Aku adalah orang yang bahkan tak bisa berkata banyak. Mungkin hanya dengan tulisan, kamu bisa mengerti. Bahwa kata lebih berarti dari pengakuan.
~Meera & Aldy~
™
Bel jam pertama berdering begitu keras hingga menggema di setiap sudut SMA Galaksi, murid-murid yang tadi sibuk berkeluyuran di lorong menjadi tergesa-gesa menuju ke kelas masing-masing.
"Jam pertama pelajaran apaan?" tanya Satria pada Alvin yang sedang menghabiskan makanan ringannya dengan kunyahan kilat.
"Bahvvvhhhhs,"
Satria mengernyitkan kedua alisnya menatap Alvin yang sedang kesusahan mengunyah karena mulutnya penuh dengan makanan.
"Ngomong apa si lu?"
"Bahasa Indonesia, Sat." ucap Alvin setelah berhasil menelan perlahan makanannya.
"Ohh." gumam Satria lalu langsung mengeluarkan buku dari kolong mejanya. Kebiasaan murid legend seperti Satria yaitu menaruh semua buku mata pelajaran di bawah kolong meja, sehingga tidak perlu repot-repot membawa tas yang berat setiap hari.
"Selamat pagi, anak-anak!" sapa Bu Hanin begitu memasuki kelas dengan diiringi suara pantofel dari Bu Hanin sendiri.
"Pagi, Bu." saut murid dengan serempak.
"Oke, Ibu gak bisa lama, ya, anak-anak. Ibu ada panggilan dari kepala sekolah, jadi Ibu hanya akan memberi tugas." ucap Bu Hanin lalu sibuk membuka setiap lembar buku tebal yang dibawanya.
"Karena minggu kemarin sudah Ibu jelaskan tentang surat, Ibu akan menugaskan kalian membuat surat perpisahan untuk teman sebangku, berhubung sebentar lagi kalian akan berpisah dan mendapatkan kelas baru." ucap Bu Hanin setelah selesai membaca agenda kelas.
Mata Aldy langsung melirik ke arah Meera yang sedang terdiam menulis sesuatu di bukunya.
"Suci, tolong kondisikan kelas, ya! Kalau sudah lima belas menit, kalian boleh menukar surat satu sama lain dengan teman sebangku." ucap Bu Hanin menatap Suci dan beralih menatap seisi kelas.
"Iya, Bu." balas murid dengan serempak.
Aldy langsung menyobek kertas di bagian tengah bukunya sambil sesekali melirik Meera. "Cie yang mau buat surat buat gue." bisik Aldy dengan cengirannya.
Meera mendelik melirik Aldy, "Cie juga." jawab Meera tanpa nada. Aldy hanya memutar bola matanya jengah mendengar balasan Meera yang kelewat cuek.
🐣
Setelah lima belas menit, suara Suci mulai menggema di kelas, menyuruh para siswa maupun siswi bertukar surat dengan teman sebangku.
Aldy beralih menatap Meera dengan tersenyum, "Mee." panggil Aldy.
Meera mengangkat wajahnya menatap Aldy sambil melipat surat untuk Aldy, "Kenapa?"
"Makasih, ya, lo udah mau jadi teman sebangku gue dan udah sabar banget hadapin sikap gue. Pokoknya makasih banyak," ucap Aldy lalu menunduk menatap surat yang ada di tangannya dan terdiam cukup lama sebelum akhirnya tersenyum penuh arti, "semoga lo gak kapok duduk sama gue." lanjut Aldy dengan suara yang pelan, setelahnya kedua matanya terangkat menatap mata cokelat terang Meera.
Aldy menyodorkan lipatan kertas itu pada Meera. Meera langsung menerimanya dan beralih menatap Aldy, "Makasih kembali. Ini, tapi bacanya jangan disini, ya." ucap Meera menyodorkan suratnya pada Aldy.
Aldy berkerut menatap Meera, "Kenapa?"
"Gapapa. Bacanya nanti aja kalau lo lagi sendirian." ucap Meera.

KAMU SEDANG MEMBACA
MeerAldy (On Going)
Teen FictionTanganku bergerak ragu membuka surat itu, lagi. Tapi tulisan itu selalu bisa membuat rinduku terobati akan sosoknya. Perlahan, senyumku terlihat menyedihkan kala menatap tulisan itu untuk kesekian kalinya. Dengan tinta hitam dan kertas menguning yan...