14

5.6K 375 3
                                    

21 July 2019

🌼 🌺 🌼

Edward menatap punggung Ajeng yang pergi menjauh dengan Cantika dan Aline yang berjalan disisinya membantunya menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Kamu tahu saya tidak suka untuk di bantah Carissa, kamu membuat saya menjadi tidak suka dengan perilaku kamu. Kalau kamu belum menikah dengan Mark saya pastikan saya akan menendang kamu jauh jauh dari keluarga saya." Ucap Edward dengan nada tajam.

"..."

"Dan kamu Amanda__," Amanda yang awalnya tertunduk kini mengengkat kepalanya menatap Edward "__jangan melakukan apa yang dilakukan Carissa. Menjadi pahlawan disiang hari tidak akan membuat kamu terlihat baik."

"Baik kek." Lirih Amanda dengan suara yang pelan.

"Pergilah, aku harus bicara dengan Adrian dan Carissa!" Ucap Edward pada Amanda.

Amanda yang awalnya ragu untuk pergi, kini menaiki anak tangga karna mendapat anggukan dari Adrian. Adrian berjalan maju, berdiri tepat disamping Carissa yang kini kembali tertunduk didepan Edward yang sudah kembali duduk diposisi yang sebelumnya.

"Lalu apa yang akan kalian lakukan?" Tanya Edward pada Carissa dan Adrian. Yap, Edward sepertinya menyalahkan dua orang ini atas kehamilan Ajeng.

"..."

"Apa akan kalian biarkan sampai anaknya lahir? Apa kalian gila? Adrian?" Panggil Edward yang membuat Adrian menjawab panggilan Edward.

"Maaf kek, kita bisa selesaikan semuanya dengan kepala dingin kek."

"Tidak akan bisa, lebih baik kamu bujuk adik kamu untuk menggugurkan kandungannya!"

Baik Carissa maupun Adrian langsung menunjukkan ekspresi terkejut, bagaimana tidak? Edward baru saja mengatakan niatnya untuk membunuh anak yang bahkan belum lahir. Anak itu cucu buyutnya, anak dari cucunya. Bagaimana bisa?

"Kek?" Panggil Carissa dengan lembut, ia berharap Edward akan menghentikan niatnya saat ini.

"Ada apa?" Tanya Edward dengan marah. "Kamu ingin menyuruh saya berhenti lagi? Kalau dia mau tetap jadi keluarga ini, maka hanya satu pilihannya gugurkan kandungannya. Saya tidak ingin memiliki cucu diluar pernikahan!"

"Kek, pikirkan baik baik. Kita bisa menikahkan Ajeng sebelum perutnya membesar, tidak baik jika kita menyuruh Ajeng untuk menggugurkan kandungannya kek." Ucap Adrian.

"Kamu juga ingin melawan saya? Siapa yang ingin menikahi adik kamu? Siapa yang ingin bertanggung jawab pada kehamilannya? Pria yang membuat dirinya hamil? Tidak, saya tidak bisa membiarkan Ajeng menikah dengan pria kurang ajar seperti itu. Dia bisa menghamili Ajeng, tapi dia tidak bisa bertanggung jawab pada Ajeng. Pria seperti itu tidak cocok menjadi anggota keluarga ini, saya tidak akan merestuinya." Ucap Edward dengan menatap Adrian dengan marah.

"Tapi kek__."

"Menurut kamu adik kamu akan bahagia jika menikahi pria itu? Menurut kamu pria itu bisa menafkahi adik kamu dan anaknya? Tidak? Saya jamin dia tidak akan bisa menafkahi kebutuhan adik kamu yang sangat boros itu, apalagi anak mereka."

"Kek kita belum mengenalnya, biarkan Adrian menemukannya dulu. Biarkan Adrian membawakannya dulu kehadapan kakek. Kita lihat dulu kek, jangan mengambil kesimpulan secara sepihak." Ucap Adrian.

Untuk pertama kalinya Carissa mendengar pria yang ada disampingnya terdengar sangat putus asa, tentu saja keputusan Edward mempengaruhi kehidupan adik perempuannya.

"Apa yang kamu harapkan dari pria kurang ajar seperti dia? Pria itu menghamili adik kamu Adrian, menurut kamu ia ingin bertanggung jawab juga? Kalaupun dia ingin bertanggung jawab, apa kamu yakin dia tulus sama adik kamu. Kalau dia tulus, dia gak akan pernah mau menghamili adik kamu. Dia akan minta adik kamu baik baik sama saya, untuk dijadikan istri. Tidak seperti ini,

Carissa akui, dari pendengarannya saat ini Carissa bisa menebak kalau Edward mengkhawatikarkan kehidupan Ajeng dimasa depan namun cara yang Edward pilih salah. Edward memilih cara yang instan dengan harapan semuanya akan kembali normal, padahal semuanya tidak akan pernah menjadi normal karna nyatanya semuanya sudah terlalu banyak berubah.

"Kalau begitu izinkan Ajeng yang memilih kek, biarkan dia yang menentukan kehidupan seperti apa yang akan dipilih. Jangan memaksanya untuk melakukan apa yang kakek inginkan, kali ini kek biarkan Ajeng yang menentukan kehidupannya." Ucap Adrian lagi.

"Apa kamu pikir anak itu bisa berpikir dengan baik? Apa kamu pikir dia bisa menentukan masa depannya? Lihat dirinya saat ini? Menjaga dirinya saja tidak bisa, apa yang kamu harapkan dari pilihannya? Tidak ada bukan?" Ucap Edward lagi membalas ucapan Adrian.

Adrian menghembuskan nafasnya dengan kasar, berpaling menghembuskan nafasnya dengan kasar. Adrian merasakan sesak didalam dirinya, ia merasa percuma berbicara pada Edward pria itu tidak akan pernah bisa berpikir layaknya dirinya.

"Adrian mohon, ini pertama kalinya Adrian meminta sesuatu dari kakek. Biarkan Ajeng memilih masa depannya, biarkan dia yang menentukan kehidupannya kedepan. Adrian mohon." Lirih Adrian seketika dengan posisi yang kini berlutut dihadapan Edward.

Jangan ditanya raut wajah Edward saat ini, pria itu telihat santai bahkan kini dia berdiri dari posisi duduknya dan menghiraukan Adrian yang masih berada diposisinya saat ini.

"Suruh Mark menghadap saya saat dia pulang begitu juga kamu. Dan tanyakan adik iparmu yang bodoh itu, pilihan apa yang dia pilih. Hidup menderita dengan angkat kaki dari rumah ini atau menggugurkan anaknya sebelum oranglain tahu tentang kehamilannya. Saya harap kamu bisa membuatnya memberikan jawaban yang saya inginkan." Ucap Edward sebelum pergi meninggalkan Carissa dan Adrian.

Carissa melihat sekilas pada Adrian, pria itu terlihat berbeda dari sebelumnya. Carissa memutar tubuhnya sebelum melangkah menaiki anak tangga, dirinya sempat mendengar ucapan Adrian yang memohon pada Carissa tapi Carissa hanya bisa mendengarkan tanpa memberikan jawaban.

"Jika kamu ingin membujuknya, tolong bujuk Ajeng sesuai dengan kata hati kamu. Kalian sama sama perempuan, aku rasa kamu bisa memposisikan diri kamu ditempat Ajeng. Dia akan menyesal jika memilih membunuh anaknya sendiri."

Carissa mendudukan dirinya diatas kasur, menutup wajahnya dengan kedua tangannya dengan posisi yang menunduk.

"Huft,," Carissa merasa kepalanya habis dihantam seseorang, dirinya sangat sangat pusing saat ini. "Sebenarnya ada apa ini? Kenapa rumah ini tidak pernah tenang?"

Carissa menegakkan badannya, melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Dirinya ingin membersikan diri, ia ingin segera beristirahat. Carissa menatap wajahnya dengan tidak percaya didepan kaca wastafel yang ada dikamar mandi, ia melihat wajahnya mendapatkan luka garisan yang cukup panjang pantas saja wajahnya terasa pedih dari tadi. Hanya goresan, namun tetap saja itu luka yang harus diobati.

Carrisa mencuci wajahnya dengan hati hati, sesekali meringis karna lukanya cukup terasa pedih sebelum keluar dengan langkah pelan menggapai kotak obat didalam laci dan memutuskan duduk disofa yang biasa diduduki oleh Mark.

Carissa mengobatinya sendiri, memberikan obat merah dengan harapan besok lukanya sudah mengering. Carissa menyandarkan tubuhnya disofa, mengharapkan besok akan telewati dengan mudah dalam artian Carissa berharap pria yang bermana Mark pulang dan otomatis semuanya akan lebih mudah untuknya besok.

'Ma, pa kalian lihat bukan? Tidak ada kejadian baik selama ini, hanya luka, hanya penderitaan saja yang selalu terjadi padaku.' Hanya ucapan dalam hati, karna Carissa tahu tanpa ia bicara kedua orangtuanya akan tetap tahu apa yang ia pikirkan karna Carissa merasa keduanya selalu memperhatiakannya dari atas.

...

IT'S ME CARISSA_mark (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang