Sebenarnya dia itu mudah di pahami. Hanya saja, diamnya dan dinginnya membuat siapa saja sulit menebak yang ia fikirkan.
[Bila ada typo, benerin ya gaes]
~Meera & Aldy~
™
Meera mulai menuruni setiap anak tangga sambil sesekali mengucek matanya. Jam masih menunjukkan pukul 05. 04 , diluarpun masih gelap dan sejuk. Biasanya, di jam-jam seperti ini Nandhy dan Regar sudah bertengger di meja makan. Mereka mengobrol sedangkan Nandhy sambil menyiapkan sarapan.
Ini adalah hari ketiga Meera di Indonesia dan begitu membosankan karena belum beraktivitas. Selain mendengarkan alunan biola, membaca novel dan ensiklopedi, sarapan dan makan siang, apa yang harus Meera lakukan? Ah, ya! Tentang laki-laki bernama Aldy itu. Mungkin Meera akan mendengus jika mendengar nama itu karena sudah terlalu sebal terus di ganggu selama dua hari ini di Indonesia.
Baru juga di Indonesia, udah ada aja pengrusuh! Batin Meera ketika mengingat Aldy yang tak henti-hentinya mengganggu dirinya.
Selama dua hari belakangan ini, Aldy selalu ke taman di pekarangan rumah Meera di malam hari dan melakukan hal-hal konyol seperti saat malam itu. Bahkan, setiap pagi melewati rumah Meera, Aldy selalu melambai walau tak ada Meera di depan rumahnya. Baiklah, itu cukup membuatnya seperti orang gila!
"Baba, Anne," panggil Meera dengan suara serak sambil berjalan mendekati meja makan.
"Selamat pagi, Meera." sapa kedua orang tuanya berbarengan. Meera tersenyum hangat menanggapi.
"Bagaimana hari ketiga kamu?" tanya Regar.
Meera memutar bola matanya, nampak berfikir. "Sepertinya, cukup membosankan. Meera belum punya aktivitas apa-apa, Baba." rengek Meera menatap Regar dengan manja.
Regar tersenyum begitu juga dengan Nandhy yang sedang memasak. "Kemarin, Anne sudah mendaftarkan kamu di sekolah dekat sini. Tenang aja." ucap Regar lalu menyesap teh manisnya.
"Baba gak ikut?"
Regar menggeleng pelan, "Adik kamu meminta Baba untuk cepat menyelesaikan pekerjaan Baba, agar cepat pulang ke Istanbul." ucap Regar di akhiri kekehan. Meera ikut terkekeh.
Setelah dua menit berlalu dengan percakapan ringan antara ketiganya, akhirnya sarapan buatan Nandhy sudah selesai di buat. Merekapun makan dengan khidmat tanpa ada sedikit obrolan.
"Apa nama sekolahnya, Anne?" tanya Meera begitu selesai sarapan dan meneguk susunya.
"SMA Galaksi. Kamu akan diantar Baba." jawab Nandhy. Meera mengangguk lalu kembali terdiam sebelum akhirnya kepalanya tertoleh menatap ke arah taman di depan rumahnya, biasanya Meera melihat Aldy sedang melambai ke arah rumahnya, entah melambai ke siapa.
Mungkin udah gila! Batin Meera sambil meringis jika benar Aldy sudah gila.
🐣
Aldy menghempaskan tubuhnya pada sofa di ruang keluarga lalu memejam. Tubuhnya terasa sangat lelah, padahal ini masih pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MeerAldy (On Going)
Genç KurguTanganku bergerak ragu membuka surat itu, lagi. Tapi tulisan itu selalu bisa membuat rinduku terobati akan sosoknya. Perlahan, senyumku terlihat menyedihkan kala menatap tulisan itu untuk kesekian kalinya. Dengan tinta hitam dan kertas menguning yan...