8. Permen Susu

1.8K 357 104
                                        

Ketenangan Naila yang mendekap buku paket serta buku tulis biologinya sambil berjalan melintasi koridor sekolah seusai praktek di laboratorium sontak sirna begitu mendengar pekikan Laras, teman sekelasnya itu membekap mulut dengan mata membelalak tak percaya ketika melihat layar ponsel Naila yang sedang Laras pegang.

"Kenapa sih?" tanya Naila.

"Oh my God!" Sebut Laras heboh sambil menunjukan layar ponselnya pada Naila. "Instagram lo di follow kak Sagi!"

Naila sontak menghela napas. "Terus?"

"Terus?!" Laras jadi heran kenapa temannya ini tidak seheboh dan sesenang dirinya. "Nai, yang nge-follow Instagram lo ini kak Sagi. Asagiri si ganteng yang impossible banget di dapetin sama anak SMA Cakrawala."

"Laras, nggak usah lebay deh. Gue cuma di follow Sagi."

"Ya tapi dia duluan nge-follow elo. Berarti ada apa-apa nih?" ucapan Laras membuat Naila bingung sendiri. Sejak kapan urusan follow Instagram menjadi tolak ukur awal suatu hubungan menjadi lebih. Yah, walaupun Laras tidak tahu jika Sagi adalah sahabat kecil Naila. "Hmm, tapi satu anak Cakrawala juga tahu kalau Sagi lagi deketin lo."

"Hah?"

"Lo udah di omongin banyak orang kali, Nai. Secara jelas kak Sagi berusaha deketin lo dari awal kita masuk. Dia nungguin lo di depan kelas bareng geng nya—omg, gapapa deh elo di deketin kak Sagi. Gue jadi bisa lihat kak Romario lebih sering."

"Omar maksud lo?"

Laras mengangguk cepat. Romario si bule ganteng SMA Cakrawala yang terkenal humble.

"Gue banyak denger, katanya Omar bego." Ucap Naila dengan santainya.

"Eh, jangan gitu, dong!" Laras protes. "Yang elo denger kan belum tentu bener. Buktinya, kak Sagi tuh terkenal nggak mau pacaran sama anak SMA Cakrawala sendiri. Eh, tapi dia keukeuh banget deketin lo."

Langkah Naila melambat sambil melemparkan tatapan tanya pada Laras. Dia baru mendengar gossip kalau Sagi tidak mau berpacaran dengan gadis di SMA mereka sendiri.

"Tapi, kak Suri? Sagi deket banget sama kak Suri." Ujar Naila sambil membuka pintu toilet, karena dia hanya ingin berkaca sejenak di kaca toilet putri sekolahnya yang besar.

"Ah, itu sih Kak Suri-nya aja yang kegenitan." Kata Laras sambil mengibaskan tangannya. Kemudian mengeluarkan sisir kecil dari sakunya dan mulai menyisir rambut. "Kalau gue jadi lo yang di deketin kak Sagi sih, gue gas aja terus. Nggak perduli sama kak Suri. Dia cari perhatian doang."

"Kok lo bisa ngomong gitu?"

"Ih, Kak Suri udah banyak jadi omongan tauk. Dia selalu ngikutin kak Sagi kemanapun, gapunya malu walaupun udah di tolak berkali-kali. Bahkan nggak canggung meluk-meluk kak Sagi, cium-cium. Dih, murahan banget, kan?" kemudian Laras berbisik. "Gossip-nya sih, kak Suri udah nggak virgin lagi. Udah gitu sama kak Sagi. Makannya selalu ngikutin kak Sagi kemana-mana."

Tubuh Naila sontak menegak dan perasaannya jadi tidak enak mendengar kabar itu. Sagi tidak mungkin melakukan hal itu pada gadis lain. Apalagi terhadap Suri yang terlihat polos.

Naila kemudian berdeham untuk menghalau perasaannya yang tak karuan. "Lo kalau ngomong yang bener deh, Ras."

Laras berdecak, "jangan ketipu deh sama tampang polosnya kak Suri. Tampang polos sama sok ceria-nya itu buat menggaet cowok-cowok Cakrawala. Buktinya, kalau nggak ada kak Sagi, dia pergi sama cowok lain dengan gampangnya."

Merasa sudah cukup berkaca, Naila dan Laras memutuskan untuk keluar dari kamar mandi dan berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya yang dekat dengan lapangan olahraga di samping mereka. Terdengar suara teriakan para lelaki kelas dua belas IPS 1 yang sedang bermain bola.

WanderlovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang