34. 사명 [Misi]

2.7K 458 8
                                    

"Taehyung akan kembali dalam beberapa hari ke depan. Aku baru saja menghubunginya beberapa menit yang lalu. Apa tidak sebaiknya kita mulai saja?" Namjoon bertanya pada Wonwoo yang duduk kini di depannya.

Dua pria dewasa itu tengah berada di rumah milik Namjoon tepatnya di ruang kerja milik pria itu guna membicarakan kesepakatan yang ada di antara mereka.

"Aku tidak bisa mendekat pada Jennie, sajjangnim. Ia selalu didampingi oleh pria, dan setahuku itu adalah sahabat Taehyung," ucap Wonwoo.

Namjoon berdecak dan membuang pandangannya ke arah dinding ruangan itu. "Apa Taehyung sengaja membiarkan kunyuk satu itu menjagai kekasihnya?"

"Kurasa tidak." ucapan Wonwoo membuat Namjoon kembali menatapnya dengan pandangan ingin tahu. "Dari yang kulihat, pria itu menyukainya. Dan aku lebih dulu tahu dia mengenal Jennie dibanding Taehyung."

"Tunggu, bisa kau sebut ciri-ciri pria itu?" tanya Namjoon.

"Dia mungkin sedikit lebih tinggi dari Taehyung, rambutnya hitam pekat, wajahnya terlihat dingin namun tetap ada kesan hangat di sana. Bisa dibilang ia cukup tampan, ditambah dengan ia memiliki gigi kelinci," jelas Wonwoo secara spesifik.

Terlihat senyuman licik di wajah Namjoon yang membuat Wonwoo sedikit merinding. Nyatanya bos yang selama ini orang bilang sangat dermawan itu dapat berubah layaknya serigala lapar dengan ambisi yang besar.

"Pria itu mungkin saudaramu," ujar Namjoon dengan dengusan geli.

Alis Wonwoo tampak menyatu menandakan ia bingung pada ucapan bosnya itu. "Maksud anda?"

"Nama pria itu Jungkook. Dan dia satu marga denganmu, Jeon Wonwoo-ssi. Ah-jika begini, aku ragu kau akan bersedia jika kuminta menyakitinya." Namjoon menatap remeh pada Wonwoo.

"Jangan lupakan bahwa anda dan Taehyung juga satu marga," ujar Wonwoo dengan senyum miring.

Kedua pria itu tertawa bersama entah untuk alasan apa. Yang jelas mereka tampaknya berada dalam satu pemikiran.

"Baiklah, aku mengerti," ujar Namjoon. "Pemilihan presdir perusahaan Taehyung tinggal sebentar lagi. Aku ingin kesepakatan ini sudah selesai sebelum itu dilaksanakan."

Wonwoo mengangguk paham.

"Aku ingin melihatnya hancur dan saat terpilih nanti, perusahaannya ikut mengalami penurunan." Wajah manis milik pria Kim itu kini dihiasi senyum sinis dan misterius.

Ketukan dari pintu cokelat di belakang Wonwoo membuat perhatian mereka teralih. Bersamaan dengan itu, muncul sosok wanita cantik dengan rambut hitam panjangnya yang berjalan anggun memasuki ruangan itu.

"Wonwoo-ssi, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Yerin heran.

Wonwoo sendiri cukup kaget mendapati keberadaan wanita yang selama ini diketahuinya sebagai sekretaris Namjoon di rumah pribadi milik bosnya itu. Segelintir pemikiran negatif memasuki pikirannya sampai akhirnya Namjoon buru-buru menjelaskan.

"Yerin sebenarnya kekasihku, Wonwoo-ssi. Aku ingin menjelaskan sebelum kau salah paham. Kau tahu, lelaki kurang suka jika kekasihnya memiliki pergaulan di luar pengawasannya, maka dari itu aku memintanya bekerja di perusahaanku dan menjadi sekretarisku."

Wonwoo mengangguk pelan menanggapi ucapan Namjoon.

"Kupikir pembicaraan kita selesai sampai di sini dulu. Jika kita akan memulai aksinya, aku akan mengatur pertemuan kita," ucap Namjoon mengakhiri pembicaraan.

Wonwoo buru-buru berdiri dan mengangguk sekali lagi pada pria itu. "Ne, sajjangnim."

Seperginya Wonwoo dari ruangan itu, Yerin memandang Namjoon dengan tatapan curiga. Dalam ruang kerja pribadi bernuansa krem dan putih itu dua pasang manusia yang tengah saling menatap satu sama lain. Belum ada percakapan antara keduanya setelah hampir setengah menit berada di dalam sana.

"Pemilihan presdir Balgeun Company akan diadakan tepat satu setengah bulan lagi dari sekarang." Namjoon berujar sembari mengusap dagunya dengan raut serius.

Wanita yang duduk di depannya hanya memasang raut datar dan enggan untuk merespon.

"Ada banyak peningkatan pesat dari perusahaan mereka, dan itu berdampak buruk bagi perusahaanku. Maka dari itu aku mengajak Wonwoo bertemu dan membicarakan beberapa hal. Aku hanya ingin kau tahu agar kau tidak salah paham," jelas Namjoon.

Melihat tidak ada respon dari lawan bicaranya membuat pria berlesung pipi itu berdecak pelan. "Apa aku hanya mengajakmu bicara untuk tidak direspon sama sekali?" tanyanya sebal.

"Lalu aku harus apa?" tanya wanita itu pelan. "Apa kau ingin aku menghancurkan acara itu? Bukankah sudah cukup aku menghancurkan perasaannya saat itu?"

Namjoon mendengus lalu tertawa sinting. "Kau tampak sedih sekali. Bukankah kau sendiri yang menyetujui keinginanku saat itu?"

Yerin menatap pria itu dengan tatapan dinginnya. "Itu karena kau menjebakku!" serunya.

"Masih untung kau kubiarkan hidup," ujar Namjoon acuh.

"Aku mencintainya, Kim Namjoon. Aku sangat mencintai Taehyung. Kenapa- Kenapa kau tega melakukan ini padaku? Pada kami." Yerin mulai menitikkan airmatanya. Segala sesak yang sudah dipendamnya selama ini kini ia tumpahkan di hadapan pelaku yang membuat dirinya tersiksa.

"Berhenti mengoceh atau kupotong lidahmu?!" ancam Namjoon tegas. "Dan berhenti mengatakan kau mencintainya!"

"Aku memang mencintainya!"

"SATU-SATUNYA YANG BISA KAU CINTAI HANYA AKU, YERIN. HANYA AKU!" teriak Namjoon dengan emosi memuncak.

Mendengar itu tangis wanita itu semakin pecah. Dirinya tidak menyangka sama sekali sosok sahabat kekasihnya yang sebelumnya ia anggap baik ternyata memiliki obsesi tinggi terhadap dirinya. Bahkan pria itu rela merusak hubungannya dengan Taehyung yang notabene adalah sahabatnya sendiri.

"Kau sahabatnya, seharusnya kau mendukungnya dan bukan menusuknya dari belakang seperti ini."

"Sahabat?" Namjoon tertawa dengan keras. "Aku bukan sahabatnya lagi sejak dia mengambilmu dariku."

"Sejak dulu aku sudah mencintaimu, Yerin. Aku yang seharusnya memilikimu sebelum si keparat Taehyung itu dengan mengambilmu dariku dan memamerkan hubungan kalian di hadapanku," ujar Namjoon.

"Itu bukan kesalahannya..." lirih Yerin.

Namjoon tersenyum kecil dan mengangguk. "Itu memang bukan kesalahannya."

"Lalu kenapa kau-"

"Aku iri." Namjoon menatap ke dalam mata Yerin begitu lekat. "Aku iri pada semua yang dimilikinya. Bukankah terasa tidak adil jika aku tidak mendapatkan apa yang aku mau sedangkan dia dapat memperoleh semua dengan mudah?"

Namjoon menatap nanar ke arah meja kerjanya dan mengulum bibirnya sesaat sebelum menghela napasnya.

"Namjoon-ssi," panggil Yerin hati-hati.

"Kembalilah ke kamarmu," ujar Namjoon mengabaikan panggilan wanita itu.

Yerin menggeleng pelan. "Aku masih ingin di sini," tolaknya dengan suara bergetar.

"Apa yang kau harapkan? Bukankah kau tidak suka berdekatan denganku karena aku menghancurkan hubunganmu? Kalau begitu kembalilah ke kamarmu karena aku sedang tidak ingin bicara denganmu."

"Kenapa tidak sekalian saja kau mengusirku keluar dari rumah ini dan membiarkanku kembali pada Taehyung?" tanya Yerin yang membuat Namjoon kembali menatapnya.

"Aku tidak ingin kau kembali padanya dan merasakan sakit hati. Jadi lebih baik kau di sini," ujarnya mutlak.

Ada raut bingung yang tercetak jelas di wajah wanita cantik itu setelah mendengar penuturan Namjoon.

"Taehyung sudah punya kekasih lain dan mereka mungkin akan segera menikah," ucap Namjoon memperjelas.


--tbc

Announcement

Kemungkinan aku bakal ga up sampai waktu yang belum ditentukan.

The Truth Untold | Complete (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang