07. 다시 만날까요? [Haruskah Kita Bertemu Lagi?]

4.6K 866 43
                                    

[DOUBLE UP!]

Votenya sebenernya belum mencukupi, tapi pada pengen aku next, dan kebetulan tangan aku gatal pengen cepet up. Yowes, aku publish...

Baik kan aku?😜

Tekan bintangnya jangan lupa, hehe
Happy Reading💕

---

"Menurut noona, perlu mencari bangunan yang terkesan mewah atau sederhana saja?" tanya Jungkook.

Jennie tampak berpikir sejenak lalu menatap pria yang baru ia kenal dua hari ini yang tampak fokus pada jalanan di depannya. "Kupikir yang sederhana saja, mengingat aku juga tidak bisa benar-benar memiliki banyak uang untuk membeli yang mewah," ujarnya.

"Memangnya orangtua noona dimana?" tanya Jungkook seraya menghentikan mobilnya tepat saat lampu lalu lintas menunjukkan warna merah.

"Orangtuaku ada di New Zealand. Aku tidak ingin membebani mereka dengan meminta uang untuk keperluanku sendiri," ujar Jennie.

Jungkook otomatis memandang Jennie cukup kaget. "Apa yang terjadi hingga noona bisa sampai ke Korea?"

Jennie menghela nafas pelan. "Ceritanya cukup panjang. Yang jelas mereka menginginkanku untuk segera menikah, dan aku tidak mau. Aku masih muda dan mereka sudah ingin membebaniku dengan pernikahan."

Jungkook mengangguk paham seraya kembali melajukan mobilnya. "Lalu apa noona tidak pernah menghubungi mereka lagi?" tanyanya.

Jennie mengulum bibirnya sebelum menjawab. "Masih, tapi hanya sesekali. Mereka mengerti perbedaan waktu dan kesibukan kami. Aku sibuk dengan klinikku dan mereka sibuk dengan perusahaan mereka."

Jungkook kembali mengangguk namun kali ini dia tersenyum. "Noona berasal dari keluarga kaya tapi hidup sangat sederhana ya," ujarnya.

'Sangat tipeku.'

--

Taehyung menghembuskan nafasnya kasar. "Menyebalkan sekali, setiap hari aku hanya duduk di sini menatap tumpukan kertas membosankan seperti ini," ujarnya. Namjoon baru saja pergi beberapa saat yang lalu, kini hanya ia sendiri yang berada di ruangan itu.

Saat ingin menyusun beberapa kertas, Taehyung tanpa sengaja membaca salah satu kertas.

Izin Pengambilalihan Bangunan

Taehyung meraih kertas itu dan membaca isinya secara keseluruhan. "Ah~ ini yang dokter galak itu peributkan padaku," ujarnya kemudian.

Taehyung kemudian membalikkan kertas tersebut dan mendapat alamat lengkap beserta gambar dari bangunan itu. "Ini hanya bangunan biasa, tidak begitu berpengaruh pada perusahaan," ujarnya menatap seksama foto itu.

Taehyung kemudian merogoh ponselnya yang ada di sakunya. Dia rasa dia perlu menghubungi dokter galak itu, kasihan sekali jika wanita itu harus memohon padanya untuk bangunan yang sebenarnya tidak terlalu dia butuhkan.

Sombong pisan, hm.lulu, author cantiq.

"Yeoboseyo byuntae-nim?" (Halo tuan mesum?)

Taehyung lantas melotot mendengar panggilan dari wanita itu untuknya. "Ya, dasar tidak sopan!" ujarnya berdecak kesal.

Terdengar dengusan dari seberang sana. "Bukannya itu memang menggambarkan dengan jelas dirimu?"

Taehyung mendecih samar tak membantah sama sekali. "Aku ingin bertemu. Datanglah ke kantorku, ini mengenai bangunan yang kau ributkan itu."

"Aku sudah bilang aku tidak mau jika harus mengorbankan-"

"Kita bertemu nanti. Sudah dulu." Lalu Taehyung langsung memutuskan sambungan telepon itu. "Bisa-bisa panjang jika aku membiarkannya terus mengoceh," ujarnya seraya meletakkan ponselnya di meja.

Drt drt...

Ponselnya tiba-tiba bergetar, Taehyung mengambil benda pipih itu dari atas meja dan melihat ternyata ada panggilan masuk.

"Yeoboseyo, eomma?" ujar Taehyung.

"Eomma ingin bertemu. Apa kau ada waktu?"

Taehyung menghela nafasnya. "Eomma, aku sedang sib-"

"Sekretarismu bilang urusanmu sudah selesai dan kau tidak ada jadwal lagi hari ini. Eomma sebentar lagi sampai di kantormu. Jangan sampai eomma tau kau menghindar! Sudah dulu, eomma tutup." Kemudian sambungan telepon itu segera diputus.

Taehyung memijit pangkal hidungnya, dia benar-benar pusing memikirkan ibunya yang keras kepala itu. Sekarang bagaimana dia bisa menemui dokter galak jika ibunya memaksa ingin bertemu?

--

"Terima kasih sudah mau membantuku Jungkook-ssi," ujar Jennie seraya membungkuk singkat.

Jungkook tersenyum lebar di balik kursi kemudinya—menatap Jennie yang berdiri di pinggir jalan. "Bukan masalah. Maaf tidak bisa mengantar hingga ke flatmu, noona."

"Gwenchana Jungkook-ssi. Maaf sudah merepotkanmu hari ini."

Jungkook segera menggeleng. "Ani, noona-ya. Aku tidak merasa direpotkan sama sekali olehmu," ujarnya cepat. Jennie lantas tersenyum manis mendengarnya. "Aku pergi dulu, noona," ujar Jungkook kemudian.

"Ne, hati-hati di jalan!" ujar Jennie lalu melambaikan tangannya.

Tiba-tiba ponselnya berdering membuat Jennie segera mencari keberadaan benda pintar itu di dalam tasnya.

"Ini nomor yang tadi siang," ujarnya menyadari itu nomor si penelepon adalah nomor yang sama dengan yang tadi siang menghubunginya.

"Yeoboseyo byuntae-nim?" ujar Jennie mengangkat telepon itu.

"Ya, dasar tidak sopan!"

Jennie lantas tersenyum miring. "Bukannya itu memang menggambarkan dengan jelas dirimu?"

"Aku ingin bertemu. Datanglah ke kantorku, ini mengenai bangunan yang kau ributkan itu."

Jennie memutar bola matanya jengah. "Aku sudah bilang aku tidak mau jika harus mengorbankan-"

"Kita bertemu nanti. Sudah dulu."

Sambungan diputuskan sepihak membuat Jennie berdecak kesal. "Apa lagi yang diinginkan pria itu?"

--tbc

Uhuqh, perbedaan yang sangat nyata antara Kookie sama Tetet :")

Tekan bintangnya ↙️ biar aku cepet update, see you in next chapt❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tekan bintangnya ↙️ biar aku cepet update, see you in next chapt❤

The Truth Untold | Complete (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang