2 Juni 2019
🌼🌸🌼
Matahari sudah mulai turun, kembali bersembunyi di tempat yang tidak pernah Carissa tahu kemana matahari tersebut akan bersembunyi padahal dengan jelas cahayanya terlalu besar untuk bisa tenggelam di dalam persembunyiannya.
Carissa iri pada matahari tersebut, memiliki cahaya yang besar namun bisa bersembunyi dari semua orang yang ada di dunia ini. Carissa ingin seperti itu, bersembunyi dari semua orang yang ada di dunia ini. Carissa tidak mau hidup di dalam dunia yang ia benci saat ini, Carissa ingin hidup dengan dunia yang ia bangun sendiri dengan keinginannya sendiri, bukan keinginan orang lain.
'Aku ingin hidup dengan bebas, apa aku salah?'
Terkadang Carissa merasa dirinya sudah terlalu tua karna sering sekali dirinya menghembuskan nafas dengan kasar seakan dirinya baru saja melewati hari hari yang sulit. Seakan dirinya sudah menghabisi banyak waktu di dunia ini padahal Carissa baru hidup selama duapuluh tiga tahun.
Carissa memalingkan wajahnya dari jendela kaca, memutar diri dan melihat jam yang ada di dinding dan lagi-lagi tanpa sadar Carissa menghembuskan nafasnya dengan kasar.
Hanya tinggal lima menit lagi jam makan malam akan di mulai dan pria yang bernama Mark itu belum juga kunjung menunjukan dirinya dan itu akan menjadi masalah besar bagi Carissa.
"Mari kita hadapi dengan baik Carissa, jangan takut ataupun terintimidasi dengan ucapan orang orang yang ada di bawah. Cukup duduk dan dengarkan seperti biasa. Kamu bisa Car, kamu harus bisa Carissa." Ucap Carissa pada dirinya sendiri.
Carissa kembali melangkah keluar dari kamarnya, berjalan menuruni anak tangga dengan pelan dan dari jauh Carissa dapat mendengar suara tarikan beberapa kursi yang Carissa yakini beberapa orang telah duduk manis di kursi meja makan.
Carissa menyelesaikan anak tangga terahkir yang membawanya ke lantai dasar, Carissa berjalan kearah meja makan dan benar saja sudah ada orang yang duduk di kursinya masing masing termasuk Edward yang kini menatap Carissa dengan pandangan yang membuat dirinya mengatakan kalau aku tidak berada di zona yang aman sekarang.
Carissa menarik kursinya sendiri memberi tanda agar Nadin tidak mendekat pada Carissa untuk menarik kursinya. Boleh Carissa mengatakan kalau keluarga ini sangat kaya? Setiap perempuan di rumah ini memiliki satu orang yang akan selalu membantu mereka dalam artian asisten pribadi sama seperti Nadin.
"Dimana Mark? Kenapa dia belum turun?" Tanya Edward yang langsung to the point yang dapat Carissa lihat Cantika dan dua anak perempuannya bahagia saat mendengar pertanyaan tersebut.
"Aku tidak tahu, dia belum kembali Kek ataupun memberi kabar." Jawab Carissa dan seperti beberapa jam yang lalu, raut wajah Edward sudah berubah. Kini tangannya bukan lagi berada diatas penyangga kursi yang ada disamping kiri dan kanan, namun sudah ada diatas meja makan.
Tangannya mengepal, matanya memancarkan kemarahan yang akan siap meledak dan sudah pasti kemarahan itu akan tertuju pada diri Carissa.
"Apa kamu tidak mendengar apa yang saya katakan tadi pagi? Apa pendengaran kamu mengalami masalah? Apa sulitnya membuat Mark pulang dan bergabung makan malam di rumah ini?" Tanya Edward dengan menyelipkan penekanan di setiap pertanyaannya.
"Maaf Kek,," Carissa tahu Edward akan membenci jawaban dari mulutnya, namun dari banyaknya kata hanya dua kata ini yang mampu terucap dari mulut Carissa.
"Apa gunanya kamu di sini kalau begitu? Apa gunanya kamu menjadi menantu pertama di rumah ini jika kamu saja tidak bisa mengurusi satu penghuni di rumah ini? Bagaimana bisa saya mempercayakan kamu menjadi menantu pertama di rumah ini?"
"Pa?"
"Saya lagi bicara Cantika, jangan memotong ucapan saya!" Cantika terdiam seketika saat mendengar suara berat itu terutara untuk dirinya.
"Bagaimana bisa kamu nantinya akan memberikan contoh yang baik pada yang lain kalau kamu sendiri saja tidak benar. Apa orangtua kamu tidak mengajarkan kewajiban dari menantu dan istri? Bagaimana bisa sikap kamu seperti perempuan yang belum menikah?"
'Bagaimana bisa mereka mengajariku tentang hal itu, mereka saja pergi begitu saja. Bagaimana seharusnya sikap perempuan menikah? Aku tidak tahu.'
Jika kalian bertanya apa ucapan Edward biasa saja terdengar di telinga Carissa, tentu saja tidak ucapan itu sangat menyakitkan hati dan juga harga diri Carissa. Ucapan Edward bagaikan bom yang siap meledak dalam diri Carissa yang tidak tahu sampai kapan bom tersebut bisa Carissa tahan.
"Kek, sudahlah." Suara ini adalah milik pria yang selalu terlihat dingin, Adrian. Anak pertama dari tante Cantika, sekaligus cucu laki laki kedua dalam keluarga ini.
Edward telihat menahan emosinya saat ini, pria itu dengan diam mengangkat tangannya di udara membuat beberapa orang yang ada di belakangnya bergerak menyiapkan makam malam dengan sigap tanpa ada yang berani berbicara.
"Suruh dia hadap saya kalau sudah pulang." Dia adalah kata yang sangat jarang Edward ucapakan untuk menunjuk cucunya kecuali jika dirinya sudah sangat marah dengan kondisi saat ini.
"Baik Kek." Jawab Carissa sebelum memasukan makanan yang ada diatas piring ke dalam mulutnya. Percuma mengatakan sesuatu jika hal itu hanya akan membuat Edward.
Lagi dan lagi Carissa merasa pria yang duduk di hadapanku sedang menatap dirinya dengan tatapannya. Bukan kepedean, tapi Carissa benar benar merasakan dia sedang menatap dirinya. Kalian pasti tahu bagaimana rasanya ditatap bukan? Bahkan kadang Carissa menangkap basah dia sedang menatap diri Carissa.
Tigapuluh menit semua orang makan dalam diam, hanya ada suara dentingan antara piring dengan alat makan. Sunyi, tentu saja. Kadang Carissa rindu bisa makan dengan suasana hangat yang diisi dengan pembincaraan ringan anatara anak dan orangtuanya.
'Aku merindukan rumahku, rumah yang bahkan terasa kosong walaupun banyak orang yang mengisi rumah ini.'
"Ingat itu Carissa, suruh dia menghadap saya di ruang kerja saya setelah dia pulang." Ucap Edward sebelum pergi menjauh dari area meja makan.
"Heh, sejak ke datangan kamu hanya ada masalah di rumah ini." Ucapan itu keluar dari mulut Cantika sebelum pergi mengikuti langkah Edward dengan Ajeng dan Aline di belakang tante Cantika.
"Nona mari." Carissa melirik Nadin sekilas sebelum memundurkan kursinya agar dirinya bisa berdiri dan pergi meninggalkan area meja makan.
"Terimakasih."
Carissa tahu Adrian membelaknya tadi, Carissa bukan perempuan yang tidak peka Carissa tahu Adrian baru saja menyelamatkan dirinya dari amukan Edward.
Carissa dapat melihatnya yang hanya diam, melirik Carissa sekilas sebelum bangkit dari posisi duduknya dan pergi begitu saja tanpa menjawab ucapan Carissa.
"Dingin." Ucap Carissa pelan sebelum berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Carissa menghentikan langkahnya di tengah anak tangga, sebelum memutar kepalanya untuk melihat kearah Nadin.
"Kamu bisa istirahat Di, aku akan istirahat sekarang. Ini sudah waktunya istirahat, selamat malam." Ucap Carissa sebelum kembali melangkah menuju kamarnya.
Nadin, dia memiliki umur yang sama dengan Carissa bahkan dia lahir beberapa bulan lebih dulu setelah Carissa. Carissa tahu perempuan itu sangat tersiksa untuk bekerja di sini, tapi dia harus bertahan. Dia sama saja dengan Carissa, bedanya Carissa dijadikan menantu di rumah ini dan Nadin dijadikan asisten pribadi oleh Edward. Keduanya sama sama menyelamatkan keluarga mereka karna itu keduanya tetap berdiam diri di sini, menahan semua rasa tanpa berani berontak.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
IT'S ME CARISSA_mark (END)
ChickLit"Satu hal yang membuatku membenci kamu yaitu senyummu, tawamu, ucapanmu bahkan matamu semuanya hanyalah seperangkat dari kebohongan kamu." Elizabeth Carissa Alvira