Mungkin bukan sebuah kisah yang berawal manis.
Tapi, bagi Meera ini adalah perpindahan kehidupan yang cukup sulit. Selain harus beradaptasi dengan lingkungan, ia juga harus beradaptasi menghadapi laki-laki pengrusuh seperti Aldy!
~Meera & Aldy~
™
Istanbul, Turki
2009Matahari mulai merangkak naik ketika hari sudah mulai siang. Burung-burung merpati berterbangan di dekat dermaga dengan langit menjingga yang terlihat sangat indah. Membuat siapa saja yang melihatnya akan terkagum-kagum.
Gadis berambut panjang hitam legam itu menatap kosong pada laut biru yang bergelombang tenang di temani hembusan angin lembut yang terasa memanjakan kulit wajahnya, rambut hitam legam bergelombangnya bergerak gerak mengikuti hembusan angin. Niatnya gadis cantik itu hanya ingin berjalan-jalan namun ia malah terdiam menatap laut sampai matahari menanjak. Hingga lamunannya menghilang ketika sebuah notifikasi terdengar dari ponselnya.
Mata cokelat terangnya menatap setiap rentetan kata dari pesan yang baru masuk ke ponselnya beberapa detik lalu.
Mahesh:
Ka, cepet pulang. Baba dan Anne nunggu Kakak, katanya, ada sesuatu yang penting yang harus di bicarakan sama Ka Meera.
Mahesh:
Ayolah, Ka! Jangan sedih terus, hhe.
Gadis bernama Meera itu hanya tersenyum menatap pesan dari adiknya. Setelahnya, mata cokelat terangnya kembali terangkat.
🐣
Jakarta, Indonesia
2009"Aldyyyyy!" suara menggelegar itu memenuhi ruang kamar laki-laki yang sedang tertidur dengan gaya telentang dan dengan keadaan kamar yang benar-benar berantakan bagai kapal pecah. "Masya Allah, Dy. Mamah, kan, suruh kamu cepet bangun. Ayo bangun, bangun! Kebo banget sih!" lanjut suara tadi, namun sekarang terdengar lebih pelan dan cempreng.
Laki-laki yang sedang memejam dengan keadaan urakan itu hanya bergumam seadanya lalu menyumpal kedua telinganya dengan guling.
"Aldy!" bentak wanita yang menyebutnya dengan kata 'mamah' tadi.
"Lima menit lagi, Mah." ucap laki-laki bernama Aldy itu tanpa membuka matanya sedikitpun.
"Dari tadi kamu ngomongnya lima menit terus! Kapan bangunnya?"
"Kapan-kapan aja deh." celetuk Aldy dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Masya Allah, Aldy! Kamu itu laki-laki harus rajin biar rejeki kamu gak di patok ayam." omel Mamah Aldy yang bernama Wulan itu.
"Yaelah, Mah. Si Jago juga belum berkokok dari tadi, mana bisa patok rejeki Aldy, sih? Suka ngaco deh."
Lama kelamaan Aldy membuat Wulan naik darah. Tanpa fikir panjang Wulan langsung menjewer kuping kanan Aldy hingga Aldy langsung berdiri sambil mengaduh-aduh.
"Aduh! Aduh, Mah. Jangan di jewer dong, sakit tau, Mah. Iya, iya Aldy mandi nih, tapi jangan di jewer ya," keluh Aldy dengan mata yang kini sudah terbuka. Wajahnya sudah menampilkan wajah memelas dan kesakitan karena jeweran dari Wulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MeerAldy (On Going)
Teen FictionTanganku bergerak ragu membuka surat itu, lagi. Tapi tulisan itu selalu bisa membuat rinduku terobati akan sosoknya. Perlahan, senyumku terlihat menyedihkan kala menatap tulisan itu untuk kesekian kalinya. Dengan tinta hitam dan kertas menguning yan...