25. 천사 [Malaikat]

3.5K 651 54
                                    

Play Mulmed
(Nothing Like Us - Jungkook Cover)

....

Taehyung tak bisa menghentikan dirinya untuk tersenyum layaknya orang idiot. Serius, tampaknya Jimin harus buru-buru membawa pria itu ke dukun, siapa tahu ada setan yang merasukinya.

"Ya, berhentilah tersenyum! Kau membuatku mulai mempertanyakan kewarasanmu." Jimin berujar dengan wajah jijiknya.

"Aku benar-benar bahagia, Jimin. Sungguh," ujar Taehyung dengan raut bahagianya.

Jimin mendengus disertai kekehan geli mendengarnya. "Ya, setidaknya perhatikan orang lain selain dirimu. Lihat, Jungkook tampak pendiam akhir-akhir ini," ujar Jimin seraya menunjuk Jungkook yang duduk di table bar miliknya sementara mereka berdua berada di ruang tamu.

Taehyung menoleh menatap sang maknae mereka itu. "Mungkin dia sedang ada beban pikiran." Taehyung menatap Jungkook cukup lama hingga tiba-tiba muncul sebuah ide di kepalanya. "Ya, Jimin-ah! Aku tau kemana dia harus pergi untuk menjernihkan pikirannya," ujarnya dengan senyuman lebar. Dia bahkan langsung berdiri hendak menjumpai pria yang tampak murung itu.

"Jangan pernah melakukannya, sialan!" ujar Jimin menarik celana Taehyung karena hanya itu yang dapat diraihnya agar si gila itu berhenti menghampiri Jungkook.

"Wae?" tanya Taehyung tak terima. "Ini satu-satunya cara agar dia kembali seperti-"

"Gila! Kau hanya perlu memutuskan kekasihmu dan dia akan kembali baik-baik saja, Idiot! Jangan pernah membawanya ke club atau kau akan kupenggal!" Jimin menatapnya tegas.

Jungkook adalah pria baik-baik yang sama sekali tidak pernah menyentuh tempat kotor semacam itu. Maka dari itu, Jimin tidak akan membolehkanTaehyung mencemari sahabatnya yang satu itu. Tidak, tidak akan pernah.

Taehyung mendadak berhenti dan menatap Jimin dengan alis menyatu. "Apa maksudmu?" Selama beberapa saat dia hanya mampu termenung hingga tiba-tiba ia membulatkan matanya dengan mulut menganga yang ia tutupi dengan kedua tangannya. "Tidak mungkin!" ujarnya begitu syok.

"Apa yang tidak mungkin di dunia yang luas ini, Taehyung-ah. Jangan berpikiran sempit!" Jimin mendengus dan menatap Taehyung sinis.

Taehyung menatap Jungkook begitu iba. 'Sayang sekali aku masih menyukai wanita, Kookie-ya. Ck, bagaimana mungkin kau menyukai diriku?' batinnya merasa prihatin.

Tak lama setelahnya, Jungkook tiba-tiba saja bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu keluar. "Kau mau ke mana, eoh?" tanya Jimin padanya setengah berteriak karena jarak mereka.

Jungkook yang sedang memakai sepatunya itu mendadak berhenti. Ia sendiri juga tidak tahu kemana tujuannya.

"Ya, Jungkook-ah! Kau mendengarku?"

Pria yang selama ini selalu tampak ceria itu kini menatap lantai dengan murung. Entahlah, pikirannya mendadak kacau ketika bertemu wanita tadi siang. "Aku ingin pulang," sahut Jungkook pada akhirnya.


----


Di malam yang begitu sunyi, Jennie berjalan sendiri menuju flatnya. Orangtuanya tinggal di hotel yang tidak begitu jauh dari flatnya, hanya berjarak beberapa blok saja. Kedua orangtuanya tidak bisa menginap di flatnya lantaran ia hanya mempunyai satu kamar. Orangtuanya tidak ingin Jennie terpaksa tidur di sofa karena mereka, meskipun Jennie sama sekali tidak masalah soal itu.

Ketika Jennie berbelok menuju gang kecil yang mengantarkannya menuju gedung flatnya, langkahnya mendadak berhenti ketika menemukan dua pria asing yang berdiri di sana. Tiba-tiba kedua pria itu menatapnya, membuatnya spontan menahan nafasnya sendiri.

"Bukankah dia yang bos kita katakan?" ujar pria yang berbadan tinggi besar pada temannya yang satu. "Kebetulan sekali," sambungnya seraya tersenyum miring. Kedua pria itu tertawa bersama sambil mulai berjalan mendekat menuju Jennie.

"Ya, berhenti melangkah atau kupatahkan kemaluan kalian!" seru Jennie dengan berangnya.

"Aku ingin merasakannya." Pria yang bertubuh sedikit lebih pendek dari itu berujar dengan kekehan sintingnya. Bisa Jennie tebak, kedua orang ini pastilah menggunakan narkoba.

Ketika keduanya mulai mendekat, Jennie mendadak gemetar karena merasa takut bukan main. Jika tahu begini kejadiannya, ia tidak akan memilih melewati gang sempit itu melainkan dari jalan besar meski harus menempuh jarak yang lebih jauh. Namun nasi sudah menjadi bubur, sudah terlambat untuk menyesal.

Pria tinggi yang satu menahan tangannya dan mencengkramnya erat. Jennie meringis merasakan tangannya mendadak kebas karena cengkraman pria itu. "Lepaskan aku!" serunya seraya meronta-ronta.

"Sayangnya bosku tidak menyukainya jika aku melepaskanmu, nona."

Air mata yang sedari tadi Jennie tahan akhirnya mengalir juga. Ia takut, benar-benar takut. Dirinya masih saja terus meronta meski ia sadar penuh bahwa pria gila yang menahannya ini bahkan sama sekali tidak melonggarkan cengramannya pada tangan mulus Jennie.

"Ya! Lepaskan dia!" Mereka bertiga lantas menoleh menatap seseorang yang baru saja berteriak itu.

"Jungkook-ah!" panggil Jennie begitu pelan.

"Jangan ikut campur atau kau yang kami hajar," ujar pria bertubuh lebih pendek pada Jungkook.

"Coba saja!" tanya Jungkook dengan beraninya.

Ketika ditantang, emosi kedua pria tadi langsung tersulut. "Kau mau mati ha?!" seru pria yang tinggi itu. Dengan segera kedua pria itu mendekat ke arah Jungkook dan melayangkan bogeman ke arahnya.

"Andwae!" seru Jennie histeris. "Jungkook-ah..." tangis Jennie begitu deras. "Ya, ini ambil saja aku. Jangan sakiti dia!" seru Jennie ketika Jungkook diberikan bogeman berkali-kali dari dua pria tadi.

Jennie mencari benda apa yang mampu membuat kedua pria tadi berhenti. Tiba-tiba matanya menangkap ada beberapa batu berukuran sedang di sana. Ia buru-buru berjongkok dan mengambil batu itu. Meski sedikit ketakutan, ia mencoba berjalan mendekat dan mengambil batu-batu itu. Ia kemudian berjalan menuju pria-pria tadi dan dalam jarak dekat, ia melempar kepala salah satu pria itu dengan batu sekuat tenaganya. Ketika pria yang satunya menoleh, ia juga melempar batu ke arahnya, alhasil batu itu mengenai wajah pria itu.

"Rasakan itu!" seru Jennie ketika kedua pria itu tampak terhuyung dan terjatuh. Jennie kembali melempari keduanya dengan batu meski ukuran batunya tak lagi sebesar yang sebelumnya. Namun rasa-rasanya, lemparan dengan sekuat tenaga tetap saja akan membuat keduanya kesakitan. Lalu seperti ancamannya di awal, Jennie tampaknya ingin mencoba mematahkan kemaluan kedua pria itu. Ia menginjak milik salah satu dari mereka dengan keras hingga menimbulkan erangan kesakitan yang memilukan. Ketika pria yang ia lempar di mukanya itu menatap ke arahnya, pria itu memberikan tatapan memohonnya namun Jennie tampaknya tidak berbelas-kasihan kali ini. Ia melakukan hal yang sama pada yang satu lagi dan menatap keduanya bengis.

"Mau kupatahkan sungguhan? Sana pergi!!" seru Jennie dengan galak. Kedua pria tadi lantas segera berdiri dan berlari pergi dari sana dengan langkah terseok-seok.

Seperginya kedua pria itu, Jennie lantas menoleh ke arah Jungkook yang sudah merosot dan bersandar dengan lemahnya. "Jungkook-ah!" serunya seraya mendekat ke arah pria malang itu. Tangannya menyentuh pipi Jungkook yang penuh lebab dan memar itu dengan lembut dan menatapnya intens. "Kau terluka," ujarnya disertai tangisannya.

"Apa noona baik-baik saja?" tanya Jungkook.

"Bagaimana mungkin kau masih bisa menanyai keadaanku saat kau terluka parah begini? Kookie-ya, jika saja kau tidak seperti ini sudah kugetuk kepalamu!" ujar Jennie sedikit kesal.

Jungkook meringis ketika dirinya tertawa akibat ucapan wanita di depannya. "Jika noona baik-baik saja-" Jungkook terbatuk pelan, namun matanya tetap menatap fokus pada Jennie. "Aku juga akan baik-baik saja, noona-ya..." ujarnya Jungkook tersenyum tulus.




--tbc

KOOKIE SINI JADI PELINDUNG AKU AJAA :")

The Truth Untold | Complete (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang