09 Agustus 2019
🌼🌺🌼
"Kak?" Adinda menatap sang kakak setelah menghentikan pergerakan tangannya pada tuts hitam dan putih yang baru saja ia tekan.
Carissa duduk disampingnya, perempuan itu menyandarkan kepalanya tepat dipundak kanan Adinda. Menyandarkan kepalanya dalam diam, tanpa berani menatap Adinda membiarkan posisi keduanya berlawanan arah.
"Ada apa?" Tanya Adinda, Carissa yang ia kenal tidak seperti ini. Untuk pertama kalinya Carissa meletakan kepalanya tiba tiba dengan posisi yang aneh menurut Adinda.
"Hem,," Adinda mendengarnya, bukan jawaban namun hanya gumam yang terdengar sangat tidak jelas.
"Ada apa? Aku tidak akan mengerti kalau kakak hanya bergumam." Ucap Adinda dan saat dirinya ingin memutar tubuhnya agar bisa melihat Carissa namun ternyata tangannya di tahan oleh Carissa yang membuat Adinda tidak bisa merealisasi.
"Bisakah kamu tetap diam, jangan melihat kearahku." Lirih Carissa dengan suara pelan, bahkan sangat pelan dipendengaran Adinda dan hal itu membuat Adinda lebih ingin melihat Carissa.
"Kak?"
"Kumohon, tetaplah seperti ini. Aku membutuhkan pundakmu, hanya sebentar." Lirih Carissa lagi yang ahkirnya membuat Adinda mengalah dan membiarkan Carissa menyandarkan kepalanya dipundak Adinda.
"..."
"..."
"Ada masalah?" Tanya Adinda pada ahkirnya, awalnya ia ingin diam. Membiarkan Carissa menyandarkan kepalanya, membiarkan perempuan itu melakukan apapun yang ia mau tapi Adinda tidak bisa. Ia begitu penasaran dengan kakaknya saat ini.
"..."
"Ada apa? Apa kakak kangen sama mama, papa lagi?" Tanya Adinda lagi.
"Hem,," Lagi lagi hanya gumam, namun Adinda mengerti bukan orangtuanya yang membuat kakaknya sedih. Ya, Adinda tahu kakaknya sedih seperti menahan tangaisan karna Adinda dapat melihat pundak kakaknya yang begetar saat ini.
Adinda tidak melihat wajah Carissa, tapi kini pundak Carissa begetar bahkan kini Adinda dapat mendengar suara Carissa yang tersedu-seduh Carissa terdengar seperti pada orang yang cukup lama menangis, orang yang menahan suara tangaisannya.
"Huft,," Adinda hanya menghembuskan nafasnya dengan berat, ia berhenti untuk berkata ada apa? Atau ada masalah?. Adinda memilih diam, membiarkan Carissa saat ini. Untuk saat ini hanya itu yang mampu Adinda lakukan untuk Carissa.
Adinda sadar satu hal saat dirinya kehilangan orangtuanya. Perkataan, pertanyaan, pernyataan bahkan perhatian tidak membuat semuanya baik baik saja semua itu akan menambahkan luka baru melapisi luka lama yang belum kering.
Tidak pa-pa, ada kami disini.
Semuanya akan baik baik saja.
Kamu baik baik saja?
Jangan menangis, mereka akan sedih melihat kamu dari sana.
Aku akan ada disamping kamu, jadi jangan merasa sendiri. Banyak orang yang menyayangimu.
Semua kata kata yang digabungkan menjadi kalimat tersebut tidak membuat Adinda merasa tenang ataupun nyaman. Dirinya semakin takut, bagaimana bisa ia menjalani kehidupan tanpa orangtuanya? Bagaimana bisa ia menghadapi semuanya tanpa orangtuanya.
Semua orang terlihat sedih, semua orang menatap dirinya dalam dengan pandangan yang tidak pernah Adinda lihat dan Adinda benci hal itu. Semua kalimat ataupun tatapan hanya membuat dirinya yakin tidak ada lagi orang yang berdiri disamingnya, orangtuanya benar benar meninggalkannya dalam kesedihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
IT'S ME CARISSA_mark (END)
ChickLit"Satu hal yang membuatku membenci kamu yaitu senyummu, tawamu, ucapanmu bahkan matamu semuanya hanyalah seperangkat dari kebohongan kamu." Elizabeth Carissa Alvira