11

5.8K 370 13
                                    

11 July 2019

Benci dan Cinta itu beda tipis

🌼🌺🌼

Mark duduk diatas kasur dengan ponsel yang ada ditangannya. Tiada hentinya Mark menatap ponsel miliknya, melihat angka yang terus berubah setiap detiknya.

Apa yang Mark tunggu? Tentu saja Carissa. Jangan bertanya pada Mark, mengapa dia menjadi seperti ini. Hatinya tidak tenang, perasaannya selalu saja khawatir, Mark tidak tahu apa yang ia lakukan. Mark hanya melihat jam dengan perasaan tak karuan, berharap Carissa pulang sesuai dengan janjinya.

Mark mengerutkan keningnya, ponselnya baru saja mengganti layar secara otomatis dengan nada dering yang keluar dari ponsel miliknya. Mark mengangkat sambungan telpon tersebut, sebelum akhirnya mendengar suara dari orang yang ada disebrang sana.

"Hallo?" Sapa seseorang yang berada disebrang sana.

"Ada apa Git?" Tanya Mark, dirinya benar benar lagi berada dimana ia tidak ingin berbicara dengan siapapun.

"Ada apa? Kenapa suara kamu terdengar tidak senang saat menerima telpon dariku Mark? Apa ada sesuatu? Apa karna istri kamu?Apa sekarang kamu mulai memperhatikan dirinya dalam diam?" Tanya Gita dengan nada tidak suka saat membicarakan Carissa yang membuat Mark berbicara seperti ini sama dirinya.

"Tidak, bukan karna dia. Ada apa kamu telpon aku padahal ki__" Ucap Mark.

"Apa aku salah kalau aku mau dengar suara kamu? Apa aku salah kalau aku telpon kamu saat ini? Apa kamu gak suka aku telpon kamu? Kamu lebih suka aku datangin kamu sekarang? Kalau kamu mau aku akan langsung datangi kamu. A__." Gita marah pada Mark, ia berbicara dengan suara yang cepat serta nada suara yang cukup tinggi.

"Bukan begitu Git, aku hanya sedang sibuk. Tolong jangan bersikap berlebihan."

"Sibuk apa Mark? Sesibuk apa sampai kamu gak suka aku telpon kamu?Dan apa maksdu kamu aku berlebihan?Aku liat sendiri bagaimana kamu sama dia! Kamu sudah janji sama aku Mark."

"Gita aku mohon deng__."

"Aku mencoba mengalah sama kamu Mark, aku membiarkan perasaanku terluka saat kamu memilih untuk menikahinya. Aku mencoba untuk tetap tersenyum, karna aku tahu perasaan kamu begitu juga hati kamu akan tetap milik aku. Aku tetap memilih ada disamping kamu, bahkan kini aku merasa bukan jadi pacar kamu tapi selingkuhan kamu! Aku merasa muak dengan semuanya Mark." Ucap Gita dengan suara yang kian meninggi, dirinya merasa sudah berada dibatas kesabaran.

"Gita aku menyuruh kamu untuk menjauh, aku gak memaksa kamu untuk mendekat ataupun bertahan karna aku gak akan pernah tahu sampai kapan aku seperti ini. Sampai kapan aku harus berjalan dijalan tanpa ahkir ini. Tapi kamu tetap ingin bersamaku, kamu tetap ingin menungguku, lalu aku harus bagaimana? Jadi kamu mau seperti apa?" Tanya Mark dengan nada suara yang terdengar sangat frustasi.

Mark akui dia mencintai Gita, tapi ia juga tidak bisa membiarkan Gita terluka hanya karna ambisinya sendiri. Ia tidak bisa menahan Gita untuk tetap disampingnya karna pada ahkirnya Mark tahu semuanya akan melukai setiap pihak, tapi apa yang bisa Mark lakukan? Gita ingin tetap disamping Mark dan Mark? Seperti yang Mark katakan, Mark mencintai Gita maka dari itu Mark tetap membiarkan Gita ada disampingnya.

"Tapi aku perlu kepastian Mark, aku tahu semuanya gak akan berakhir dalam waktu dekat tapi bisakah kamu tetap berjanji kalau pada akhirnya kamu akan tetap memilihku? Jawab aku Mark? Jawab kalau sampai ahkir kamu akan tetap memilihku, aku sudah menunggu kamu sangat lama. Mark?" Ucap Gita dengan nada menuntut, katakanlah Gita perempuan gila yang memiliki ambisi terhadap Mark tapi inilah dia.

Kalau ada kata yang menjelaskan cinta bisa membuat orang lain putus asa dalam cintanya maka Gita mengalaminya. Gita gila karna rasa cinta yang ia miliki untuk Mark selama bertahun tahun.

"Git?" Panggil Mark, namun tetap dihiraukan oleh Gita.

"Aku rela melepaskan segala hal untuk kamu Mark, aku bahkan rela kehilangan keluargaku tapi tidak dengan kamu. Aku sudah melakukan segala cara demi bersama kamu, aku gak bisa mundur hanya karna perasaan kamu yang mungkin akan tiba tiba berubah karna wanita sialan itu. Aku gak akan rela Mark, bisakah kamu janji kamu akan tetap memilihku? Mencintaiku? Aku perlu kepastian dari kamu Mark, berjanjilah padaku." Ucap Gita lagi dan lagi dengan nada menuntut jawaban atas ucapannya.

"Ya, aku janji sama kamu Git. Kamu gak perlu khawatir." Jawab Mark pada ahkirnya setalah diam beberapa detik memikirkan apa yang harus ia lakukan saat ini.

"Aku pegang janji kamu Mark, jangan buat aku kecewa lagi. Sudah cukup aku menahan amarah saat melihat kamu menatap perempuan itu dengan amarah saat dia berdua dengan pria lain, aku harap kamu tidak akan melakukannya lagi Mark. Aku selalu mengawasi kamu, jangan pernah melakukan apapun yang membuat aku semakin kecewa." Ucap Gita.

"Hem,, tenanglah kamu bisa pegang janji aku. Aku menikahi Carissa hanya demi ambisiku, jangan khawatir. Aku tidak akan pernah mencintainya." Ucap Mark memberikan pengertian pada Gita sebelum ahkirnya Gita mematikan sambungan telpon terlebih dahulu.

Mark menatap layar ponselnya sebelum meletakkan ponselnya diatas nakas meja yang ada disampingnya saat ini.

"Heh,," Mark menatap langit kamarnya, jujur ia merasa takut apa yang baru saja ia ucapkan akan teringkar dengan apa yang akan terjadi kedepepannya, bahkan Mark bukan peramal yang akan memastikan kalau semuanya akan baik baik saja kedepannya.

'Ada apa dengaku? Kenapa aku seperti ini? Kenapa perasaanku jadi tidak menentu?'

Mark menurunkan kakinya diatas lantai, berjalan meninggalkan kamarnya untuk menuju lantai dasar. Tepat saat Mark sampai dilantai dasar langkahnya terhenti, ia mendengar suara Carissa dari taman samping dengan langkah santai ia ingin memastikan pendnegarannya kalau suara yang ia dengar adalah suara Carissa.

Satu langkah, dua langkah menampakan Mark pada sosok Carissa yang tenyata sudah pulang dan saat Mark ingin mendekat lagi ia melihat sosok lain yang sedang berbicara dengan Carissa, ada Amanda disana yang sedang bicara dengan Carissa.

"Apa sulitnya lo mengakui, kalau Carissa berhasil menarik perhatian lo saat ini?" Pertanyaan yang tiba tiba terdengar dipendengaran Mark membuat Mark langsung secara refleks melihat kearah suara yang ada disampingnya.

"..." Mark hanya diam, menatap sosok Adrian yang menatap kearah yang sebelumnya Mark tatap.

"Lo mulai memperhatikan Carissa Mark tanpa lo sadar, apa perasaan lo sudah mulai berubah saat ini?" Tanya Adrian dengan nada mengejek, Adrian akui dirinya menyukai Mark yang marah saat mendengar ucapannya karna reaksi Mark akan menjawab segala pertanyaan Adrian.

"Gue sudah bilang sama lo, urus saja urusan lo. Jangan mengurusi urusan yang bukan menjadi urusan lo." Jawab Mark dan saat tatapannya berahli kembali pada Carissa, Mark terkejut karna kini Carissa ada didepannya hanya tinggal beberapa langkah lagi mereka akan berhadapan saat ini.

"Lo mulai menyukainya bukan? Semuanya terlihat jelas diwajah bodoh lo itu." Ucap Adrian sebelum tersenyum pada Amanda yang juga tersenyum pada Adrian.

"Kalian ngapai disini?" Tanya Amanda yang melihat Adrian dan Mark secara bergantian.

"Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu, ayo?" Ajak Adrian sebelum menggengam tangan Amanda dan mengajak Amanda pergi menjauh dari Mark dan Carissa.

"Ada apa?" Tanya Carissa saat melihat Mark menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa Carissa artikan, tatapan yang Mark berikan tatapan yang berbeda dengan yang sering Mark tunjukan padanya.

"..." Mark hanya diam sebelum memutar badannya dan pergi begitu saja yang membuat Carissa terdiam karna Mark pergi tanpa menjawab pertanyaannya.

"Dasar aneh." Ucap Carissa sebelum melangkah meninggalkan posisinya saat ini.

...

IT'S ME CARISSA_mark (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang