25 July 2019
🌼🌺🌼
Carissa merenggakan kedua tangannya, seketika langsung membuka matanya saat merasa dirinya tidak tidur diatas sofa karna semalam dirinya tidak pindah dari sofa. Lalu kenapa kini Carissa merasa tidur diatas kasur?
"Sudah bangun?" Mark pria itu baru saja keluar dari kamar mandi, Carissa tebak pria itu baru saja menyelesaikan ritual mandinya.
"Kapan kamu pulang?" Bukan menjawab, Carissa malah balik bertanya dengan memposisikan dirinya menjadi posisi duduk. Menurut Carissa untuk apa menjawab pertanyaan yang jelas Mark sendiri bisa menemukan jawabannya jika melihat dirinya saat ini.
Mark terdiam sejenak, kemudian berjalan dengan mengeringkan rambutnya dengan handuk putih yang ada ditangannya.
"Aku bertanya kapan kamu pulang Mark?" Ucap Carissa lagi, mengulang pertanyaannya sebelumnya."
"Tidak liat jam, yang pasti setelah kamu tidur diatas sofa." Ucap Mark tanpa melihat kearah Carissa.
Carissa bangkit dari posisi duduknya, sudah pasti Mark yang memindahkan dirinya semalam. Carissa ingin mengucapkan terimakasih, tapi dirinya termakan oleh egonya. Carissa malu untuk mengucapkan terimakasih. Carissa merapikan tempat tidurnya, sambil sesekali merilik Mark yang menggunakan pakaiannya.
Jangan berpikir negatif, Carissa ingin bicara dengan Mark soal semalam tapi ia bingung mau mulai dari mana.
"Pak Jaryo sudah bicara soal kejadian semalam, jangan terlalu ikut campur Car. Liatlah wajahmu karna kamu terlalu ikut campur urusan mereka." Ucap Mark yang sesetika membuat pergerakan Carissa terhenti dan kini dirinya menatap Mark.
"Mereka keluarga kamu Mark, tidak bisakah kamu bertanya soal mereka? Soal Ajeng?" Tanya Carissa.
Mark mengangkat kepalanya, menatap Carissa sebelum tersenyum tipis. "Apa yang harus aku tanyakan? Bagaimana bisa dia hamil diluar nikah? Maaf, kalau itu yang kamu pikirkan aku tidak sesetarik itu untuk bertanya soal dirinya."
"Kamu kelewatan Mark, dia adik kamu. Apa kamu tidak memiliki sedikit rasa khawatir dengan dirinya?" Tanya Carissa.
"Tidak." Jawab Mark cuek.
Carissa menatap Mark dengan tidak percaya, pria itu benar benar memiliki hati yang sudah beku atau mungkin sudah mati. Buktinya pria itu sedang duduk dengan santai dengan melihat Carissa dengan tatapan bertanya.
"Kamu bukan manusia Mark."
"Sinilah." Ucap Mark menepuk sisi sofa yang kosong menghiraukan ucapan Carissa, sedangkan Carissa ingin sekali mengeluarkan kata kata yang akan menghina pria itu.
"Aku bilang sini Car, jangan membuat aku memaksa kamu." Ucap Mark lagi dan didetik berikutnya Carissa berjalan dan duduk disamping Mark.
"Ad__."
"Perhatikan diri kamu Car, kamu perempuan. Jika luka diwajah kamu sampai meninggalkan bekas, aku jamin kamu akan menyesal." Ucap Mark dengan tangan yang kini mengoleskan salep dipipi Carissa yang terluka.
"..."
"Aku bisa menyelesaikan semua masalah, tapi masalah Ajeng? Aku tidak bisa. Ajeng melewati batas yang kakek berikan, dia melewati semua aturan kakek dan untuk yang satu ini tidak akan ada yang bisa membantunya. Ia yang mengambil keputusan akan hidupnya, maka kini dia yang bertanggung jawab dengan apa keputusan yang dia ambil." Ucap Mark dengan tangan yang masih ada dipipi Carissa.
"Lalu kamu akan biarkan Ajeng menggugurkan anaknya? Kamu gila? Ajeng? Dia adik kamu, dia keluarga kamu. Kamu tega membiarkan kakek melakukan itu? Anak itu bahkan belum lahir Mark, anak itu belum hidup di dunia ini dan kakek memberikannya hukuman yang tidak pernah ia lakukan. Ini gak adil, dan kamu nyuruh aku gak usah ikut campur? Kamu punya hati gak sih?" Tanya Carissa yang sudah menjauhkan tangan Mark dari pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IT'S ME CARISSA_mark (END)
ChickLit"Satu hal yang membuatku membenci kamu yaitu senyummu, tawamu, ucapanmu bahkan matamu semuanya hanyalah seperangkat dari kebohongan kamu." Elizabeth Carissa Alvira