SMA Cakrawala memang sudah tidak begitu ramai ketika jam empat sore. Hanya tersisa beberapa anak team voli usai berlatih dan tentu saja, masih ada anak-anak osis yang sedang rapat di ruang osis sampai sore begini.
"Nanti malam beneran dateng nih kita?" tanya Omar memastikan ketika melihat Sagi meraih tas ranselnya dan hendak pergi.
"Kenapa? lo takut, Mar?" pancing Raden dengan seringaiannya.
"Mau mastiin aja kalau dia nggak kenapa-kenapa." Omar mengedikkan dagu kearah Sagi yang langsung menaikkan kedua alisnya. "Kalau lo yakin kita ikut balap motor nanti malem, gue gas nih langsung ke bengkel."
"Wetdah, ducati-nya mau disiapin, mas?" goda Sagi kali ini. Kemudian dia merogoh kantung celana olahraganya dan berdecak ketika tidak menemukan kotak rokok miliknya. "Rokok gue mana, njir?"
"Ketinggalan kali di warkop xyz waktu istirahat tadi," ucap Omar. "Lo kan hobi banget ketinggalan rokok sama korek."
"Bagi rokok dong."
"Habis." Jawab Raden sambil meneguk air mineralnya.
Omar mengedikkan bahu. "Belum beli gue hari ini."
"Yaelah," Sagi lalu membuka tas-nya, masih ingin mencari rokok miliknya karena merasa tadi dia membawanya. Tapi Sagi malah menemukan satu plastik permen susu. "Gue cabut dulu."
"Mau kemana lo?"
"Jemput Naila." Jawab Sagi sambil melangkah ke ruang osis. Karena dia sengaja ingin menunggu Naila disana.
Sejak kemarin ketika diajak pulang bersama, Naila selalu menolak dan menghindar mati-matian. Sedangkan Sagi ingin pulang bersama Naila, dia ingin menghabiskan waktu kembali dengan Naila dan tentu saja, ingin membuat waktu yang tepat untuk menanyakan sesuatu hal yang selama ini tertunda pada Naila.
Ruang osis masih tertutup rapat ketika Sagi sudah berada di depan ruangannya. Sagi mendengus meremehkan, anak osis selalu saja tertutup dan punya rapat yang lama. Bahkan lama rapat mereka bisa mengalahkan anggota DPR yang terkadang malah tertangkap basah sedang leha-leha saat rapat.
Suri pernah cerita, mengeluh bahwa rapat osis itu melelahkan. Karena Suri harus selalu mendengar pembicaraan dan topik pembahasaan yang berputar-putar dan tak kunjung menemukan penyelesaiannya.
"Ah, iya." Mengingat Suri, Sagi jadi kembali membuka tas-nya dan mengeluarkan satu pack penuh permen susu. Ada satu notes dengan kertas berwarna biru tertempel di bagian depan plastiknya.
Maaf Sagi, hari ini Suri gabisa buatin bekal. Soalnya Suri datang bulan hari pertama, sakit banget huhu :(
Sagi mengernyit ketika membacanya. "Datang bulan ngapain ngomong sama gue coba?"
Suri kasih permen susu aja, ya? Sagi suka kan? Oh iya! Suri nemuin rokok Sagi di tas ini tadi, Suri ambil ya! Suri sita. Hehe, Sagi jangan marah. Daripada ngerokok, mending makan permen susu. Soalnya rokok bikin cepet mati. Suri gamau Sagi cepet mati. Nanti yang nemenin Suri sampai tua siapa?
(With love, Surinala sayangnya Sagi)
"Kapan sih lo nggak ngerusuhin hidup gue?" gumam Sagi sendiri. Dia menatap lagi notes dari Suri untuk sejenak, kemudian menyimpan notes-nya di saku celana.
Mulut Sagi terasa asam sekarang. Apalagi jika menunggu tanpa melakukan apapun, lebih baik dia merokok. Tapi tidak ada rokok sekarang, hanya ada permen susu dari Suri untuk menggantikan rokoknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wanderloved
Teen Fictionwanderloved (n) person still confused about the feelings and still likes adventure about love. Wanita pasti terkenal dengan sikap jaim dan sungkan mengungkapkan perasaannya pada seseorang yang dia suka. Namun hal itu tak berlaku pada Surinala. Seja...