, "Baik, sampai disini pelajaran saya. Jangan lupa dicermati dan kerjakan pekerjaan rumah kalian!" ucap Pak Dirga terdengar tegas dengan mata tajamnya.
"Iya, Pak." jawab serempak.
"Baik. Assalamualaikum." ucap Pak Dirga lalu langsung berlalu keluar kelas. Seketika terdengar helaan napas panjang dari beberapa siswa maupun siswi.
Alvin menoleh menatap ke belakang, ke meja Aldy. "Mendekati ujian gue mendadak deg-degan, Dy." cerita Alvin sambil memegang dadanya.
Satria juga ikut membalikkan tubuhnya ke meja Aldy, ikut nibrung. Toni dan Iwan juga sudah menggeret kursinya ke dekat meja Aldy. Aldy terlihat terkekeh sambil memainkan rubiknya.
"Makanya belajar." jawab Aldy santai.
"Heleh, iya deh yang jadi rajin belajar dadakan. Kita mah apa atuh hanya laki-laki malas yang memiliki cita-cita punya mobil alphard lima!" ucap Satria sambil menggebrak pelan meja Aldy.
"Betul, betul." saut Alvin sambil mengunyah makanan ringannya.
"Lagian, Dy, kok tumben lo mau belajar? Maksud gue, jadi rajin gitu bawa-bawa buku semua pelajaran, biasanya juga cuma bawa satu sehari," ucap Iwan ikut menyambar.
Sedangkan Meera yang duduk di sebelah Aldy hanya diam mendengarkan celotehan teman-teman Aldy sambil mendengar alunan biola lewat earphone yang menancap di kedua telinganya.
Aldy kembali terkekeh, "Emang kenapa kalau gue rajin? Tobat, coy! Mumpung belum mati." ucap Aldy beralih menatap teman-temanya satu persatu.
"Ngomong doang mah gampang, Dy." saut Toni.
"Eh, gak ada kata terlambat kali buat jadi lebih baik. Setiap perbuatan itu diawali dengan niat, lakukan dengan ikhlas, hasil akhirnya gimana takdir, yang penting udah berusaha. Jangan cuma mau sukses doang, berjuangnya kaga!" ucap Aldy bak seorang ustadz.
"Udah kek ustad, ya, omongan lo sekarang?" tanya Satria sambil terkekeh melirik Aldy.
"Yaa kalau gak berubah sekarang kapan lagi? Jangan cuma jadiin wacana tuh omongan kalian mau bahagiain orang tua," ucap Aldy lagi dengan bijak.
Teman-teman Aldy terdiam, terbungkam dengan ucapan Aldy barusan. Memang selama ini mereka selalu bercerita ingin sukses, ingin membahagiakan orang tua, padahal pada kenyataannya mereka malas-malasan dalam bersekolah.
"Tapi, kalau dipikir-pikir omongan Aldy bener juga, ya, Sat?" tanya Alvin menoleh menatap Satria.
"Ya, emang bener. Dia, kan, udah tamat ngomong, emang bayi!" saut Iwan.
"Maksud gue bukan gitu, bego!" saut Alvin.
Iwan hanya menyengir mendengar jawaban Alvin.
"Dy, gue mau dong les bareng lo. Lo les dimana emang?" tanya Toni menatap Aldy. Aldy mendongak menatap teman-temannya lalu terkekeh. Mungkin, mereka pikir selama ini Aldy les, padahal Meera-lah guru Aldy yang sebenarnya.
"Gue gak les."
"Terus? Bimbel?" tanya Alvin.
"Bukan," ucap Aldy lalu menoleh menatap Meera yang juga sedang menatapnya, "gue diajarin seseorang." lanjut Aldy dengan senyumannya lalu menatap teman-temannya lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
MeerAldy (On Going)
Novela JuvenilTanganku bergerak ragu membuka surat itu, lagi. Tapi tulisan itu selalu bisa membuat rinduku terobati akan sosoknya. Perlahan, senyumku terlihat menyedihkan kala menatap tulisan itu untuk kesekian kalinya. Dengan tinta hitam dan kertas menguning yan...