Sudah beberapa hari ini, semenjak Suri bertemu dengan seorang adik kelas yang diakui Sagi sebagai mantan lelaki itu, Suri jadi sering melihat Sagi berusaha mendekati adik kelas cantik itu yang bernama Naila.
Naila jelas berbeda dengan Suri dari sifatnya. Kalau soal cantik dan imut, Suri tetap merasa kalua dialah juaranya. Namun Naila terlihat begitu anggun, kalem dan tidak banyak bicara seperti Suri yang terkenal cerewet di mata Sagi.
Bahkan kali ini saja, Suri melihat Sagi ditemani dengan Omar dan Raden sedang duduk di bangku koridor yang menghadap ke lapangan. Omar dan Raden terlihat berbagi cemilan, sedangkan Sagi, mata tajam lelaki itu terus menatap kearah lapangan. Menatap Naila yang sedang latihan paskibra sepulang sekolah ini.
Bahkan sekarang Sagi memilih tidak langsung pulang. Sagi betah di sekolah, karena memperhatikan Naila.
Suri menghela napasnya, sudah berkali-kali dia sabar ketika melihat Sagi sedang mengincar gadis selain dirinya. Tapi kalau saingannya adalah adik kelas dan itu merupakan mantan Sagi, Suri rasanya tidak bisa diam saja.
"Sagiii!" Sapaan Suri terdengar begitu melengking di telinga Sagi. Membuat lelaki itu menghela napas dan langsung memasang earphone tanpa berniat menatap Suri sejenak.
Sedangkan Omar dan Raden langsung menahan tawa ketika melihat Suri yang lagi-lagi menghampiri Sagi.
"Awas, awas. Geser kalian." Ucap Suri, menyuruh Omar dan Raden bergeser agar ada celah tempat duduk persis disamping Rayan.
"Maaf ya. Seorang keturunan ningrat tidak boleh duduk lesehan." Tolak Raden sambil mengunyah roti yang baru saja dia beli.
Omar terkekeh, "sini Suri. Duduk disini aja. Cantik cantik masa gelesotan."
"Nah, gitu dong. Makasih ya, Omar ganteng." Ujar Suri yang membuat Sagi meliriknya dengan jengah, kemudian menyipitkan mata pada Omar.
"Sok baik lo, Mar." Ujar Sagi secara ketus.
"Ciye, cemburu ya?" goda Omar sambil hendak mencolek dagu Sagi, namun Sagi segera menampis tangan Omar dan melotot kesal.
"Lo ngapain sih disini? Pulang sana." Ucap Sagi pada Suri.
Suri memajukan bibirnya sambil bergelayut mesra seperti biasa pada lengan Sagi. "Suri kan kangen sama Sagi."
"Buset dah, tiap hari ketemu padahal." Komentar Raden.
"Apasih, sewot aja." Protes Suri. Kemudian kembali menatap Sagi. "Sagi ngapain deh disini? Mending pulang aja. Kalau gak mau langsung pulang, mending temenin Suri jalan-jalan."
"Omar siap sedia kok, Ri." Omar tiba-tiba menimpali.
"Suri gak tanya sama Omar." Jawab Suri sambil menjulurkan lidahnya. "Ayolah, Gi. Jalan-jalan. Udah lama Sagi nggak nemenin Suri nonton."
"Berisik." Sagi mendorong muka Suri dengan gemas dan kembali menatap Naila di tengah lapangan yang terik.
Naila berposisi di samping kanan pembawa bendera merah putih yang ada di tengah. Sambil menunggu bersiap-siap, Sagi melihat gadis itu mengusap peluh di dahi-nya. Bahkan di tengah lapangan pun, pipi Naila menjadi kemerahan karena menahan panas. Terlihat lucu, persis seperti yang Sagi ingat.
"Sagi, plis." Suri tiba-tiba menangkup kedua pipi Sagi, memaksa Sagi kini fokus menatapnya dengan tatapan tajam karena terkejut dan merasa kesal. "Jangan tatap wanita lain selain Suri, tahu nggak? Sakit nih hati Suri. Pedih."
Sagi hanya berdecak sambil menampis tangan Suri dan menatap Naila lagi.
"Kapan sih Sagi lihat Suri? Padahal Suri selalu ada dan sayang sama Sagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanderloved
Roman pour Adolescentswanderloved (n) person still confused about the feelings and still likes adventure about love. Wanita pasti terkenal dengan sikap jaim dan sungkan mengungkapkan perasaannya pada seseorang yang dia suka. Namun hal itu tak berlaku pada Surinala. Seja...