Sejak pagi tadi, Jennie belum ada berhenti sama sekali melayani para pasien yang silih berganti masuk ke dalam kliniknya. Ini sebenarnya agak aneh karena jadwal kunjungan para pasien rujukannya tiba-tiba saja bertepatan pada hari itu.
"Jennie-ah, apa kami di sini hanya untuk memperhatikanmu melayani pasien?" sungut Ibu gadis itu sedikit sebal.
Kedua orangtuanya memang ada di kliniknya juga. Mereka bersikukuh ingin melihat langsung bagaimana sebenarnya pekerjaan yang dilakoni putri kesayangan mereka itu hingga rela meninggalkan negara tempat tinggalnya dan orangtuanya berada.
Jennie terkekeh pelan ketika dirinya mendengar sungutan dari ibunya itu. Sembari mendengarkan detak jantung dari pasiennya melalui stetoskop, ia menjawab, "Hanya tinggal satu pasien lagi, eomma. Bersabar sedikit, okay?"
"Kau ini sudah tua, tidak sekalian saja kau yang diperiksa putrimu?" gurau ayah Jennie yang diberi decakan sebal oleh nyonya Kim.
"Yeobo, masalahnya adalah kita sudah akan kembali besok sementara kita belum menikmati waktu kita bersama Jennie."
Tuan Kim tertawa pelan. "Iya-iya aku paham. Tapi apa kau terima jika doktermu pergi begitu saja ketika hari itu merupakan jadwal kontrolmu?"
"Kau memang yang terbaik, appa!" seru Jennie sambil tertawa pelan.
----
Pria itu menyandarkan punggungnya pada kursi kerjanya. Ia mengusap kasar wajahnya lalu menengadahkan kepalanya ke arah langit-langit ruang kerjanya.
"Aku bertemu Yerin noona."
Agaknya kalimat singkat itu mampu membuat kacau pikiran Taehyung seperti sekarang ini. Ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa itu hanyalah halusinasi Jungkook, namun ada bagian dari dalam dirinya yang ingin mempercayai ucapan pria Jeon itu.
Ponsel di atas mejanya bergetar membuat perhatiannya teralih. Sebuah penggilan masuk dari Ibunya membuat Taehyung kembali menghela napas.
"Yeoboseyo, eomma?" sapa Taehyung begitu sambungan terhubung.
"Apa kau sedang sibuk?"
Taehyung menatap ke arah laporan kerja yang menumpuk di sebelah kiri mejanya. "Tidak," bualnya.
"Baguslah." Terdengar suara nyonya Kim begitu riang. "Eomma kemarin bertemu dengan teman lama eomma saat masih SMA. Ternyata dia sudah menjadi designer dan memiliki butik besar. Eomma jadi terpikir mengenai rencana pernikahanmu dengan Jennie. Eomma berencana kalian memilih baju di sana nantinya. Bagaimana?"
Taehyung memijat pangkal hidungnya. Pikirannya terasa begitu lelah.
"Taehyung, apa kau mendengar eomma?"
"Aku mendengarmu, eomma," jawabnya menyahuti.
"Lalu kenapa tidak menjawab? Jangan katakan kau dan Jennie sudah tidak bersama lagi," ujar ibunya.
"Tidak, bukan begitu. Hanya saja..." Taehyung terdiam dan mencoba memilih kata-kata yang tepat. "Kami belum sesiap itu untuk mengurus pernikahan. Eomma bahkan belum bertemu secara personal dengan Jennie, dan belum mengenalnya dengan baik. Kurasa, lebih baik jika eomma mengenalnya dengan baik agar kedepannya tidak ada masalah yang muncul," ujarnya menjelaskan.
Terdengar helaan napas dari seberang sana membuat Taehyung menjadi merasa sedikit bersalah.
"Ibu rasa ucapanmu benar. Mungkin ibu terlalu terburu-buru. Kalau begitu, coba tanyakan pada Jennie kapan ia memiliki waktu luang untuk kami bertemu. Ibu sudah tidak sabar mengenalnya."
"Akan coba kutanyakan."
"Baiklah. Kalau begitu eomma tutup dulu. Eomma harus mengurus beberapa hal. Jaga kesehatanmu selama di sana, arraseo?"
Taehyung tersenyum kecil. "Ne arraseo, eomma."
Lalu sambungan telepon itu diputus oleh Ibu Taehyung.
Kemudian Taehyung mulai berpikir, apakah pilihannya sudah tepat? Apa memang Jennie orangnya? Ia bahkan baru mengenal wanita itu lebih lagi. Ia kembali bersandar pada kursi kerjanya dan menatap langit-langit ruangannya.
Sedikit keraguan mulai muncul dalam dirinya.
----
Hari berikutnya, Jennie dan kedua orangtuanya berecana menghabiskan waktu bersama sebelum kepulangan kedua orangtuanya malam nanti.
Jennie berjalan menuju hotel tempat kedua orangtuanya menginap yang memang terletak cukup dekat dengan flat miliknya. Dari kejauhan, ia sudah melihat kedua paruh baya itu melambai ke arahnya. Senyuman tipisnya terukir manis sambil ia mempercepat langkah kakinya.
"Noona!"
Jennie menoleh ketika mendengar suara tidak asing yang berteriak barusan. "Kookie? Ada apa kemari?" tanya Jennie heran dan menghentikan langkahnya.
Jungkook datang menghampiri wanita itu. "Ingin mengajak noona jalan-jalan. Apa noona sibuk?"
Jennie menoleh kepada kedua orangtuanya yang tampak menunggu. "Sebenarnya aku berencana pergi bersama kedua orangtuaku. Ck, Kookie-ah, sebaiknya hubungi dulu aku sebelum kau kemari. Lihat? Kau sudah jauh-jauh malah begini ceritanya."
Jungkook mengusap tengkuknya dan terkekeh canggung. "Aku mungkin terlalu bersemangat," ujarnya.
"Ada apa, Jennie?" tanya Ibu Jennie yang ternyata menghampiri mereka.
"Ah-annyeonghaseyo! Aku temannya Jennie noona, senang bertemu dengan kalian," ujar Jungkook sambil membungkuk sopan.
Ibu dan ayah Jennie tersenyum menanggapinya. Jungkook memberikan kesan baik di pertemuan pertama.
"Tadinya aku ingin mengajak Jennie noona jalan-jalan. Tapi ternyata kalian memiliki rencana pergi," ujar Jungkook. "Kalau begitu aku permisi dulu. Selamat menikmati perjalanan kalian!" ujarnya dengan tersenyum.
"Ikut saja dengan kami. Tidak masalah kan, yeobo?" tanya nyonya Kim pada suaminya.
"Tentu saja tidak. Malah akan lebih asik jika semakin ramai."
"Ah-tidak perlu. Aku tidak ingin mengganggu acara keluarga kalian," jawab Jungkook sungkan.
Jennie tertawa pelan melihat kelakuan pria itu yang tampak salah tingkah. "Sudah ikut saja. Kami juga hanya ingin berjalan-jalan seperti keinginanmu mengajakku."
Kedua orangtua Jennie mengangguk menyetujui.
"Kalau begitu, kita naik mobilku saja. Apa kalian keberatan?" tanya Jungkook.
"Tentu saja tidak." Ayah Jennie berujar.
Jungkook pun segera membukakan pintu mobilnya dan mempersilakan kedua orangtua Jennie untuk masuk.
"Apa tidak apa-apa, noona?" bisiknya pada wanita itu ketika kedua orangtua Jennie baru saja masuk mobil. "Aku malu berhadapan dengan kedua orangtuamu dalam kondisi begini."
"Kau tampan kok. Sudahlah, ayo! Mereka mungkin berpikir yang aneh jika kita terlalu lama di luar," ujar Jennie.
Jungkook menghela napasnya ketika Jennie masuk ke dalam mobilnya. Sejujurnya, ada secuil perasaan senang dalam dirinya ketika kedua orangtua Jennie memberi respon baik terhadap kehadirannya.
Entahlah, Jungkook merasa seperti memiliki sebuah harapan.
---
Seperti biasa, Wonwoo duduk menunggu di depan ruangan kerja CEO tempat ia bekerja, siapa lagi kalau bukan Kim Namjoon.
Pintu ruangan itu terbuka dan memunculkan gadis cantik yang keluar dari dalam.
"Anda dipersilakan masuk oleh tuan Kim," ujar wanita cantik itu.
Wonwoo lantas mengangguk dan bangkit dari duduknya. Ia menatap wanita itu sekilas dan tersenyum sopan. "Terima kasih nona Yerin."
---tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold | Complete (✔)
Fanfic[Trailer Tersedia | Baku] -TaeJenKook- Dalam semilir suasana yang menghangat, tidak ada seorang pun di antara mereka yang tahu bahwa isi hati Taehyung dan Jungkook sebenarnya sama. Mereka sama-sama menyukai wanita yang berada di hadapan mereka itu. ...
