14. Mengelak Perasaan

1.7K 311 38
                                    

Azka yang sedang menikmati bobba milk tea miliknya sampai tersedak bobba yang sedang dia minum tanpa sempat di kunyah setelah mendengar cerita Suri kalau Suri kemarin mencium Sagi duluan.

"Eh, pelan-pelan dong minumnya." Suri mengusap-usap punggung Azka ketika lelaki itu terbatuk-batuk sambil mengusap lehernya sendiri. "Santai aja—"

"Gimana bisa santai, sih?" Azka jadi sewot. "Kalau kamu mau buktiin Sagi suka balik sama kamu atau enggak, ya nggak usah pakai di cium segala. Banyak cara buat buktiin itu selain ci-u-man!"

Suri merengut, dia menatap orang-orang di mall yang berjalan dihadapannya. Dia dan Azka kembali pergi berdua setelah Suri tidak menemui Sagi seharian ini di sekolah, Azka juga langsung mengajaknya pergi. Karena Suri bosan dan bete tidak bertemu Sagi, jadi dia mau saja pergi dengan Azka.

"Ngerti, nggak?"

Suri menatap Azka tidak suka. "Itu cara yang paling praktis dan paling cepat biar Suri tahu sendiri Sagi suka atau enggak sama Suri. Lagipula nih ya, dari cerita Suri ke kak Azka, Sagi kelihatan salah tingkah kan? Suri juga ngerasain kalau dia deg-degan. Ah, itu sih udah pasti Sagi juga punya perasaan yang sama."

"Kenapa harus Sagi sih?"

"Cinta sama orang nggak perlu pakai alasan." Jawab Suri dengan santai sambil lanjut minum.

Azka menghela napas, dia merasa apapun yang dia lakukan untuk Suri akan sia-sia. Sebanyak apapun usahanya mendekati gadis yang ada dihadapannya ini.

"Kamu kapan bakal menyerah suka sama Sagi?"

"Suri bakal ngelepas perasaan suka ini kalau Sagi menikah sama orang lain." Suri tersenyum miris. "Suri memang sering bilang sama orang-orang, bilang juga sama Sagi, kalau Suri yakin banget akan menikah sama Sagi. Tapi, semakin kesini, Suri makin pesimis. Nggak tahu kenapa."

Setiap mendengar cerita Suri tentang Sagi, Azka selalu menjadi pendengar yang baik. Dia bahkan bingung ingin menanggapi seperti apa. Jadi dia memilih hanya diam dan mendengarkan, sesekali juga memberi tanggapan.

"Tapi Suri nggak pernah lihat Sagi ngejar-ngejar cewek segitunya. Kaya deketin Naila sekarang. Dulu waktu Sagi deketin Sore nggak kaya gitu, santai aja." Kata Suri lagi. "Kata Raden sama Omar, Naila itu berarti banget buat Sagi. Suri bakal kalah. Kak Azka sendiri, pasti tahu kan tentang Naila?"

"Kenapa nggak lo tanya sendiri ke Sagi?"

"Sagi selalu ngelak. Nggak mau jawab."

Azka kembali menatap Suri. "Naila itu sahabat Sagi waktu kecil. Kata Sagi sih, Naila anak sekertaris pribadi ayahnya dari dulu. Makannya mereka bersahabat, sampai remaja juga masih bareng terus. Tapi, jarang kan ada persahabatan murni antara cowok dan cewek tanpa sebuah perasaan yang tumbuh?"

Suri menelengkan kepalanya sambil menatap Azka. "Cinta mereka berdua bertepuk sebelah tangan atau—"

"Mereka sempet pacaran. Sampai kemudian Naila dan keluarganya pindah ke luar kota. Waktu Sagi tanya sama ayahnya kemana keluarga Naila pindah, ayahnya juga nggak mau beritahu. Lalu sekarang, Naila datang lagi ke kehidupan Sagi."

Sempat pacaran. Fakta itu langsung membuat Suri lemas, sorot matanya langsung meredup. Suri begitu menyukai Sagi, amat sangat menyukai Sagi. Walaupun di depan banyak orang dan di depan Sagi, Suri selalu terlihat tetap ceria walaupun Sagi mendekati wanita lain—namun nyatanya tidak begitu.

Suri juga sama seperti remaja biasa yang memiliki cinta menggebu-gebu. Suri sama seperti banyak wanita yang mempunyai hati sensitive ketika menyangkut perasaan. Suri juga patah hati, gampang memikirkan masalah yang sedang dia alami.

WanderlovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang