17 Agustus 2019
🌼🌺🌼
Mark menyandarkan punggungnya di sandaran kursi mobil belakang, ia baru saja pulang dari luar kota karna urusan perusahaan setelah resmi menjadi pengganti Edward. Mark kini mengakuinya, tidak mudah menjadi Edward dalam mengurusi perusahaan. Banyak hal yang membuat Mark ingin berteriak, menunjukkan kalau dirinya tidak berada di dalam situais yang baik saat ini.
"Tuan, kita akan kemana? Ke apartemen atau ke rumah?" Tanya pria yang baru saja menjalankan mobilnya meninggalkan area penjemputan penumpang di bandara.
"Ke rumah." Jawab Mark, ya pria itu memutuskan balik kerumah Edward sejak beberapa hari yang lalu sebelum dirinya pergi keluar kota.
Barangnya? Tentu sudah dibawa oleh orang suruhannya, Mark tidak ingin repot repot ia ingin langsung beristirahat dengan tenang tanpa memikirkan barangnya maka dari itu Mark memilih menyuruh orang orang memindahkan barangnya dari apartemen selama dirinya berada diluar kota.
Mark memalingkan wajahnya, menatap jendela kaca mobil yang ada disampingnya. Cuaca cukup mendung, dengan fakta langit yang mulai gelap padahal jam tangan Mark masih menunjukkan angka 5 belum waktunya langit berubah menjadi gelap.
"Apa Ajeng dan Jeremy di rumah?" Tanya Mark pada supirnya.
"Ia tuan, nona Ajeng dan tuan Jeremy baru memasuki kediaman tuan Edward kemarin." Jawab supir tersebut tanpa mengahlihkan tatapannya dari depan, karna pria itu Mark tidak akan menyukainya jika pandangan keduanya bertemu.
Mark kembali diam, Mark mendengarnya dari Adrian kalau Ajeng dan Jeremy memasuki kediaman Edward dan memutuskan akan tinggal disana hanya beberapa bulan. Tentu ini keinginan Edward, karna cucu pertamanya akan lahir dan Edward menginginkan keduanya tinggal diatap yang sama.
Kurang lebih satu jam, mobil yang membawa Mark telah masuk ke dalam perkarangan rumah Edward. Mark keluar dari mobil tanpa menunggu sang supir membukakan pintu untuknya, Mark sudah ingin masuk ke dalam kamarnya dan tidur. Ia sangat lelah, sangat sangat lelah.
"'Sudah pulang?" Mark menghentikan pergerakannya, Edward menyambutnya ternyata. Pria tua itu duduk disalah satu sofa yang ada di ruang tamu, melipat koran yang ada ditangannya sebelum berdiri dari posisi duduknya dan menghampiri Mark.
"Bagaimana? Apa semuanya berjalan dengan baik?" Tanya Edward pada Mrak.
"Kakek pasti sudah mendengarnya." Jawab Mark tanpa mau basah basih, ia ingin segera pergi dari hadapan Edward.
"..."
"Aku keatas dulu, permisi." Pamit Mark sebelum kembali bejalan dan menaiki setiap anak tangga.
Edward melihat kepergian Mark, hatinya terluka namun Edward tahu Mark lebih terluka dari pada dirinya. Edward sadar dengan apa yang ia lakukan, Edward tahu konsenkuensi apa yang akan ia hadapi dengan keputusan yang ia lakukan tapi ini semua demi kebaikan semua orang.
Saat Carissa datang menemuinya lima bulan yang lalu, hati Edward terasa tersentil karna apa yang ia lakukan pada Carissa selama ini. Edward melihat dengan jelas bagaimana terlukanya Carissa saat itu, air matanya terus terjatuh menatap Edward dengan bibir yang terus mengeluarkan kata mohon dan tolong.
Edward awalnya tetap tidak mengijinkannya, tapi saat Carissa mengatakan dirinya sedang mengadung membuat Edward tidak bisa mengatakan apapun lagi. Edward membiarkan Carissa pergi namun tetap dalam pengawasan dan penjagaannya, Edward tidak sebodoh itu membiarkan Carissa pergi apalagi mengetahui kalau Carissa akan melahirkan penerus keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IT'S ME CARISSA_mark (END)
Chick-Lit"Satu hal yang membuatku membenci kamu yaitu senyummu, tawamu, ucapanmu bahkan matamu semuanya hanyalah seperangkat dari kebohongan kamu." Elizabeth Carissa Alvira