.12. Tragedi.

34 7 0
                                    

Karena gue ada janji sama Anne lo itu buat jagain lo. Makanya, gue gak akan biarin siapapun nyakitin lo, apalagi nyakitin hati lo.

~Meera & Aldy~

(Bila ada typo, mohon banget di komen biar bisa diperbaiki. Makasih)

Kedua punggung itu semakin menjauh dengan langkah yang pelan. Keduanya membisu, tak ada pembicaraan selama mereka berjalan beriringan dari sekolah. Aldy juga masih diam dengan kejadian di kantin tadi yang membuatnya lepas kendali. Aldy sungguh malu pada Meera karena kejadian di kantin tadi.

"Aldy," panggil Meera dengan menatap Aldy. Aldy menoleh dengan kedua alis terangkat, "makasih, ya." ucap Meera lalu menundukkan wajahnya.

"Buat apa bilang makasih?" tanya Aldy masih tak mengerti.

"Udah belain gue tadi. Gara-gara gue lo jadi ribut sama cewe tadi."

Aldy tertawa ringan, "Sebenernya, gak ada niatan belain lo sih. Tapi lo udah ge-er, ya?" tanya Aldy sambil diiringi tawa ringan. Meera hampir saja membulatkan matanya mendengar hal itu. Jadi yang tadi itu Aldy bukan bermaksud membela Meera? Ya Tuhan, betapa malunya Meera sekarang!

"Engga!" jawab Meera tegas dan beralih menekuk wajahnya sebal, wajahnya sudah memerah karena malu.

"Yah, bener ge-er. Yaudah kalau udah ge-er. Gapapa." ucap Aldy dengan nada menggoda Meera lalu beralih menatap lurus sambil menahan tawa karena melihat Meera sudah menekuk wajahnya sebal.

"Lo budek, ya?" tanya Meera sewot, menatap Aldy dengan sengit, "gue bilang engga juga!" lanjut Meera memelan dan kembali menatap lurus.

"Iya juga gapapa kok, Mee," goda Aldy masih tersenyum mesem. Meera hanya bungkam sambil terus mempercepat langkahnya, wajahnya juga sudah merah padam menahan malu, "kok lo makin cepet sih jalannya? Tungguin dong." ucap Aldy cukup keras karena Meera semakin cepat melangkah hingga membuat Aldy tertinggal.

"Mee, lo seriusan marah?" tanya Aldy sudah tak tersenyum lagi, sambil terus mengimbangi langkah Meera. Lagi, lagi Meera hanya diam.

"Mee, lo beneran marah? Duh, jangan marah dong. Gue cuma bercanda tau." ucap Aldy masih terus mengimbangi langkah Meera.

"Bercandanya gak lucu!"

"Yaudah, maaf deh," ucap Aldy dengan nada yang pelan, Aldy menunduk, "iya, gue belain lo tadi. Abis gue gak terima lo di maki-maki gitu, gue juga gak terima di bilang berandalan. Anaknya emang selalu cari masalah sih, terutama sama gue dan temen-temen, udah bukan hal yang asing." lanjut Aldy.

Meera hanya diam mendengarkan lalu mulai memelankan langkah kakinya. Setelahnya, baik Aldy maupun Meera sama-sama terdiam. Hingga akhirnya Aldy kembali bersuara.

"Maaf, ya, tadi gue lepas kendali pas di kantin. Aslinya, gue emang gitu. Apalagi kalau menyangkut harga diri, gue gak akan terima gitu aja kalau ada orang yang ngerendahin harga diri gue atau orang-orang terdekat gue." ucap Aldy lagi, kali ini terdengar nada menyesal pada ucapannya. Sungguh, Aldy menyesal tak bisa menahan luapan emosinya tadi saat Soraya memaki Meera dan teman-temannya.

Meera terdiam. Perlahan, rasa kesal pada Aldy tadi berubah menjadi terharu karena ucapannya barusan, "Tapi lain kali lo gak usah kaya gitu." ucap Meera menatap Aldy. Aldy menoleh menatap Meera sambil mengernyit.

"Kenapa?"

"Kalau tadi lo lepas kendali sampe ngehajar cewe tadi dan buat masalah, gimana? Lo bisa kena hukuman dari sekolah." ucap Meera. Aldy kembali tertawa ringan sambil terus menuntun sepeda gunungnya.

MeerAldy (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang