20. Dikurung Hujan

2K 405 96
                                    

Prasangka kapan selesai jika tak kunjung di ungkapkan?

Song: Senar Senja - Dialog Hujan

"Sagi!" Suara teriakan bu Fensiska melengking memanggil nama itu. Tapi sang pemilik nama masih membenamkan wajahnya diantara dua lengannya yang dilipat diatas meja.

"Gi," Azka menyenggol pelan lengan Sagi yang masih tertidur pulas.

"Buset, mati apa gimana, nih orang?" Omar menendang kursi Sagi dari belakang dan bersamaan dengan itu bu Fensiska teriak lagi.

"Asagiri Soedirja!"

Sagi langsung terduduk tegak dan memegangi kepalanya yang serasa berputar, pusing karena di panggil tiba-tiba. Dia mengerjapkan matanya dan begitu menatap ke depan, dia langsung mendapati tatapan marah bu Fensiska.

"Bu Fensis kapan dateng?" tanya Sagi sambil berbisik pada Azka yang hanya balas menyengir ngeri.

Pasalnya bu Fensiska masih menamati Sagi dengan kesal. "Bangun kamu!"

"Ya ini sudah bangun kok bu." Jawab Sagi santai sambil menggaruk pelipisnya.

"Astafirullah." Bu Fensiska sampai mengelus-elus dada, berusaha sabar oleh tingkah Sagi. "Saya udah datang dari setengah jam yang lalu, saya biar-biarkan kok malah makin jadi!" Lalu tatapannya beralih pada Omar, Raden dan Azka. "Ini juga kalian!"

"Kena deh." Gumam Raden sambil tersenyum sopan kemudian.

"Temannya tidur kok malah dibiarin!" Omel Bu Fensiska dengan berapi-api. "Kenapa nggak dibangunin? Takut kalian sama Sagi?!"

"Takut kok sama Sagi, bu. Takut tuh sama Allah." Jawab Raden dengan santai yang langsung mendapatkan tepuk tangan bercampur tawa dari teman-teman sekelasnya.

"Anak Rohis, anak Rohis." Omar geleng-geleng kepala, sedangkan Sagi langsung tertawa.

"Sagi!" Namun tawa Sagi sontak terhenti begitu Bu Fensiska membentaknya lagi. "Kamu ke ruang guru sana! Ambilkan lks teman-temanmu ini di meja saya."

Lah? Sagi sebenarnya tidak mau. Dia masih mengantuk, tapi begitu Bu Fensiska makin menatapnya dengan menantang, Sagi menghela napas. Berdiri, lalu tersenyum paksa dan melangkah keluar kelas tanpa mengatakan apapun lagi.

"Asagiri!" Panggil Bu Fensiska begitu Sagi membuka pintu kelas.

"Apa lagi bu?"

"Jangan lupa cuci muka. Biar nggak ngantuk lagi."

"Siap laksanakan!" Jawab Sagi dengan asal, yang penting dia segera keluar kelas dan lepas dari omelan bu Fensiska.

Begitu sampai di lantai dasar, di depan kelas sebelas Bahasa, Sagi menghentikkan langkahnya dan mencuci muka di wastafel yang ada di depan kelas itu.

"Eeeh, elo, Gi."

Sagi menoleh, mengusap wajahnya yang basah sembari menyisir rambutnya kebelakang menggoda jari begitu melihat Elang—salah satu adik kelas yang beberapa kali nongkrong malam dengannya dan terkadang ikut balap motor juga.

"Kok lo disini?" tanya Sagi ketika melihat Elang membuka lebar pintu kelas Bahasa. Pasalnya Elang adalah anak kelas sebelas ipa dua. "Maksud gue, anak-anak kelas lo kenapa jadi di kelas Bahasa?"

"Tukeran kelas selama pelajaran Bahasa Inggris." Elang melangkah keluar kelas, tapi membiarkan pintu kelasnya terbuka lebar sehingga Sagi bisa melihat keadaan di dalam kelas yang ramai. "Soalnya kan Miss Anggun harus pakai kruk habis kecelakaan motor kemarin."

WanderlovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang