06. 기본적인 무례한! [Dasar Tidak Sopan!]

4.7K 818 42
                                    

Tekan bintangnya dulu
sayangqu💓

--

"Kau benar-benar minta dimaki ya?" ujar Jennie dengan tatapan marah. "Dasar mesum!" desisnya sebal.

Taehyung terkekeh pelan. "Kau mau atau tidak?"

"Tentu saja tidak. Kau menginjak harga diriku, sudah lah lupakan saja! Makan itu bangunanmu!" Jennie segera bangkit dari posisi duduknya hendak meninggalkan Taehyung. Jika saja dia tidak sedang di tempat umum, sudah pasti dia menendang kemaluan pria itu untuk kedua kalinya sejak pertemuan mereka lalu memberinya seluruh sumpah serapah tepat di depan wajahnya.

Namun sebelum dia sempat meninggalkan Taehyung, pria itu menahan tangannya dengan spontan. "Ya, kau mau kemana?"

Jennie menghempas tangan Taehyung yang menahannya. "Urusan kita sudah selesai. Aku tidak membutuhkan bangunanmu itu jika harus mengorbankan mahkotaku pada pria serampangan sepertimu!"

"Mwo? Serampangan katamu?!" ujar Taehyung melotot mendengar ucapan Jennie.

Jennie mendengus. "Periksa telingamu ke dokter setelah pertemuan kita ini. Nampaknya sudah bermasalah hingga orang perlu mengulangi ucapannya untuk berbicara padamu," ujar Jennie dengan kesal.

"Ya! Kau pikir kau siapa bisa berbicara sok begitu padaku?" tanya Taehyung sewot.

"Aku bukan siapa-siapamu yang jelas," sahut Jennie menatap Taehyung sinis. "Sudah ya, aku mungkin harus segera mencari tempat baru untuk klinikku. Aku membuang waktu percuma hanya untuk pertemuan tidak bermutu ini," ucap Jennie seraya meninggalkan Taehyung.

Taehyung berdecak menatap kepergian Jennie yang berjalan dengan langkah penuh emosinya. Pria itu memainkan lidahnya di dalam mulutnya lalu menghembuskan nafasnya kasar. "Bagaimana bisa dia menolak tawaranku? Semua orang bahkan menginginkannya," ujarnya pelan.

Semakin Jennie menolaknya, semakin besar pula keinginan Taehyung untuk menaklukkan wanita itu. Namun tiba-tiba dia teringat dengan ucapan wanita itu beberapa saat lalu.

"Aku tidak membutuhkan bangunanmu itu jika harus mengorbankan mahkotaku pada pria serampangan sepertimu!"

"Sebentar, itu artinya..." mata Taehyung mendadak melotot kaget. "Dia masih perawan?"

---

Jennie berjalan gontai memasuki flatnya. Kini dia pusing memikirkan kemana dia harus memindahkan kliniknya.

"Sia-sia aku memohon pada pria sepertinya," gumamnya mengingat wajah menyebalkan Taehyung yang ingin sekali dia cabik-cabik dengan garpu. Jennie menghela nafasnya lelah, tubuhnya kini sudah bersandar dengan nyaman di sofa dengan kepala penuh dengan pemikiran ruwet.

Tiba-tiba bel flatnya berbunyi membuat wanita itu lantas bangkit berdiri. Setelah merapikan sedikit penampilannya, Jennie segera membuka pintu flatnya itu.

"Eum, annyeong?"

Mata Jennie mengerjap sesaat sebelum akhirnya memasang senyumnya. "Annyeong Jungkook-ssi, ada urusan apa kemari? Ah-silahkan masuk," ujar Jennie lalu membuka pintunya lebar dan mempersilahkan Jungkook untuk masuk.

Pria dengan gigi kelincinya itu tersenyum lalu mendudukkan dirinya di sofa. "Hanya ingin berkunjung. Apa aku mengganggu?" tanyanya.

"Ah-tidak, hanya saja aku sebenarnya sebentar lagi harus pergi," ujar Jennie.

"Pergi? Kemana?" tanya Jungkook.

"Aku harus mencari bangunan untuk membuka klinikku," ujar Jennie dengan senyum canggung.

Jungkook membulatkan matanya. "Kau seorang dokter?" tanyanya yang dibalas anggukan oleh Jennie. "Jennie-ssi, maaf sedikit lancang tapi... Kau lahir tahun berapa?" tanya Jungkook sedikit ragu.

Jennie lantas tertawa. "1996, kenapa bertanya?" tanyanya dengan senyuman.

"Ani, hanya ingin tahu," jawab Jungkook dengan senyuman. "Kau noona-ku," ujarnya kemudian.

"Benarkah?" ujar Jennie yang dibalas anggukan antusias dari Jungkook.

"Apa boleh aku memanggilmu noona?" tanyanya. Jennie tersenyum manis lalu mengangguk. "Kalau begitu, apa noona mau aku membantumu mencari bangunan untuk klinikmu?"

--

Taehyung berjalan dengan pongah menuju ruangannya. Kemudian saat tangannya membuka pintu ruangannya, ia mendengus kesal mendapati keberadaan pengacau di sana. "Hyung? Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya.

Pria yang ia panggil 'hyung' itu lantas menoleh lalu menampilkan senyum lebarnya. "Kau darimana saja, eoh? Aku menunggumu cukup lama di sini," ujar pria itu tanpa menjawab pertanyaan Taehyung sebelumnya.

"Aku keluar untuk mengurus beberapa masalah. Kau kenapa tiba-tiba di sini?" tanya Taehyung mengulang pertanyaannya.

Namjoon tertawa—menampilkan lesung pipi menawan miliknya. "Hanya ingin berkunjung," ujarnya.

Taehyung mendengus. "Berkunjung atau mengamati perusahaanku?" sindir Taehyung sarkas.

Namjoon tertawa. "Ey—aku tidak bilang begitu!" serunya masih dengan kekehan pelan.

Kim Namjoon adalah seorang direktur utama di perusahaan yang menjadi saingan perusahaan Taehyung. Namun meski demikian, mereka sudah berteman sejak lama bahkan saat mereka masih sama-sama SMA. Jadi persaingan mereka adalah persaingan sehat, bukan saling menjatuhan seperti perusahaan lain lakukan. Setidaknya begitulah yang terjadi hingga sekarang.

Taehyung mendengus lalu mendudukkan dirinya di sofa. "Jadi apa yang membawamu kemari, eoh?" tanya Taehyung.

Namjoon pun ikut mendudukkan dirinya di sofa yang ada di ruangan itu. "Aku ingin mengajakmu ke club malam ini. Aku baru saja kembali dari China dan ingin menyegarkan otakku untuk sementara," ujarnya seraya menyugar surainya.

Taehyung tersenyum miring. "Ingin menyegarkan otakmu dengan alkohol atau dengan tubuh wanita?" tanyanya yang dibalas kekehan oleh Namjoon.

"Pilihan kedua tampaknya tidak bisa aku salahkan juga," jawabnya. Keduanya lantas tertawa bersama memikirkan hal mesum.

Benar-benar para pria kurbel.

"Jadi bagaimana?" tanya Namjoon.

Taehyung tampak berpikir sejenak. "Sepertinya aku tidak bisa, hyung. Ada yang harus aku selesaikan," tolaknya halus.

"Apa yang harus kau selesaikan?" tanya Namjoon.

"Kau ingin aku menyampaikan rahasia perusahaanku padamu?" tanya Taehyung lalu tertawa. Namjoon mendengus lantas menyunggingkan senyum miring.

Lalu kedua pria itu hanya diam, sibuk dengan kegiatan masing-masing— Namjoon merokok sedangkan Taehyung memainkan ponselnya membalas beberapa pesan dari sekretarisnya perihal jadwalnya.

"Apa kau akan ikut menjadi kandidat di pemilihan presdir nanti?" tanya Namjoon membuat perhatian Taehyung kembali pada pria itu.

Menghela nafas pelan, Taehyung tiba-tiba kembali teringat ucapan ibunya. "Kau tau sendiri bagaimana ibuku, hyung," ujarnya dengan senyum tipis.

"Apa ibumu mengancammu?" tanya Namjoon sedikit penasaran.

"Tidak, dia hanya memintaku untuk lebih fokus," jawab Taehyung.

Sebenarnya Taehyung bisa saja mengatakan soal perjodohan yang ibunya ingin lakukan demi reputasinya di pemilihan nanti, tapi jika dia mengatakannya, sama saja memberikan celah besar untuk Namjoon menjatuhkannya. Bukan tidak mempercayai Namjoon sebagai sahabatnya, tetapi pria itu tetap saingan di bagi perusahaan Taehyung.

Seperti yang ibunya katakan, sahabat sekalipun bisa menusuk kita dari belakang kapan saja.


--tbc

Kalo vote bisa mencukupi, aku double update fufufu (づ ̄ ³ ̄)づ

Klik bintangnya ya^^ ↙️

The Truth Untold | Complete (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang