11. L O V E

1.7K 364 49
                                    

Begitu Sagi masuk di ballroom hotel milik kakeknya, dia jelas langsung merasa bahwa di jadikan pusat perhatian. Beberapa orang langsung saling berbisik begitu melihatnya dan beberapa gadis yang menjadi tamu undangan kakeknya—anak-anak dari para pengusaha lain, langsung berbinar senang begitu melihat Sagi yang akhirnya muncul di acara keluarga Soedirja.

Seperti biasa, Sagi selalu memasang perasaan bodo amat terhadap sekitar yang memberikan perhatian lebih padanya. Sagi lebih memilih berjalan kearah Rayan dan menjabat tangan sepupunya itu.

Rayan tersenyum miring ketika melihat Sagi datang di acara ulang tahunnya dengan setelan jas berwarna abu-abu, rambut yang di sisir rapi—sangat bukan penampilan Sagi sekali.

Sambil terkekeh pelan, Rayan menarik jabatan tangan mereka kedalam sebuah pelukan dan dia menepuk punggung Sagi. "Sialan, Gi. Kalau bukan karena kakek, gue nggak akan mau adain ulang tahun macam begini."

Sagi balas menepuk pundak Rayan. "Kalau bukan karena bokap, gue nggak akan sudi datang ke acara formal kalangan jetset ini."

"So, we're in the same shit situation right now."

"Agree." Sagi menjentikkan jari kearah Rayan setelah pelukan mereka terlepas begitu Rayan melihat adiknya, Ghania melangkah kearah mereka berdua.

Ghania menatap Sagi dan Rayan dengan geli. "Well, kalau kalian kumpul berdua gini, kok semua tamu undangan apa lagi para gadis langsung memperhatikan kalian, ya."

"Biasa, karena sudah terlatih tebar pesona, Ghan." Ujar Sore menimpali membuat Rayan menaikkan kedua alisnya menanggapi Sore, sedangkan Sagi hanya tertawa.

Sagi kemudian melangkah mendekat dan merangkul Ghania dengan gemas. "Pesona gue susah di tolak nih, Ghan. Gimana dong?"

"Lama nggak ketemu, jadi sombong lo ya." Ghania menyikut pinggang Sagi, membuat Sagi mengaduh kesakitan.

Tidak cukup hanya menyapa Ghania, Sagi langsung memeluk Sore dan menempelkan pipinya pada kedua pipi Sore, kemudian meraih pinggangnya. "Lama nggak ketemu ya, Re? lo nggak kangen gue gitu?"

"Ehem." Rayan menatap Sagi dengan malas. "Gue mau sapa tamu yang lain dulu deh." Kemudian pergi begitu saja setelah memicingkan mata kearah Sagi.

"Lo, ih!" Sore memukul lengan Sagi. "Cium-cium gue nanti ketahuan Suri mampus lo."

"Eh iya, Suri. Mana nih Suri? nggak lo ajak?"

"Gue udah suruh dia ke sini sih tadi." Sagi menatap pintu utama ballroom yang tertutup, belum ada kedatangan Suri. Padahal jam sudah menunjukan pukul Sembilan malam.

"Di jemput lah. Lo tuh, ngajak Suri, tapi suruh dia datang sendiri. Gimana sih?" omel Sore.

"Marah-marah terus sih, Re." Ujar Sagi sambil mengeluarkan ponselnya. Kemudian mengetikkan pesan pada Suri.

Asagiri S: Dmn?

Kening Sagi mengkerut ketika melihat pesannya hanya di baca oleh Suri dan tidak ada tanda-tanda ingin membalas. Membuat Sagi memutuskan untuk mengirimkan pesan lagi pada Suri.

Asagiri S: Jd dateng gk lo?

"Sagi," Erwan tiba-tiba menghampiri Sagi, tersenyum sambil meremas pundaknya dengan lembut. "Ayo sapa kakek kamu dulu."

Sagi mengikuti arah pandang ayahnya, melihat sang kakek, Kresna Galih Soedirja sedang duduk di sebuah meja bundar dengan beberapa orang berpakaian rapi lainnya. Itu pasti partner bisnis keluarga Soedirja.

Dalam kesempatan ini, Erwan selalu berusaha menampilkan figure ayah dan anak yang akur dengan Sagi. Serta Sagi, Ghania dan Rayan memasang peran sebagai cucu yang menurut dan baik. Padahal semuanya tak seperti itu.

WanderlovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang