....
Keesokan harinya...
Dengkuran halus yang berasal dari celah bibir gadis itu terdengar begitu lucu dan menggemaskan. Pria itu kini berjongkok tepat di sebelah bibir ranjang gadis itu. Matanya sedari tadi fokus menatap wajah menggemaskan kekasihnya itu yang tampak begitu pulas.
"Jadi seperti ini ya rasanya melihat orang yang kau cintai tertidur pulas? Rasanya seperti sudah menjadi suami-istri saja," ujar Taehyung lalu terkekeh geli.
Hari ini, pagi-pagi sekali Taehyung datang mengunjungi flat Jennie untuk permisi sebelum ia berangkat menuju Singapura dalam urusan bisnisnya. Ia dikabarkan mendadak oleh Hwang Minhyun—kolega bisnisnya di sana, bahwa ia harus mendatangi meeting penting pemegang saham di sana.
"Hei nona cantik, tidak ingin bangun, hm? Ini sudah pukul setengah enam." Taehyung berujar pelan sambil mencolek hidung mungil milik Jennie.
Gadis itu tampak sedikit terganggu, alisnya tampak menyatu dengan kerutan di keningnya. Sosoknya yang begitu polos membuat Taehyung gemas sendiri.
"Sayang, ayo bangun! Kau tidak ingin mengucapkan salam perpisahan untukku?"
Kedua kelopak mata itu terbuka dan menatap kaget pria di depannya. Jennie duduk di atas ranjangnya dan tanpa sadar memundurkan tubuhnya hingga beberapa senti. "Ya! Bagaimana bisa kau di kamarku?" tanyanya.
"Selamat pagi!" sapa Taehyung tanpa rasa bersalah sama sekali mengabaikan pertanyaan tersebut. Ia melebarkan senyum manisnya ketika menyapa hangat kekasihnya itu.
Jennie masih memandang keheranan ada pria itu, menerka-nerka bagaimana pria itu bisa masuk ke dalam flatnya.
"Aku mengintip ketika kau memasukkan pinmu," ujar Taehyung seolah menjadi jawaban pada pertanyaan yang sedari tadi berkeliaran di kepala Jennie.
"Dasar tidak sopan!" desis Jennie sebal. Nyawanya yang sudah terkumpul mulai menyatukan kepingan ingatan hal yang terjadi sebelumnya. Ia menatap Taehyung cukup lama lalu bertanya, "Tadi kalau tidak salah, kau bilang ingin mengucapkan salam perpisahan kan?"
Taehyung mengangguk. "Hari ini aku ada pertemuan penting dengan pemegang saham yang ada di Singapura. Mereka ingin kami membicarakan proyek ini bersama secara langsung. Jadi, hari ini aku terpaksa berangkat menuju Singapura," jelas Taehyung disertai raut sedihnya.
"Ada apa dengan wajahmu?" tanya Jennie.
"Aku sedih saja."
"Sedih? Sedih karena apa?" tanya Jennie bingung.
"Tentu saja karena berjauhan denganmu selama beberapa hari ke depan. Bagaimana jika aku merindukanmu? Itu sangat sulit bagiku."
Mendengar penuturan Taehyung yang berlebihan, Jennie tertawa pelan dan mencubit hidung pria itu gemas. "Hei, kita tidak hidup di masa prasejarah! Kita bisa berkomunikasi lewat ponsel kan?"
Taehyung memajukan bibirnya, merengut. "Tapi rasanya berbeda dengan melihat langsung. Aku tidak bisa menyamakan ketika aku menatapmu begini secara langsung dibanding dengan melihatnya melalui layar datar," keluhnya.
Jennie merasakan ada rasa menghangat dalam hatinya ketika Taehyung mengucapkan kalimat itu. Wanita itu hanya tersenyum simpul dan berinisiatif untuk merapikan kerah kemeja pria itu.
"Kau tidak berniat meresponku?" tanya Taehyung.
Jennie menggeleng. "Aku tahu aku memang sangat-sangat mudah untuk dirindukan."
"Kenapa sejak awal kau selalu membuatku kesal karena responmu, sih?" gerutu Taehyung yang diberi kekehan oleh Jennie.
Taehyung ikut tersenyum dan menatap intens wanita itu. Rambut Jennie tampak sedikit berantakan karena baru bangun tidur, namun pesona wanita itu masih terpancar jelas meski wajahnya tampak begitu polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold | Complete (✔)
Fiksi Penggemar[Trailer Tersedia | Baku] -TaeJenKook- Dalam semilir suasana yang menghangat, tidak ada seorang pun di antara mereka yang tahu bahwa isi hati Taehyung dan Jungkook sebenarnya sama. Mereka sama-sama menyukai wanita yang berada di hadapan mereka itu. ...