.22.Sorry.

20 6 0
                                    

Setiap jatuh, pasti akan ada bangun. Sama kaya hidup, kalau udah jatuh, maka harus bangkit dan hadapi, bukan menghindar.

~Meera & Aldy~

Meera menancapkan earphone di kedua telinganya begitu Pak Gilang sudah keluar kelas, karena sudah waktunya istirahat. Meera merogoh kolong mejanya mencari buku biologi yang harus ia kembalikan ke perpustakaan hari ini. Aldy menoleh menatap Meera dengan kedua alis terangkat.

"Cari apaan? Buku lagi?"

"Iya."

"Terus ada?"

"Ada, kok." ucap Meera setelah berhasil mendapatkan buku yang ia mau. Aldy mengangguk pelan.

"Lo mau ke perpus?" tanya Aldy dan Meera hanya mengangguk.

"Gue gak bisa nemenin lo, maaf, ya, Mee. Gue mau gabung sama temen-temen. Gapapa, kan, lo kesana sendirian?" tanya Aldy.

Meera tersenyum ke arah Aldy lalu mendekap buku-bukunya di dada, "Iyaa, gapapa. Gue juga bisa sendiri kok."

Aldy tersenyum dan mengangguk lalu matanya tertuju pada Satria yang sedang menunggunya di depan pintu kelas, sedangkan teman Aldy yang lainnya sudah lebih dulu ke kantin.

"Yaudah, gue duluan, ya. Kasian si Satria nungguin,"ucap Aldy sambil menunjuk Satria dengan dagunya. Meera mengangguk lalu menyingkir untuk memberikan Aldy jalan.

"Kalau ada yang ganggu lo, bilang sama gue." bisik Aldy tepat di telinga Meera ketika sedang berjalan melewati Meera. Meera hanya mengangguk pelan.

🐣

Mata Rendi jatuh pada seorang gadis berambut panjang yang sedang duduk di pojok perpustakaan dengan earphone tertancap di kedua telinganya seperti biasa dan buku biologi yang selalu menjadi buku favorit gadis itu.

Rendi melangkah ke tempat dimana perempuan itu duduk dan ikut terduduk di samping gadis bernama Meera tersebut, namun tampaknya Meera masih belum menyadari kehadirannya atau sebenarnya Meera menyadarinya tapi berpura-pura tidak tahu. Rendi mengembuskan napasnya jengah lalu menatap Meera sayu, tatapannya kali ini berbeda dari tatapan yang biasa ia berikan pada Meera.

"Meera," panggil Rendi.

Meera memejamkan matanya sambil menarik napas perlahan. Kedua matanya tertoleh menatap Rendi dingin.

"Kenapa?"

"Gue cuma mau minta maaf." ucap Rendi lalu menunduk memilin jari-jarinya. Meera mengkerutkan kedua alisnya.

"Maaf buat apa?"

"Kejadian lo tenggelam di kolam renang, gue sebenernya liat dari awal Soraya labrak lo dan sampai terakhir saat lo ditolongin Satria. Gue minta maaf karena gue gak nolongin lo padahal gue adalah saksi yang liat semua kejadiannya. Gue cuma..., sedikit sebal sama lo waktu itu." cerita Rendi panjang lebar dengan pelan.

Meera terdiam lalu terlihat memainkan buku biologinya, "Sebenernya gue gak minta permintamaafan lo karena gue rasa lo gak salah apapun dalam masalah itu. Tapi, karena lo udah minta maaf ke gue, oke, gue maafin untuk hal lain yang lo lakuin ke gue, misalnya ngehukum gue contohnya." ucap Meera lalu beralih menatap Rendi.

Rendi terlihat mengangguk-angguk pelan, "Makasih, ya." ucap Rendi dihias senyum, kedua matanya kini sudah menatap Meera.

"Lo sebal sama gue karena apa?"

Rendi terlihat menaikkan kedua alisnya lalu tertegun beberapa saat, seperti sedang menimang apa yang akan dia jawab atas pertanyaan Meera barusan, "Soal Soraya. Soraya itu mantan gue."

MeerAldy (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang