26. Jangan Mesum

1.9K 390 44
                                        

Langit kota Jogjakarta sudah menggelap ketika Sagi dan Suri baru saja turun dari kereta dan menginjakan kaki di Stasiun Lempuyangan.

Rasanya asing. Baik Sagi dan Suri baru pertama kali menginjakan kaki di Jogjakarta. Alunan merdu gamelan menyambut mereka berdua di Stasiun Lempuyangan.

Suri membenarkan tali tas-nya sambil melangkah di lorong pintu keluar sambil berdesak-desakan dengan para penumpang yang lain. Sagi berdiri di belakangnya agar Suri tidak terdorong-dorong orang lain.

"Suri bingung," gumamnya sendiri. "Habis ini mau kemana?"

"Gue laper. Cari makan dulu ah."

Suri sontak melotot. "Kayaknya udah makan deh tadi!"

"Kan beberapa jam yang lalu. Cuma makan pop mie lagi. Gue butuh makanan yang lebih mengenyangkan."

Suri berdecak, mengikuti langkah Sagi yang mulai berjalan ke luar stasiun. "Makan di stasiun aja kan bisa. Emang Sagi mau kemana sih?"

"Enggak ah." Tolaknya sambil menghentikan langkah dan menatap Suri. "Ini pertama kalinya gue ke Jogja. Gimana kalau kita makan malam di Malioboro?"

"Waktu Suri nggak banyak." Jawab Suri sambil mengernyitkan dahi, tidak setuju dengan ajakan Sagi.

"Udah malam." Sagi mendongak menatap gelapnya langit malam. "Emangnya lo udah bener-bener dapat alamat lengkapnya nyokap lo?"

Suri membuka ponselnya dan menunjukan notes yang ia ketik. "Di desa Banaran, Galur. Di Kulon Progo itu. Suri nggak tahu tempatnya dimana, tapi kata bibik yang pernah ditelepon mama waktu itu, mama bilang kalau mama sekarang jadi Kepala Sekolah SD di desa Banaran itu."

"SD disana Cuma satu?"

"Waktu Suri search di Google, yang ada di desa Banaran ada lima." Kata Suri dan dia langsung menundukkan wajahnya, belum-belum sudah merasa pesimis untuk menemukan mamanya. Apalagi dia hanya bermodalkan info tidak jelas seperti ini.

Suri kira Sagi akan langsung mendesah malas, kesal, dan menyentaknya. Tapi yang terjadi malah Suri merasakan telapak tangan Sagi menyentuh puncak kepalanya dan mengusapnya dengan lembut.

"Besok kita kesana. Kita cari sampai ketemu." Kata Sagi menenangkan. "Jangan pesimis gitu dong. Kan nggak ada usaha yang menghianati hasil."

Suri menghela napas, ketika mengangkat wajah dan Sagi tersenyum lembut kearahnya, entah kenapa Suri merasa tenang. Mungkin untuk saat ini Suri merasa benar adanya untuk Sagi berada di dekatnya selama di Jogja. Sagi bisa menjaga dan menenangkan Suri yang pesimis ini.

***

Rasanya norak belum pernah ke Malioboro di umurnya yang sudah menginjak sembilan belas tahun ini. Bukannya datang ke Jogja, Sagi dari kecil lebih sering diajak ke luar negeri oleh keluarganya.

Wisata di Indonesia yang sering Sagi datangi hanyalah di Bali, Lombok, Wakatobi dan Raja Ampat yang membuatnya bersumpah akan kembali lagi kesana karena begitu indah nan memukau.

Tapi atmosfer di Malioboro ini membuat Sagi merasa terpukau. Malam ini entah kenapa dia jarang melihat turis asing di Malioboro. Dia malah keseringan melihat pelancong-pelancong dari kota lain di Indonesia. Tadi Sagi mendapati kelompok study tour anak-anak SMP dari Bandung.

Kini Sagi duduk di sebuah tenda lesehan yang menjual gudeg Jogja, ayam bakar, bebek goreng, lele goreng dan menu-menu lainnya.

Suri bilang tadi dia tidak begitu menyukai gudeg, karena menurut Suri rasanya terlalu manis. Jadi dia memesan ayam bakar dan sekarang makan dengan lahap sampai Sagi menahan senyum ketika melihat Suri makan selahap itu.

WanderlovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang