Suri mengeratkan pelukannya pada pinggang Sagi selagi lelaki itu mengendarai motonya pagi ini, membonceng Suri menuju sekolah mereka.
Sungguh rasanya seperti mimpi. Suri tidur di apartemen Sagi, walaupun Sagi tentu saja pulang ke rumahnya sendiri. Kemudian di pagi hari, tanpa paksaan Sagi menjemput Suri untuk berangkat bersama ke sekolah.
Begitu motor Sagi memasuki gerbang sekolah, Suri sengaja mengembangkan senyumannya dengan bangga. Biar saja banyak orang yang melihatnya dengan tatapan iri dan tidak suka karena berangkat bersama dengan Sagi, Suri ingin sombong hari ini.
"Wadaw, pakai pelet apa Suri tadi malam? Udah berangkat bareng aja nih." Omar langsung bersiul menggoda begitu Sagi memarkirkan motornya disamping motor Omar.
Sagi hanya tersenyum paksa menanggapi ucapan Omar. Lalu tersenyum lagi ketika melihat Kezia—gadis cheers yang sedang dekat dengan Omar. "Hai, Kezia. Udah jalan sama Omar aja nih sekarang."
"Iya nih, Omar kalau ngedeketin cewek emang nge-gas banget." Jawab Kezia.
Sagi mengangguk-angguk. "Emang nge-gas banget, langsung dapet lagi. Oh iya, Mar, kata Ghania, nanti malam jangan lupa jemput dia. Katanya mau nonton?"
"Siapa Ghania?" Kezia langsung kaget, menatap Omar meminta penjelasan.
Omar kelabakan sendiri. Pasalnya Sagi kalau membalas ejekannya jadi tidak main-main seperti ini. Dia tidak boleh ketahuan Kezia kalau sedang mendekati sepupu Sagi yang bernama Ghania.
"Ghania sepupu Sagi." Jawab Suri dengan santai, lalu menatap Kezia yang entah kenapa langsung menatap Suri tidak suka ketika Suri berbicara padanya. "Dia anak kedokteran gigi UI. Kalau jadi Omar nih, aku lebih milih jalan sama Ghania daripada sama kamu."
Sagi mengalihkan tatapannya seraya menahan tawa mati-matian. Sedangkan ,Suri lalu turun dari motor dan mendekati Sagi, kemudian mendongakkan dahinya. "Sagi, bukain dong kaitan helm-nya. Biar romantis gitu."
"Buka sendiri elah, punya tangan juga." Jawab Sagi sambil membuka helm-nya dan mengacak rambutnya sendiri. Sedangkan disampingnya, dia sudah mendengar Omar dan Kezia ribut-ribut membahas Ghania.
Suri mencebikkan bibirnya kesal. Kemudian berusaha melepaskan kaitan helm-nya. Sagi yang sedang membenarkan rambut, meliriknya. Lalu berdecak dan tangannya mengarah membuka kaitan helm Suri, lalu melepaskannya.
"Ya ampun, Sagi..." Suri memekik kesenangan sendiri sambil membekap mulutnya tak percaya. "Sekalian benerin rambut Suri dong, berantakan nih. Biar tambah romantis kaya di novel-novel."
"Ngelunjak lo ya." Sagi memicingkan matanya, kemudian melangkah terlebih dahulu meninggalkan Suri.
"Sagi! Sagi, tungguin Suri, ih!" Suri berlari kecil sambil membenarkan tatanan rambutnya. Lalu cengar-cengir sendiri dengan langkah riang menjajari langkah Sagi. "Makasih ya, Gi. Sering-sering kaya gini."
Sagi menghiraukan ucapan Suri, hanya berjalan santai sambil menggaruk pelipisnya karena kesal sendiri dengan tingkah Suri.
"Hari ini Suri gak bawain bekal, kan nggak tidur di rumah. Jadinya gak bisa masak." Ucap Suri yang kini melangkah di depan Sagi sambil sesekali melirik Sagi di belakangnya. "Apa nanti Suri masak khusus buat Sagi di kantin Mas Jay, ya?"
"Nggak usah aneh-aneh deh." Ujar Sagi sambil menarik tas Suri dari belakang, membuat Suri memekik kaget dan kini berbalik menghadap Sagi.
Sagi membuka tas miliknya dan kemudian mengeluarkan kotak bekal. Bahkan sebelum Sagi membuka mulutnya untuk berbicara, Suri sudah terkesiap senang sambil menarik kotak bekal dari tangan Sagi. Dia menatap Sagi dengan pandangan mata berbinar senang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wanderloved
Ficção Adolescentewanderloved (n) person still confused about the feelings and still likes adventure about love. Wanita pasti terkenal dengan sikap jaim dan sungkan mengungkapkan perasaannya pada seseorang yang dia suka. Namun hal itu tak berlaku pada Surinala. Seja...