12

5.6K 387 11
                                    

19 July 2019

🌼 🌺 🌼

Sudah dua hari berlalu sejak Edward pergi karna urusan pekerjaan dan sudah dua hari juga kediaman Edward terasa seperti kapal pecah karna ulah salah satu penghuni kediaman Edward.

Ajeng yang memiliki rasa benci pada Edward membuat kediaman tersebut menjadi pesta satu malam dengan teman teman kuliahnya, jangan ditanya bagaimana Cantika menghadapi anak keduanya tersebut. Apapun yang Cantika ucapkan hanyalah angin berlalu ditelinga Ajeng, apalagi ucapan Adrian ataupun Aline hanya seperti kibasan angin yang numpang lewat didepannya.

Mark? Pria itu bahkan tidak pulang semalam dan dipastian Mark tidak tahu masalah yang terjadi karna ulah adik sepupunya yang sudah melewati batas kesabaran.

Carissa menatap dari balkon kamarnya, melihat taman yang selalu sunyi kini menjadi terang dengan lampu kelap kelip dengan suara musik yang sangat kencang. Carissa merasa risih tentu, karna apa yang sedang ia lihat bukan hanya sekedar aktivitas bertemu atau bertamu tapi mereka berpesta.

Ada minuman berakohol disana, ada asap rokok yang menggumpal disana, ada banyak perempuan yang menggunakan pakaian kekurangan bahan padahal dengan jelas banyak kaum pria disana, bahkan ada pasangan yang sangat santai bermesraan menunjukkan betapa cintanya mereka terhadap pasangannya.

"Nona? Apa lebih baik nona menelepon tuan Mark? Ini sudah melewati batas nona, bagaimana kalau tuan Edward mendengarnya? Semuanya akan menjadi masalah, terutama bagi nona." Ucap Nadin dengan nada khawatir yang terarah pada Carissa.

Nadin tidak tega kalau Carissa akan menjadi sasaran empuk untuk mendapat cacian maki dari Edward karna kelakukan cucunya yang sudah melewati batas.

"Aku tidak bisa menghubunginya." Lirih Carissa dengan tatapan yang masih terarah kearah pesta.

"Nona?" Panggil Nadin saat melihat Carissa yang terdiam dan kini tatapannya berahli pada Ajeng yang sedang menari dengan beberapa temannya.

"Aku akan turun kebawa." Ucap Carissa sebelum memutar tubuhnya sedangkan Nadin sudah menjawab pernyataan Carissa dengan gelengan kepala.

"Nona akan membahayakan diri nona sendiri, ibunya saja tidak didengar apalagi nona yang selalu dihiraukan olehnya." Ucap Nadin dengan khawatir.

"Lalu kita harus bagaimana, menunggu ataupun menghadapinya secara langsung sama sama menghasilkan hasil yang tidak pasti bukan? Lebih baik mencoba sekarang." Ucap Carissa sebelum berjalan membiarkan Nadin mengikuti jejaknya dari belakang dengan masih membujuk Carissa agar kembali.

Langkah Carissa terlihat yakin, namun percayalah hatinya ragu untuk tetap melangkah menemui Ajeng yang menurut Carissa tidak akan mudah untuk dikendalikan.

Semua orang menatap Carissa yang mulai memasuki area taman karna suara pintu yang Carissa buka menimbulkan bunyi yang cukup kencang disekitarnya, yang membuat banyak orang berbisik untuk mencari tahu siapa perempuan yang datang dengan muka datar miliknya.

Ada juga yang memuji betapa cantiknya Carissa walaupun menggunakan pakaian yang tertutup berbeda dengan perempuan yang ada didalam pesta tersebut. Kecantikan Carissa tetap terpancar walaupun menggunakan pakaian tertutup dengan wajah yang tanpa polesan makeup.

Carissa menarik tangan Ajeng yang berada membelakangi dirinya, percuma ia memanggil Ajeng karna Carissa yakin perempuan itu tidak akan mendengar panggilannya.

"Hentikan sekarang!" Perintah Carissa namun hanay ditanggapi dengan tatatpan oleh Ajeng sebelum dirinya kembali menari dan membelakangi Carissa.

"..."

"Aku bilang hentikan sekarang Ajeng!" Ucap Carissa lagi dengan tangan yang menarik kasar Ajeng agar melihat kearahnya.

"Apa lo bilang? Hentikan? Memang lo siapa dirumah ini? Lo gak berhak untuk menyuruh gue, paham?" Ucap Ajeng sebelum menampis tangan Carissa dan berjalan meninggalkan Carissa.

Carissa emiosi, dirinya marah karna Ajeng tidak bisa dikendalikan. Carissa memanggil Nadin agar mendekat, membisikan Nadin agar mematikan musik agar semuanya berhenti dalam aktivitas menarinya.

Carissa mengejar langkah Ajeng dan saat Carissa berhasil meraih lengan Ajeng musikpun berhenti mmebuat semua orang terdiam dalam kebingungannya.

"Mau lo apa sih? Apa mau lo? Heh?" Tanya Ajeng saat sudah memutar tubuhnya dan menepis kembali tangan Carissa dari lengannya yang membuat Carissa memundurkan langkahnya karna kalau tidak sudah pasti tangan Ajeng akan mengenai dirinya.

"..." Semua orang mulai melihat kearah Carissa dan Ajeng, saling berbisik atas pertengkaran yang terjadi antara keduanya.

"Hentikan sekarang juga, suruh teman teman kamu pulang sekarang!" Ucap Carissa mengutarakan keinginannya dengan tegas.

"Apa hak lo? Lo sadar gak sih, lo gak ada hak disini? Lo bukan siapa siapa jadi jangan bersikap seperti lo orang penting dirumah ini. Lo gak ada hak!" Teriak Ajeng dengan emosi yang terlihat jelas diwajahnya.

"Aku ada hak, aku istri dari sepupu kamu dan otomatis aku memiliki hak untuk membuat ketenangan dirumah ini dan mengusir orang orang yang membuat keributan dirumah ini." Ucap Carissa tidak mau kalah.

"Heh?" Ajeng menertawakan Carissa dengan tawa meremehkan. "Istri? Apa kamu yakin kamu pantas untuk mengatakan kamu istrinya Mark?" Tanya Ajeng dengan nada meremehkan lagi.

"..."

"Kedatangan kamu hanya membuatnya semakin rumit. Kamu membuat semuanya menjadi tidak nyaman, kedatangan kamu hanya membuat kediaman rumah ini menjadi tidak baik. Semuanya berusaha untuk mencari perhatian didepan kakek tua itu, semuanya mencoba menuruti kemauan kakek tua itu. Menurut kamu demi apa? Semuanya demi uang dan yang perlu kamu tahu Mark itu hanya ingin harta kakek, dia memanfaatkan kamu demi mendapatkan harta! Kamu harus tahu itu, dia tidak mencintai kamu. Dia hanya berpura pura baik dihadapan kamu. Semuanya itu palsu." Ucap Ajeng.

Suara Ajeng terdengar sangat jelas, bahkan orang yang awalnya tidak tahu siapa Carissa menjadi tahu siapa sosok Carissa dan apa masalah keduanya.

"Lalu?" Tanya Carissa dengan tatapan santai milikinya dan membuat Ajeng semakin emosi.

"Lalu? Lo tanya lalu? Harusnya lo sadar diri, lo hanya alat yang diguankan oleh Mark. Lo bisa dibuang kapan saja kalau Mark sudah mendapatkan apa yang ia inginkan, lo akan dibuang dengan mudah. Lo hanya sampah yang dipumut kemudian dibuang kembali, percaya sama gue." Ucap Ajeng dengan suara pelan lebih tepatnya berbisik pada Carissa dengan penekanan disetiap katanya.

Carissa menarik bibirnya, melipat kedua tangannya didepan, menatap Ajeng.

"Aku tidak pernah masalah akan hal itu, lagian karna dia aku bisa ada disini menikmati segala kekayaan kalian dan kalau dia ingin membuang aku kembali, maka aku pastikan aku akan mendapatkan setengah dari harta yang ia miliki karna memumut sampah seperti aku. Aku tidak pernah merasa rugi, karna aku tidak merasa dirugikan." Ucap Carissa.

"LO__!"

Carissa menahan tangan Ajeng yang mengarah pada pipinya dengan keras, Carissa melepaskan pergelangan tangan Ajeng.

"Jangan mengaggap aku remeh Ajeng, dengarkan baik baik. Kediamanku bukan berarti kamu berhak bersikap lancang padaku, pastikan semua tamu kamu yang tidak sopan itu angkat kaki dalam hitungan jam karna kalau mereka tidak angkat kaki sekarang aku tidak akan bisa menjamin kakek akan tetap mengijinkan kamu untuk tetap tinggal disini." Bukan ucapan biasa, namun ucapan Carissa menjelaskan kalau Carissa memerintahkan Ajeng.

Carissa memutar tubuhnya, ingin melangkah meninggalkan semua orang yang sedang menatap dirinya dengan berbegai ekspresi.

"Kalau gue harus angkat kaki, gue pastikan lo juga pergi dari rumah ini tanpa membawa apapun." Ucap Ajeng dengan penekanan, seakan akan ucapannya akan tercapai.

Carissa tertawa pelan, tanpa mau menatap kearah Ajeng. "Mari kita lihat apa mimpimu akan tercapai." Ucap Carissa sebelum melangkah meninggalkan taman.

Ajeng, perempuan itu berteriak dengan kencang. Ia marah karna Carissa terlihat baik baik saja dengan apa yang baru saja ia ucapkan, ia benci saat melihat Carissa baik baik saja sementara dirinya? Dirinya mengalami mental ditempat yang terpuruk.

...

IT'S ME CARISSA_mark (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang