30 July 2019
🌼🌺🌼
Ajeng, perempuan itu sudah meninggalkan kediaman Edward dengan beberapa koper yang berisi barang pribadinya. Ajeng telah menikah, perempuan itu sudah menikah dengan pria yang bernama Jeremy beberapa jam yang lalu dan angkat kaki meninggalkan kediaman Edward.
Edward memaksa keduanya untuk tinggal di kediamannya, namun ternyata keluarga mertua suaminya menentang keinginan Edward. Keluarga suaminya ingin menantunya tinggal bersama mereka, karna pada umumnya memang seperti itu seharusnya.
Dan pada dasarnya tersebut membuat Edward mengurung diri dalam amarahnya, apalagi masalah yang kian datang menerpa dirinya. Edward semakin marah, dirinya tidak bisa mengendalikan emosinya lagi.
"Pa?" Cantika, perempuan itu menatap Edward yang hanya diam menatap buku yang ada di depannya. Bukan membaca, namun pria itu sedang berfikir.
"Pergilah, saya ingin sendiri." Ucap Edward dan di detik berikutnya ada suara ketukan pintu dari luar.
"Tapi pa__."
"Masuklah." Edward menghiraukan Cantika, ia lebih memilih memberikan tanggapan pada Carissa yang baru saja membuka pintu ruang kerja Edward.
Carissa masuk dengan pelan, dengan salah satu tangan memegang nampan dengan cangkir kristal yang berisi diatasnya.
"Keluarlah Cantika, saya tidak ingin bebicara dengan kamu saat ini." Ucap Edward lagi sebelum ahkirnya Cantika pergi dengan kepala yang ia tundukan.
"Kek, ini minumannya." Ucap Carissa dan dianggukan oleh Edward.
"..."
"..."
"Ada apa? Pergilah!" Ucap Edward saat sadar kalau Carissa tak kunjung pergi dari hadapannya.
Carissa terkejut sebelum memutar tubuhnya, melangkah mendekat pada pintu agar bisa keluar dari ruangan yang berwarna kream tersebut. Namun tepat saat dirinya ingin membuka pintu, ternyata pintu terbuka lebih dulu yang membuat dirinya menundurkan beberapa langkahnya agar tidak terkena pintu yang terbuka.
Mark, pria itu awalnya terdiam saat melihat Carissa yang juga terdiam. Carissa menjauhinya, itulah yang Mark rasakan. Carissa kembali berjalan, melewati Mark dan kemudian menutup pintu dengan rapat.
"Kenapa diam?" Tanya Edward yang membuat Mark langsung tersadar dan kembali berjalan mendekat pada Edward.
"Ada apa kek?" Tanya Mark to the point, karna niat awalnya datang kemari karna Edward memanggilnya untuk menghadap Edward.
"Duduklah." Ucap Edward menunjuk sofa dengan mata yang ada tidak jauh dari Edward.
Mark menurutinya sedangkan Edward sibuk dengan posisi yang sedikit membukuk mengambil beberapa lembaran kertas yang ia simpan di dalam laci yang ada paling bawa dari meja kerjanya.
Edward berdiri dari posisi duduknya sebelum berjalan dan duduk tepat di depan Mark. Meletakan kertas di atas meja tepat di depan Mark.
Mark melihat sekilas lembaran kertas tersebut, sebelum memicingkan matanya menjadi lebih tajam saat melihat isi dari kertas tersebut.
"Apa ini?" Tanya Edward dengan nada berat.
"..."
"Tidak bisa menjawab?" Tanya Edward lagi saat melihat kediaman Mark yang tidak kian menjawab ataupun mengahlihkan tatapannya dari kertas tersebut.
"..."
"Kamu sudah punya istri Mark, kamu sendiri yang menginginkan Carissa. Kamu yang mengajukan diri kamu saat saya bertanya di antara kamu dan Adrian siapa yang ingin menikahinya. Saya tidak memaksa kamu untuk menikahinya, kamu sendiri yang mau dan membuat Adrian mengalah. Apa kamu lupa perjanjian kita?" Tanya Edward dengan nada mengintimidasi.
"Bukan begitu kek, ta__."
"Saya tidak ingin kamu memiliki hubungan dengan siapapun Mark selain dengan istri kamu! Untuk apa kamu memberikannya uang sebanyak itu? Apa kamu gila? Apa kamu mau saya alihkan semua harta saya kepada Adrian?" Tanya Edward lagi dengan memotong jawaban Mark.
"Aku hanya membantunya kek, dia membutuhkan uang. Ak__."
"Kamu membuat saya terlihat bego Mark, kamu membohongi saya begitu juga semua orang disini." Ucap Edward.
Mark terdiam, menatap Edward dengan tatapan khawatir. Pria yang bernama Edward tersebut tidak pernah mengetahui atau ikut campur dalam urusan seperti ini. Tapi kenapa pria yang bernama Edward itu ikut campur dalam urusan kali ini? Hanya satu yang ada di pikiran Mark, Edward sudah tahu siapa perempuan yang bernama Gita tersebut.
"Jauhin dia Mark."
"Tapi kek__."
"Saya sudah bicara dengan Adrian, kamu tahu maksud saya Mark. Perempuan itu tidak bisa masuk ke dalam keluarga ini. Jauhi dia atau semua warisan kamu akan saya ahlihkan pada Adrian." Ucap Edward dan saat itu juga semuanya terjawab.
"Aku bisa menururi segalanya kek, tapi tidak yang satu ini." Ucap Mark dengan yakin yang otomatis membuat Edward semakin marah.
"Selama ini kamu bisa menutupi segalanya Mark, tapi tidak sekarang. Jangan buat saya harus menyakitinya, jangan buat saya harus bersikap kasar padanya. Kamu tahu bagaimana saya bersikap kalau saya tidak menyukainya." Edward mengancam Mark.
"Silahkan, aku akan tetap melindunginya kek." Ucap Mark sebelum berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah pintu keluar.
"Mark, kamu akan menyesal. Sungguh, kamu akan benar benar menyesal." Ucap Edward.
Mark hanya terdiam, berdiri ditempatnya tanpa memutar dirinya untuk melihat kearah Edward. "Justru aku akan menyesal kalau meninggalkan dirinya." Jawab Mark.
"Kalau begitu ceraikan istrimu!"
~ ~
Carissa menatap layar ponselnya, setelah sekian lama Gita kembali menghantui dirinya dengan mengirimkan beberapa chat yang tentu saja berisi kata kata yang membentuk kalimat untuk membuat Carissa emosi dalam amarahnya.
'Apa yang harus kulakukan pada perempuan sinting ini?' Ucap Carissa dalam pikirannya, dirinya lelah. Begitu lelah, karna selama satu bulan ini Edward selalu saja marah yang membuat semua orang terkena imbasnya dan termasuk dirinya.
"Apa yang kamu lakukan disini Car?"
Carissa menatap pria yang kini duduk disampingnya, dengan kaki yang ikut masuk ke dalam air berwarna biru laut dikarnakan pantulan sinar malam yang memberikan sinar gelapnya.
"Hanya ingin." Ucap Carissa sebelum memasukan ponselnya ke dalam saku celana dibelakangnya.
Satu bulan cukup membuat Carissa dan Adrian menjadi dekat, walaupun tidak bisa di bilang sepenuhnya dekat. Keduanya mulai bicara karna masalah Ajeng, lama kelamaan keduanya mulai bicara walaupun hanya untuk menyapa satu sama lain.
"Ada apa kelihatannya kamu punya masalah?" Tanya Carissa saat melihat Adrian yang kini terdiam menatap satu objek yaitu bulan.
"Sepertinya kamu bisa menjadi peramal."
Carissa terdiam, Adrian kini kelewat jujur namun Carissa tidak bisa pungkiri dirinya senang dengan keterbukaan Adrian membuat dirinya merasa sudah mulai di terima dengan baik di keluarga ini.
"Ada masalah apa?" Tanya Carissa.
"..." Adrian masih terdiam, membuat Carissa merasa salah dalam berbicara.
"Maaf kalau aku terkesan ikut campur, kalau kamu tidak mau cerita juga gak pa-pa kok. Semua orang berhak menyimpan pemikirannya untuk dirinya sendiri, seperti diriku." Ucap Carissa sebelum kembali menatap objek yang sama dengan yang di tatap Adrian.
"..."
"..."
"Pertunanganku putus."
"..." Carissa masih terdiam, dirinya bingung bagaimana harus memberi respon akan ucapan Adrian.
"Aku mengahkiri hubunganku dengan Amanda."
...
KAMU SEDANG MEMBACA
IT'S ME CARISSA_mark (END)
ChickLit"Satu hal yang membuatku membenci kamu yaitu senyummu, tawamu, ucapanmu bahkan matamu semuanya hanyalah seperangkat dari kebohongan kamu." Elizabeth Carissa Alvira