Suri menyusuri koridor rumah sakit dengan langkah lemas. Selalu saja seperti ini seusai dia menjenguk Rain. Rasanya sedih, tidak tertahankan. Sungguh Suri mengharapkan Rain bisa kembali sadar. Walaupun jika Rain sadar, keadaan kakak kandungnya itu juga tidak akan baik-baik saja.
Langkah Suri kemudian terhenti ketika dia berada di depan pintu utama rumah sakit. Kepalanya menengadah, melihat langit kota Jakarta yang menghitam. Semilir angina sisa hujan yang baru saja reda masih terasa.
Sisa hujan hanya meninggalkan gerimis kecil. Sebentar lagi juga gerimis ini usai. Bau petrikor memenuhi indra penciuman Suri. Namun Suri masih tetap berdiri disini, tidak berminat naik taksi atau ojek online. Suri lebih memilih menaiki transportasi umum seperti MRT. Rasanya lebih ramai, daripada dia harus sendirian dan melamun kalau naik taksi online.
"Mau sampai kapan berdiri disini?"
Sontak kepala Suri menoleh dengan cepat. Dia langsung membekap mulutnya ketika menyadari ada Sagi berdiri disampingnya dengan tatapan lurus ke depan, menghadap jalanan.
"Kok Sagi disini!?"
"Hah?" Sagi mengusap tengkuknya salah tingkah. Takut ketahuan kalau dia juga menjenguk Rain. "Gue... habis jenguk temen tadi."
"Siapa?"
"Kepo lo." Jawab Sagi dengan ketus.
Suri mengerjap. "Cewek apa cowok?"
"Lo kenapa sih?" Sagi jadi heran sendiri. "Apa hubungannya coba antara temen yang gue jenguk itu cewek apa cowok."
Lantas tiba-tiba Suri berdeham dan memasang ekspresi anggun. "Maaf ya, Sagi. Kalau seandainya Suri sebagai cewek Sagi ini protektif banget."
"Ap—"
"Suri soalnya nggak mau Sagi kegaet cewek lain. Secara kan, Sagi ganteng banget." Suri kemudian berkedip-kedip genit. "Kalau Sagi sama cewek lain, nanti Suri nggak punya temen lagi."
Sagi sontak terdiam, mengingat ucapan Suri pada Rain tadi, yang mengatakan bahwa Sagi adalah orang yang baik karena mau terus menemani Suri.
Hingga tiba-tiba Suri melanjutkan, "nggak punya teman hidup lagi maksudnya."
Sagi sontak menatap Suri dengan jengah. "Jangan berharap banyak sama gue."
"Kenapa? Takut Suri sakit hati? Tenang aja, Suri sudah sering kok dibuat sakit hati sama Sag—" ucapan Suri sontak terhenti ketika Sagi tiba-tiba memasangkan jaket hitam yang dipakainya ke pundak Suri.
"Bawel. Ayo pulang." Sagi menghindari tatapan kaget bercampur terpesona dari Suri dan berjalan lebih dahulu.
"Sagi mau nganterin Suri pulang tanpa Suri minta?!"
"Banyak omong lo ya. Gue suruh lo naik angkot sekalian nih!"
"Eh, iya-iya. Enggak." Suri kemudian mengulum senyum. Tapi lalu membekap mulutnya untuk menahan pekikan senangnya. "Sagi romantis banget sih, ah!"
Sagi hanya menggelengkap kepala sambil naik ke motornya. Tanpa Suri ketahui, setelah memasang helm full face miliknya, Sagi tersenyum tipis ketika melihat Suri terus memekik bahagia karenanya.
***
Ketika berteman dengan Rain, Sagi tidak pernah tahu jika Rain punya adik perempuan bernama Surinala yang kemudian menjadi adik kelas Sagi di SMA Cakrawala. Sagi baru mengetahui bahwa Suri adalah adik kandung Rain ketika terpaksa mengantarkan Suri pulang ke rumahnya, itu pun karena di paksa Suri.
Sagi juga pernah beberapa kali masuk ke rumah Suri. Karena di paksa Suri untuk menemani gadis itu sepulang sekolah selagi Suri mengerjakan pr milik Sagi. Dari situ, Suri beberapa kali menceritakan tentang Rain—termasuk Rain yang koma karena kecelakaan motor.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wanderloved
Teen Fictionwanderloved (n) person still confused about the feelings and still likes adventure about love. Wanita pasti terkenal dengan sikap jaim dan sungkan mengungkapkan perasaannya pada seseorang yang dia suka. Namun hal itu tak berlaku pada Surinala. Seja...