26. 결정적인 단계 [Langkah Penentu]

3.5K 595 116
                                    

Pagi ini Jennie bergegas menuju hotel dimana kedua orangtuanya menginap. Mereka sebenarnya tidak memiliki janji apapun, hanya saja Jennie ingin memastikan keberadaan kedua orangtuanya sebelum ia membuka kliniknya.

Kaki Jennie mendadak berhenti melangkah ketika netranya melihat kedua orangtuanya berada di parkiran hotel. "Eomma! Appa!" panggilnya membuat kedua orangtuanya menoleh ke arahnya. Segera saja Jennie berlari menuju mereka. "Kalian mau kemana, eoh?"

"Kami ingin mengunjungi beberapa tempat di sini. Sudah lama sekali sejak terakhir kami kemari. Kami baru saja hendak menjemputmu," jawab ibunya.

"Sepertinya aku tidak bisa ikut," ujar Jennie pelan.

"Ya, wae?" tanya ayahnya bingung.

"Aku harus membuka klinik hari ini. Eomma dan appa nikmati saja waktu kalian berdua, ne?" Jennie berujar dengan diakhiri senyumnya.

Ibunya menatapnya jengkel. "Bahkan ketika kami jauh-jauh kemari kau masih lebih mementingkan pekerjaanmu."

Jennie tertawa pelan. "Lagipula nanti Taehyung dan aku punya janji temu di klinik, eomma. Aku juga punya beberapa pasien yang harus kontrol hari ini. Jadi, nikmati hari ini berdua saja ya? Please~" Jennie menatap ibunya dengan aegyo-nya.

"Baiklah-baiklah," ujar nyonya Kim pada akhirnya.

"Hati-hati dalam perjalananmu menuju klinik, arraseo?" ujar ayah Jennie.

Jennie tersenyum senang. "Ne, arraseo, appa. Kalian juga hati-hati ya?" ucapnya.

---

"Bisa tidak wajahmu santai sedikit?" ujar Baekhyun lantaran Taehyung sedari tadi menatapnya begitu sinis.

"Terserahku, apa masalah? Ini kan wajahku," sahut Taehyung.

Baekhyun tersenyum miring. "Kau masih kesal, eoh?" tanyanya yang disusul kekehan. "Ya, aku hanya mengujimu saat itu, bukan berati aku memanfaatkan situasi di kesempatan itu. Eiy—aku tidak selicik itu, Taehyung-ssi."

Taehyung masih memandang Baekhyun dengan tatapan curiga hingga tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka dan menampilkan sosok Jungkook yang terlihat sedikit babak belur di wajahnya. "Maaf aku terlambat," ujar Jungkook seraya membungkukkan badannya, meminta maaf.

"Ada apa dengan wajahmu?" tanya Taehyung.

Jungkook tampak mengusap sudut bibirnya yang terasa sedikit ngilu itu dan hanya tersenyum. "Aku tergelincir dan membentur wastafel kamar mandi. Tapi itu bukan masalah, aku baik-baik saja," jawabnya. Pria bergigi kelinci itu kemudian beralih menatap Baekhyun dan melemparkan senyum hangatnya. "Bagaimana kalau kita mulai membahas proyek kerja sama ini?"

"Kau harus segera mengobati itu secara rutin, Jungkook-ssi. Itu terlihat seperti luka memar sehabis ditonjok preman jalanan," ujar Baekhyun dengan wajah meringis. Jungkook hanya tertawa pelan sebagai respon.

"Aku masih harus mengurus beberapa hal lagi dengan perusahaan Hoseok, jadi mari kita mulai sekarang?" ujar Jungkook menatap Taehyung dan Baekhyun bergantian.

---

Lisa mendengus menatap Rose yang begitu lahap memakan oleh-oleh yang dibawanya sepulang dari Filipina. "Perhatikan bungkusnya, jangan-jangan kau ikut memakan bungkusnya," sindirnya yang membuat Jennie tertawa, sedangkan Rose menatapnya cemberut. "Jika kau makan terus, nanti pipimu semakin bengkak dan Chanyeol tidak jadi melamarmu. bayangkan betapa mirisnya," tambah Lisa tak kalah menyebalkan.

Jennie tak henti-hentinya tertawa ketika Lisa dan Rose mulai bertengkar di depannya. Kedua gadis ini benar-benar tidak bisa menjadi dewasa bahkan barang sedetikpun. Ketika dirinya asik tertawa melihat pertengkaran kedua sahabatnya, pintu kliniknya tiba-tiba terbuka dan menampilkan sosok yang tak ia sangka-sangka. Bahkan sepertinya kedua gadis yang sedang bertengkar tadi merasakan hal yang sama, mereka berdua juga mendadak berhenti dan menatap orang yang baru saja datang itu.

"Jennie, bisa kita bicara sebentar?"

Jennie menatap pria itu dengan mulut yang tetap bungkam, tidak mengiyakan ataupun menolak. Matanya tak bisa menipu bahwa ada sebuah ketakutan yang tersimpan di dalam dirinya ketika melihat pria itu.

"Aku tidak akan menyakitimu, aku janji," ujar Wonwoo yang seolah mampu membaca perasaan wanita itu. "Aku hanya... Ingin bicara sebentar."

Jennie menoleh pada kedua sahabatnya dan kedua gadis itu mengangguk pelan. Setelah menghela nafasnya sejenak, Jennie memberanikan dirinya menatap Wonwoo dan mengangguk. Setelahnya, ia segera bangkit berdiri dan berjalan menuju pria itu dengan langkah pelan. Mereka berdua keluar dari sana dan meningglkan Lisa dan Rose.

"Bagaimana jika dia mencelakai Jennie?" tanya Rose.

Lisa menatap wanita di sebelahnya itu dengan raut serius. "Kupastikan tulangnya akan berpindah tempat dan nyawanya tidak akan aman, selamanya."

"Kau terdengar mengerikan," gumam Rose.

Lisa yang mendengarnya lantas tertawa. "Kupastikan kau juga akan melakukan hal yang sama jika dia melukai Jennie," ujar gadis Thailand itu. Ia menatap kembali pintu dimana ia terakhir kali melihat Jennie sebelumnya lalu menghela nafasnya pelan. "Semoga ia mendapat kehidupan yang lebih tenang di kehidupan selanjutnya. Dunia yang sekarang ini terlalu buruk untuk wanita baik hati sepertinya."

---

"Apa yang terjadi?" suara pria yang terdengar dingin dan berat itu memenuhi sebuah ruang kerja berukuran cukup luas.

"Ada seorang pria yang datang menolongnya, tuan. Kami sudah mencoba mengalahkannya tapi entah mengapa gadis itu menjadi lebih kuat dan berani setelah melihat pria itu disiksa."

Bolpoin mewah yang sedari tadi pria itu mainkan di sela-sela jarinya mendadak berhenti. "Siapa?" tanyanya dingin.

"Kami tidak tahu, tapi yang jelas mereka berdua saling mengenal, tuan." Mendengar penuturan dari orang suruhannya itu, Namjoon tersenyum miring. Ia yang sebelumnya membelakangi kedua preman jalanan yang menjadi orang suruhannya kini memutar kursi kerjanya dan menatap kedua orang suruhannya itu secara bergantian.

"Apakah pria itu adalah pria yang ada di foto yang kuberikan pada kalian?" tanyanya. Ketika respon yang ia dapatkan berupa gelengan kepala, ia lantas mengerutkan dahinya dan tampak berpikir. Karena tidak menemukan jawaban apapun dalam kepalanya, Namjoon akhirnya kembali membelakangi orang suruhannya itu.

Kedua orang suruhan Namjoon saling berpandangan, sama sekali tidak tahu harus apa selanjutnya, sampai kemudian Namjoon kembali berbicara.

"Cari tahu siapa orangnya dan beritahu aku. Aku akan menentukan apa yang harus dilakukan kepadanya. Membuatnya mundur dari kehidupan wanita itu atau..." Namjoon tampak menyeringai kecil sebelum melanjutkan, "Menyingkirkannya."



---tbc

oke, mari menentukan...
Mau Taennie atau Jenkook?
note : GABOLEH SERAKAH YAAA😂😂😂

Oh iya, cuma mau ngasih tau nih... AKU SUKA SAD ENDING GAIS :)

The Truth Untold | Complete (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang