34. Gelang Suri

1.5K 338 39
                                    

Kadang memang sudah jalannya untuk dilepaskan dan di ikhlaskan

- Wanderloved -

---

Begitu pintu lift berdenting dan terbuka, Suri langsung melihat segerombolan orang berpakaian polisi—teman-teman papanya, ada bibik, tante Tina dan Al—sepupunya sedang berdiri di depan pintu ICU. Seperti benar-benar menunggu Suri.

Jantung Suri berdegup kencang, air mata yang tertahan di pelupuk matanya langsung pecah dan mengalir jatuh ke pipi begitu ia melihat tante Tina langsung melenguh dan mendekatinya, lalu mendekapnya dengan erat.

Suri masih belum sanggup untuk masuk kedalam ruang ICU, melihat jenazah kakaknya yang kini sudah terbaring kaku tak bernyawa. Oh, membayangkannya saja Suri tidak kuat.

"Temui kakakmu dulu," tante Tina melepaskan pelukannya dengan berat hati pada Suri. Lalu mendekap pundak Suri dan menemani langkahnya masuk ke ruang ICU.

Mulut Suri memang diam, karena ia hanya bisa menangis sesenggukan sekarang. Sambil melepas sepatunya dan menggantinya dengan sandal khusus milik ruang ICU. Kemudian mereka berjalan menyusuri lorong panjang ICU yang remang-remang.

Lorong itu rasanya panjang sekali, seiring degup jantung Suri yang debarannya makin kencang saja, seiring dengan langkahnya yang makin berat dan pandangannya makin buram karena air mata. Hingga pintu utama terbuka, benar-benar terang dan Suri menghampiri Tirta—ayahnya yang berada di bilik tengah.

Tirta memalingkan wajahnya begitu menyadari Suri berjalan mendekat. Keduanya saling tatap dan Suri langsung menggenggam erat tangan papanya begitu melihat wajah murung Tirta serta matanya yang memerah habis menangis.

Genggaman tangan Tirta pada tangan anak perempuannya itu mengerat begitu Suri melangkah masuk ke bilik Rain dan langsung membekap mulutnya ketika melihat Rain pada saat ini.

"Kakak," suara Suri lirih dan bergetar. Ia melepaskan genggaman tangannya dari papanya dan langsung menghampiri Rain dan memeluknya.

Tangisnya seketika pecah paling keras. Seolah marah pada dunia, kecewa pada dirinya, kesal pada kenyataan.

Tubuh Rain masih terasa hangat, semua alat bantu untuk pernapasan dan alat penopang hidup Rain selama ini sudah terlepas. Rain seperti orang normal kebanyakan yang tertidur. Namun kini semuanya sudah berbeda, Suri tidak merasakan degupan jantung Rain lagi dalam pelukannya.

"Suri harus ikhlas." Tirta menarik Suri dengan lembut ketika Suri masih memeluk Rain dengan erat. "Ini memang jalan dari Tuhan yang dipilihkan untuk Rain. Rain selama ini sudah berjuang untuk bertemu kita lagi, tapi Tuhan lebih sayang sama Rain."

"Kak Rain gaboleh ninggalin Suri, Pa." Suri merengek dalam tangisnya, menggenggam erat lengan seragam kepolisian Tirta dan tubuhnya bergetar ketakutan. "Nanti Suri sama siapa sampai besar? Siapa yang akan jagain Suri selain kak Rain?"

"Ada Papa." Tirta berusaha meyakinkan. "Kamu harus mengikhlaskan kakak kamu."

Suri hanya menggelengkan kepalanya dan Tirta menariknya kedalam sebuah dekapan hangat. Mereka berdua sama-sama kehilangan, sama-sama merasa bimbang dan ketakutan. Suri memejamkan matanya sejenak, tak bisa membayangkan bagaimana nanti ketika mamanya kembali datang ke Jakarta dan menemui Rain di kondisi seperti ini.

Hati Suri hancur, hati keluarganya juga hancur. Dia hanya bisa balas memeluk Papanya untuk saling menguatkan. Ketika Suri membuka mata dan melihat Rain yang terbaring damai, entah kenapa dalam hati Suri yang terdalam, ia mengikhlaskan kepergian Rain.

WanderlovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang