19. Yang Lebih Dulu Menghampiri

1.9K 393 60
                                    

Suri duduk di sofa ruang tamu, dia mendekap tas ranselnya dan juga mendekap sebuah boneka unicorn yang menurutnya sangat fluffy. Sampai kemudian dia bisa mendengar derap langkah kaki yang terburu-buru turun dari tangga kayu.

"Suri!" Sore Asmara Januari langsung menghampirinya, begitu Suri berdiri, sahabatnya itu langsung memeluknya. "Kok lo nggak bilang mau kesini."

"Kejutan?"

Sore terkekeh. Pasalnya tadi dia sedang asik-asik rebahan di kasur ketika bibi bilang kalau ada Suri datang, mau menginap katanya. "Kejutan kok lemes gitu ngomongnya."

Sore memperhatikan Suri yang tampilannya sudah siap sekali untuk istilah menginap. Karena Suri ke rumah Sore malam-malam dengan memakai piyama—yah, walaupun baju biasa bermodel piyama sedang nge-trend sekarang.

"Yuk, langsung ke kamar aja." Ajak Sore dan Suri mengikuti langkahnya. "Atau lo mau minum? Susu? Gue bilang bibi nanti."

"Terserah," Suri jawabannya masih lemas.

Sore lalu menghampiri Suri yang entah kenapa langsung duduk di anak tangga paling bawah, seolah tidak punya banyak tenaga untuk berdiri. "Lo mau nginap malam-malam kaya gini, bukan karena kabur dari rumah habis dipukulin bokap, kan?"

Suri menggeleng seraya tersenyum tipis. "Papa udah lama nggak pulang ke rumah. Suri cuma kangen aja sama Sore. Udah lama nggak ketemu."

"Yaudah yuk, ke kamar." Ucap Sore setelah mengusap lengan Suri dan mengajak Suri kembali berdiri, berjalan ke kamar Sore.

Rasanya Sore sudah seperti kakak Suri sendiri. Walaupun umur mereka sama, hanya lebih tua beberapa bulan dari Suri, namun Sore seperti kakak sendiri bagi Suri. Nama mereka berdua hampir sama, terkesan lucu.

Meskipun awalnya Sore tidak menyukai Suri karena terkesan lebay dan kekanak-kanakan. Tapi memang sifat kekanakan itu yang membuat Suri menjadi pribadi yang menyenangkan bagi teman-temannya. Sifat lebay-nya itu yang membuat dimana ada Suri, pasti akan ramai. Apapun keadaannya.

Tapi melihat Suri yang tak banyak bicara malam ini, membuat Sore berpikir. Mungkin Suri ada masalah, pasti akan bercerita dan setidaknya membutuhkan ruang untuk meluapkan apa yang dia rasakan.

Begitu sampai di kamar, Suri melepas ranselnya dan seperti biasa, ranselnya seperti ransel doraemon yang memuat banyak barang.

"Suri bawa popcorn, jajanan banyak lah. Bawa cokelat, permen jelly, ipad, Nintendo." Suri lalu menatap Sore yang tertawa sambil menutup pintu. Benar kan, bawaan Suri itu banyak. "Bawa skincare yang barusan Suri beli. Sore harus tahu! Terus bawa..." Suri mengacak-ngacak tasnya lagi dan tatapannya langsung meredup. "Permen susu, kesukaan Sagi."

Sagi. Lelaki itulah yang membuat Sore dan Suri bertemu, berkenalan dan menjadi sedekat ini.

"Kemarin gue ketemu dia, waktu ulangtahunnya Rayan." Celetuk Sore setelah membaringkan diri di kasur dan mencomot cokelat yang dibawa Suri, lalu membukanya. "Gimana Sagi sama lo, masih ketus gitu?"

"Masih." Jawab Suri dengan lemas. Kemudian menambahi, "masih berantem kita."

Sore terkekeh. "Berantem kenapa lagi?"

Suri akhirnya menceritakkan tentang kejadian saat Sagi meninggalkan Suri di bioskop, yang merembet tentang Naila, lalu Sagi yang sampai sekarang belum minta maaf dan tidak terlihat ada niatan tentang itu.

Namanya juga cewek, kalau cerita jadi suka kemana-mana. Curhatan Suri berlanjut ke Azka yang mendekatinya, berlanjut lagi ke cerita Azka tadi sore yang membuat Suri galau setengah mati hingga memutuskan untuk singgah ke rumah Sore.

WanderlovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang