11 Agustus 2019
🌼🌺🌼
Nadin menatap Adinda yang kini duduk dihadapannya, dengan kepala yang ia tundukan. Nadin mengakui segalanya, perempuan itu mengakui apa maksud dan tujuan datang menginjakan kakinya dikediaman Edward.
"Lalu, tunggu apa lagi? Pergilah, laporkan pada perempuan gila itu kalau rencananya baru saja berhasil." Ucap Adinda dengan suara datar, namun tatapan yang memancarkan kemarahan yang tidak bisa Adinda tahan lagi.
"Aku tahu aku salah, tap__."
"Pergilah, tidak ada tempat lagi untuk kamu berdiri disaping kakak aku. Setelah dia bangun aku sendiri yang akan mengatakan padanya, jadi pergilah sebelum dia bangun. Sudah cukup kalian mempermainkan kakakku, apalagi dengan fakta kalau Amanda adalah Gita. Selingkuhan pria sinting itu." Ucap Adinda sebelum berdiri dari posisi duduknya.
"..."
"Perlu kamu tahu, kakakku memperlakukan kamu dengan tulus. Dia menganggap kamu lebih dari oranglain, dia memperlakukan kamu dengan baik. Harusnya kamu berpikir sebelum melakukannya. Orang seperti apa yang harusnya kamu sakiti? Orang baik atau orang jahat?" Ucap Adinda sebelum melangkah, namun langkah terhenti hanya dalam beberapa langkah.
"Semua yang kamu ucapkan benar, Carissa memperlakukan aku dengan tulus dan bahkan sangat baik melebihi Gita tapi tauhkah kamu bagaimana tertekannya aku melakukan semuanya? Aku merasa sangat tertekan saat ini karna melukai orang yang salah, aku ingin mendatanginya, aku ingin bertanya pada Gita dosa apa yang dilakukan Carissa, tapi tahukah kamu bagaimana tunduknya aku padanya? Rasanya begitu menyesahkan, rasa begitu mengikat sampai sulit bernafas. Kamu tidak tahu bagaimana kehidupan orang yang harus tunduk pada kekuasaan bukan? Kehidupanku sudah diatur olehnya, apa yang harus aku lakukan dan apa yang tidak harus aku lakukan. Semuanya ada ditangannya."
"Apa kamu bukan manusia?" Tanya Adinda dengan rasa kesal, bagi Adinda Nadin hanya mencari cela agar dirinya tidak terlihat jahat disini.
"Hah?" Respon Nadin membuat Adinda memutar badannya untuk kembali melihat kearah Nadin.
"Apa begini cara kamu hidup? Hidup dengan menyakiti orang yang tidak bersalah? Beginikah manusia pada umumnya? Kalau begitu dunia ini tidak akan pernah ada yang namanya kebaikan, dunia ini hanya akan sebagai tempat dimana orang berlomba lomba untuk menang dalam melukai orang lain, sama seperti kamu, pria gila itu begitu juga perempuan yang menggerakan kamu itu. Lalu apa bedanya kamu dengan mereka? Kalian sama sama saja berusaha menyakiti orang lain. Apa aku salah?" Tanya Adinda yang menatap Nadin yang mengepalkan tangannya diatas pangkuannya.
"..."
"Pergilah, jangan muncul lagi dihadapanku ataupun kakak Carissa itu kalau kamu masih punya hati. Dan kalau boleh aku beri saran sama kamu, berhentilah sebelum hati kamu benar benar mati seperti perempuan gila itu." Ucap Adinda sebelum melangkah dengan lebar masuk ke dalam kamar Carissa.
Nadin menghembuskan nafasnya dengan berat, ia merasa bersalah sungguh tapi inilah kehidupan. Orang yang lemah akan mudah dikendalikan oleh orang yang lebih berkuasa, seperi dirinya.
Sementara Adinda melangkahkan kakinya dari satu titik ketitik lainnya lalu balik kembali ke titik sebelumnya menunggu deringan telponnya akan tersambung pada pria yang diujung sana.
"Hallo kak Dik?" Sapa Adinda lebih dulu pada kekasihnya begitu juga sahabat kakaknya.
"Hem. Ada apa, tumben kamu telpon aku siang bolong kaya gini? Biasanya juga sore?" Tanya Dika disebrang sana yang sudah meletakan kaca mata bacanya dan menghentikan aktivitasnya dalam membaca laporan yang ada di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
IT'S ME CARISSA_mark (END)
Чиклит"Satu hal yang membuatku membenci kamu yaitu senyummu, tawamu, ucapanmu bahkan matamu semuanya hanyalah seperangkat dari kebohongan kamu." Elizabeth Carissa Alvira